Gairah Ibu Bella



Awal aku mengenalnya pada saat dia mengundang perusahaan tempatku bekerja untuk memberikan penjelasan lengkap mengenai produk yang akan dipesannya. Sebagai marketing, perusahaan mengutusku untuk menemuinya. Pada awal pertemuan siang itu, aku sama sekali tidak menduga bahwa Ibu Bella yang kutemui ternyata pemilik langsung perusahaan.

Wajahnya cantik, kulitnya putih laksana pualam, tubuhnya tinggi langsing (Sekitar 175 cm) dengan dada yang menonjol indah. Dan pinggulnya yang dibalut span ketat membuat bentuk pinggangnya yang ramping kian mempesona, juga pantatnya wah.. sungguh sangat montok, bulat dan masih kencang.

Sepanjang pembicaraan dengannya, konsentrasiku tidak 100%, melihat gaya bicaranya yang intelek, gerakan bibirnya yang sensual saat sedang bicara, apalagi kalau sedang menunduk belahan buah dadanya nampak jelas, putih dan besar.

Di sofa yang berada di ruangannya yang mewah dan lux, kami akhirnya sepakat mengikat kontrak kerja. Sambil menunggu sekretaris Ibu Bella membuat kontrak kerja, kami mengobrol kesana-kemari bahkan sampai ke hal yang agak pribadi. Aku berani bicara kearah sana karena Ibu Bella sendiri yang memulai. Dari pembicaraan itu, baru kuketahui bahwa usianya baru 25 tahun, dia memegang jabatan direktur sekaligus pemilik perusahaan menggantikan almarhum suaminya yang meninggal karena kecelakaan pesawat.

“Pak gala sendiri umur berapa”, bisiknya dengan nada mesra.
“Saya umur 26 tahun, Bu!” balasku.
“sudah berkeluarga”, pertanyaannya semakin menjurus, aku sampai GR sendiri.
“Belum, Bu!”
Tanpa kutanya, Ibu Bella menerangkan bahwa sejak kematian suaminya setahun lalu, dia belum mendapatkan penggantinya.
“Ibu cantik, masih muda, saya rasa seribu lelaki akan berlomba mendapatkan Ibu bella”, aku sedikit memujinya.
“Memang, ada benarnya juga yang Bapak Gala ucapkan, tapi mereka rata-rata juga mengincar kekayaan saya”, nadanya sedikit merendah.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu, Ibu Bella bangkit berdiri membukakan pintu, ternyata sekretarisnya telah selesai membuat kontrak kerjanya.
“Kalau begitu, saya permisi pulang, Bu!, semoga kerjasama ini dapat bertahan dan saling menguntungkan”, aku segera pamit dan mengulurkan tangan.
“Semoga saja”, tangannya menyambut uluran tanganku.
“Terima kasih atas kunjungannya, pak Gala.”
Cukup lama kami bersalaman, aku merasakan kelembutan tangannya yang bagaikan sutera, namun sebentar kemudian aku segera menarik tanganku, takut dikira kurang ajar. Namun naluri laki-lakiku bekerja, dengan halus aku mulai merancang strategi mendekatinya.

“Oh ya, Bu Bella, sebelum saya lupa, sebagai perkenalan dan mengawali kerjasama kita, bagaimana kalau Ibu Bella saya undang untuk makan malam bersama”, aku mulai memasang jerat.
“Terima kasih”, jawabnya singkat.
“Mungkin lain waktu, saya hubungi Pak Gala, untuk tawaran ini.”
“Saya tunggu, Bu.. permisi”
Aku tak mau mendesaknya lebih lanjut. Aku segera meninggalkan kantor Ibu Bella dengan sejuta pikiran menggelayuti benakku. Sepanjang perjalanan, aku selalu terbayang kecantikan wajahnya, postur tubuhnya yang ideal. Ah.. kayaknya semua kriteria cewek idaman ada padanya.

Tak terasa satu bulan sejak pertemuan itu, meskipun aku sering mampir ke tempat Ibu Bella dalam kurun waktu tersebut, tapi tidak kutemui tanda-tanda aku bisa mengajaknya sekedar Dinner. Meskipun hubunganku dengannya menjadi semakin akrab.

Menginjak bulan ke-2, akhirnya aku bisa mengajaknya keluar sekedar makan malam. Aku ingat sekali waktu itu malam Minggu, kami bagai sepasang kekasih, meskipun pada awalnya dia ngotot ingin menggunakan mobilnya yang mewah, akhirnya dia bersedia juga menggunakan mobil Katanaku yang bisa bikin perut mules.

Beberapa kali malam Minggu kami keluar, sungguh aku jadi bingung sendiri, aku hanya berani menggenggam jarinya saja, itupun aku gemetaran, degup-degup di jantungku terasa berdetak kencang padahal hubungan kami sudah sangat dekat, bahkan aku dan dia sama-sama saling memanggil nama saja, tanpa embel-embel Pak atau Bu.

Sampai pada malam Minggu yang kesekian kalinya, kuberanikan diri untuk memulainya, waktu itu kami di dalam bioskop. Dalam keremangan, aku menggenggam jarinya, kuelus dengan mesra, kelembutan jarinya mengantarkan desiran-desiran aneh di tubuhku, kucoba mencium tangannya pelan, tidak ada respon, kulepas jemari tangannya dengan lembut. Kurapatkan tubuhku dengan tubuhnya, kupandangi wajahnya yang sedang serius menatap layar bioskop.

Dengan keberanian yang kupaksakan, kukecup pipinya. Dia terkejut, sebentar memandangku. Aku berpikir pasti dia akan marah, tapi respon yang kuterima sungguh membuatku kaget. Dengan tiba-tiba dia memelukku, mulutnya yang mungil langsung menyambar mulutku dan melumatnya. Sekian detik aku terpana, tapi segera aku sadar dan balas melumat bibirnya, ciumannya makin ganas, lidah kami saling membelit mencoba menelusuri rongga mulut lawan. Sementara tangannya semakin kuat mencengkram bahuku. Aku mulai beraksi, tanganku bergerak merambat ke punggungnya, kuusap lembut punggungnya, bibirku yang terlepas menjalar ke lehernya yang jenjang dan putih, aku menggelitik belakang telinganya dengan lidahku.

“Bella, aku sayang kamu”, kubisikkan kalimat mesra di telinganya.
“Gal, akupun sayang kamu”, suaranya sedikit mendesah menahan birahinya yang mulai bangkit.
Dan saat tanganku menyusup ke dalam blousnya, erangannya semakin jelas terdengar. Aku merasakan kelembutan buah dadanya, kenyal. Kupilin halus putingnnya, sementara tanganku yang satunya menelusuri pinggangnya dan meremas-remas pinggulnya yang sangat bahenol.

Segera kubuka kancing blous bagian depannya, suasana bioskop yang gelap sangat kontras sekali dengan buah dadanya yang putih. Perlahan kukeluarkan buah dadanya dari branya, kini di depanku terpampang buah dadanya yang sangat indah, kucium dan kujilat belahannya, hidungku bersembunyi diantara belahan dadanya, lidahku yang basah dan hangat terus menciumi sekelilingnya perlahan naik hingga ke bagian putingnya. Kuhisap pelan putingnya yang masih mungil, kugigit lembut, kudorong dengan lidahku. Bella semakin meracau. Tanganya menekan kuat kepalaku saat putingnya kuhisap agak kuat. Sementara aku merasakan gerakan di celanaku semakin kuat, senjataku sudah menegang maksimal.

Tanganku yang satunya sudah bergerak ke pahanya, spannya kutarik ke atas hingga batang pahanya tampak mulus, putih. Kubelai, kupilin pahanya sementara mulutku mengisap terus puting buah dadanya kiri dan kanan. Dan saat jariku sampai di pangkal pahanya, aku menemukan celana dalamnya. Perlahan jari-jariku masuk lewat celah celana dalamnya, kugeser ke kiri, akhirnya jari-jariku menemukan rambut kemaluannya yang sangat lebat.

Dengan tak sabar, kugosokkan jariku di klitorisnya sementara mulutku masih asyik menjilati puting buah dadanya yang semakin mencuat ke atas pertanda gairahnya sudah memuncak, meskipun jari-jariku sedikit terhalang celana dalamnya tapi aku masih dapat menggesek klitorisnya, bahkan dengan cepat kumasukkan jariku ke dalam celahnya yang lembat, terasa agak basah. Jariku berputar-putar di dalamnya, sampai kutemukan tonjolan lembut bergerigi di dalam kemaluannya, kutekan dengan lembut G-spotnya itu, kekiri dan kekanan perlahan.

“Achhh… Gala.. aku sudah nggak tahan.. Terus Gal… oh…” Suaranya makin keras, birahinya sudah dipuncak. Tangannya menekan kepalaku ke buah dadanya hingga aku sulit bernafas, sementara tangan yang satunya menekan tanganku yang di kemaluannya semakin dalam. Akhirnya kurasakan seluruh tubuhnya bergetar, kuhisap kuat puting susunya, kumasukkan jariku semakin dalam. “Ahhh… oh.. Gal.. aku ke..lu..ar…” Kurasakan jariku hangat dan basah. “Makasih Gal, sudah lama aku tak merasakan kenikmatan ini.” Aku hanya bisa diam, menahan tegangnya senjataku yang belum terlampiaskan tapi rupanya Bella sangat pengertian. Dengan lincahnya dibukanya reitsleting celanaku, jari-jarinya mencari senjataku. Aku membantunya dengan menggerakan sedikit tubuhku. Saat tangannya mendapatkan apa yang dicarinya, sungguh reaksinya sangat hebat. “Oh… besar sekali Gal.. aku suka.. aku suka barang yang besar..” Bella seperti anak kecil yang mendapatkan permen.

Senjataku yang sudah kaku perlahan dikocoknya, aku merasakan nikmat atas perlakuannya, sementara tangannya asyik mengocok batang senjataku, tangan satunya membuka kancing bajuku, mulutnya yang basah menciumi dadaku dan menjilati putingku, sesekali Bella menghisap putingku. Aliran darahku semakin panas, gairahku makin terbakar. Aku merasakan spermaku sudah mengumpul di ujung, sementara kepala senjataku semakin basah oleh pelumas yang keluar.

“Bella, aku sudah nggak tahan…”
“Tahan sebentar, Gal..”
Bella melepaskan jilatan lidahnya di dadaku dan langsung memasukkan senjataku ke dalam mulutnya, aku merasakan kuluman mulutnya yang hangat dan sempit. Kulihat mulutnya yang mungil sampai sesak oleh kemaluanku. Bella semakin kuat mengocok batang senjataku ke dalam mulutnya. Akhirnya kakiku sedikit mengejang untuk melepaskan spermaku. “Awas Bell, aku mau keluar..” kutarik rambutnya agar menjauh dari batang senjataku, tapi Bella malah memasukkan senjataku ke dalam mulutnya lebih dalam, aku tak tahan lagi, kulepaskan tembakanku, 7 kali denyutan cukup memenuhi mulutnya yang mungil dengan spermaku. Bella dengan lahap langsung menelannya dan membersihkan cairan yang tertinggal di kepala senjataku dengan lidahnya. Aku menarik nafas panjang mengatur degup jantungku yang tadi sangat cepat.

Setelah lampu menyala kembali pertanda pertunjukan telah usai, kami sudah rapi kembali. Kulihat jam di pergelangan tanganku menunjukan pukul 10.00 malam. Aku langsung mengantarnya pulang, dalam perjalanan kami tak banyak bicara, kami saling memikirkan kejadian yang baru saja kami alami bersama.

Sampai di rumahnya yang mewah di bilangan Pluit, aku langsung ditariknya menuju kamar pribadinya yang sangat luas. “Gal, saya belum puas, kita teruskan permainan yang tadi..” Tangannya langsung membuka kancing bajuku dan mulai membangkitkan gairahku, sementara pikiranku semakin bingung, kenapa Bella yang tadinya kalem bisa berubah ganas begini? Tapi pikiranku kalah dengan gairah yang mulai berkobar di dadaku, terlebih saat tangannya dengan lihai mengusap dadaku. Bagai musafir seluruh tubuhku dicium dan dijilatinya dengan penuh nafsu. Aku pun tak mau kalah sigap, di ranjangnya yang empuk kami bergulat saling memilin, melumat, dan saling menghisap.

Saat pakaian kami mulai tertanggal dari tempatnya. Kami saling melihat, aku melihat kesempurnaan tubuhnya, apalagi di daerah selangkangannya yang putih bersih, sangat kontras dengan bulu kemaluannya yang sangat hitam dan lebat. Dan Bella memandangi senjataku yang mengacung menunjuk langit-langit kamar. Hanya sebentar kami berpandangan, aku langsung meraih tubuhnya dan memapahnya ke ranjang. Kuletakkan hati-hati tubuhnya yang gempal dan lembut, aku mulai menciumi seluruh tubuhnya, lidahku menari-nari dari leher sampai ke jari-jari kakinya. Kuhisap puting buah dadanya yang kemerahan, kujilat dan sesekali kugigit mesra. Ssementara tanganku yang lain meremas-remas pinggul dan pantatnya yang sangat kenyal.

Pergulatan kami semakin seru, kini posisi kami berbalikan seperti angka 69, kami saling menghisap puting dada. Saat aku memainkan puting dadanya yang sudah mencuat, lidahnya menjilati putingku. Aku turun menjilati perutnya, kurasakan juga perutku dijilati dan akhirnya lidah kami saling menghisap kemaluan.

Aku merasakan hangat di kepala senjataku saat lidahku menari-nari menelusuri celah kemaluannya, lidahku semakin dalam masuk ke dalam celah kewanitaannya yang telah basah, kuhisap klitorisnya kuat-kuat, kurasakan tubuhnya bergetar hebat.

Lima belas menit sudah kami saling menghisap, nafsuku yang sudah di ubun-ubun menuntut penyelesaian. Segera aku membalikkan tubuhku. Kini kami kembali saling melumat bibir, sementara senjataku yang sudah basah oleh liurnya kuarahkan ke celah pahanya, sekuat tenaga aku mendorongnya namun sulit sekali. Tubuh kami sudah bersimbah peluh. Akhirnya tak sabar tangan Bella memandu senjataku, setelah sampai di pintu kemaluannya, kutekan kuat, Bella membuka pahanya lebar-lebar dan senjataku melesak ke dalam kemaluannya. Kepala senjataku sudah berada di dalam celahnya, hangat dan menggigit. Kutahan pantatku, aku menikmati remasan kemaluannya di batanganku. Perlahan kutekan pantatku, senjataku amblas sedalam-dalamnya. Gigi Bella yang runcing tertancap di lenganku saat aku mulai menaikturunkan pantatku dengan gerakan teratur.

Remasan dan gigitan liang kewanitaannya di seluruh batang senjataku terasa sangat nikmat. Kubalikan tubuhnya, kini tubuh Bella menghadap ke samping. Senjataku menghujam semakin dalam, kuangkat sebelah kakinya ke pundakku. Batang senjataku amblas sampai mentok di mulut rahimnya. Puas dari samping, tanpa mencabut senjataku, kuangkat tubuhnya, dengan gerakan elastis kini aku menghajarnya dari belakang. Tanganku meremas bongkahan pantatnya dengan kuat, sementara senjataku keluar masuk semakin cepat. Erangan dan rintihan yang tak jelas terdengar lirih, membuat semangatku semakin bertambah. Ketika kurasakan ada yang mau keluar dari kemaluanku, segera kucabut senjataku. “Pllop..” terdengar suara saat senjataku kucabut, mungkin karena ketatnya lubang kemaluan Bella mencengkram senjataku. “Achh, kenapa Gal.. aku sedikit lagi”, protes Bella. Dia langsung mendorong tubuhku, kini aku telentang di bawah, dengan sigap Bella meraih senjataku dan memasukkannya ke dalam lubang sorganya sambil berjongkok.

Kini Bella dengan buasnya menaikturunkan pantatnya, sementara aku di bawah sudah tak sanggup rasanya menahan nikmat yang kuterima dari gerakan Bella, apalagi saat pinggulnya sambil naik-turun digoyangkan juga diputar-putar, aku bertahan sekuat mungkin.

Satu jam sudah berlalu, kulihat Bella semakin cepat bergerak, cepat hingga akhirnya aku merasakan semburan hangat di senjataku saat tubuhnya bergetar dan mulutnya meracau panjang. “Oh.. aku puas Gal, sangat puas..” tubuhnya tengkurap di atas tubuhku, namun senjataku yang sudah berdenyut-denyut belum tercabut dari kemaluannya. Kurasakan buah dadanya yang montok menekan tubuhku seirama dengan tarikan nafasnya.

Setelah beberapa saat, aku sudah merasakan air maniku tidak jadi keluar, segera kubalikkan tubuhnya kembali. Kini dengan gaya konvensional aku mencoba meraih puncak kenikmatan, kemaluannya yang agak basah tidak mengurangi kenikmatan. Aku terus menggerakkan tubuhku. Perlahan gairahnya kembali bangkit, terlebih saat batang senjataku mengorek-ngorek lubang kemaluannya kadang sedikit kuangkat pantatku agar G-spotnya tersentuh. Kini pinggul Bella yang seksi mulai bergoyang seirama dengan gerakan pantatku. Jari-jarinya yang lentik mengusap dadaku, putingku dipilin-pilinnya, hingga sensasi yang kurasakan tambah gila.

Setengah jam sudah aku bertahan dengan gaya konvensional. Perlahan aku mulai merasakan cairanku sudah kembali ke ujung kepala senjataku. Saat gerakanku sudah tak beraturan lagi, berbarengan dengan hisapan Bella pada putingku dan pitingan kakinya di pinggangku, kusemprotkan air maniku ke dalam kemaluannya, kami berbarengan orgasme.

Sejak kejadian itu, kami sering melakukannya. Aku baru tahu bahwa gairahnya sangat tinggi, selama ini dia bersikap alim, karena tidak mau sembarangan main dengan cowok. Dia mau denganku karena aku sabar, baik dan tidak mengejar kekayaannya. Apalagi begitu dia tahu bahwa senjataku dua kali lipat mantan suaminya, tambah lengket saja. Memang yang kukejar hanyalah kenikmatan dunia yang didasari Cinta. Kalau harta sih, ada sukur, nggak ada ya.. cari dong.

TAMAT



Hukuman Untuk Ibu Mertuaku



Perkenalkan ini istriku, Nama ku Nuel berumur 28 Tahun. Sejak aku dan istriku menikah aku tinggal dirumah Mertuaku, dimana tempat itu adalah tempat tinggal istriku sedari kecil. Aku berpacaran dengan Istriku selama hampir 5 tahun dan akhirnya menikah. 

Aku akan mencritakan pengalaman ku dengan Ibu Mertua, yang memang sejak aku mulai pacaran dengan Istriku aku sudah sangat kesemsem dengan Ibu Mertuaku. Ibu Mertuaku bernama Dian, tapi kami biasa memanggil dengan pangilan,”IBU”, cukup itu saja. Ibu mertuaku berumur 48 Tahun pada tahun ini, dimana memang terpaut umur cukup jauh dengan suaminya 10 Tahun lebih tua darinya. Bapak mertuaku biasa kami panggil dengan panggilan,”AYAH” yang berumur 58 Tahun. 

Hampir satu tahun kami menikah tapi kami belum  dikaruniai seorang anak, tapi aku dan istriku pun memang sangat menginginkan seorang anak, itu pasti, mungkin memang belum waktunya.Dengan umur Ibu Mertuaku yang sudah STW, tetapi dia sangat memperhatikan kecantikan dan kesehatan tubuhnya. Sering sekali aku melihat BH dan CD nya sewaktu dijemur ketika habis dicuci, ukuran BH-nya 34C memang sangat memukau bila  dipadukan dengan tinggi badannya 165 cm dan berat badan 55 Kg, meski lingkar dadanya kecil tapi buah dadanya sangat aduhai. Apalagi jika dipadukan dengan wajah cantik dan rambutnya yang agak kecoklatan bila terkena cahaya, serta kulitnya yang mulus dan berwarna putih. Bergetar selalu hatiku jika menatapnya. Bisa dibilang, Ibu Mertuaku ini lebih cantik dari Istriku dan memang aku sangat terobsesi agar aku bisa bercinta dengannya. 

Suatu waktu aku pulang kantor agak cepat, kebetulan sesampainya dirumah aku melihat garasi cukup sepi hanya suara gongongan anjing2 kami yang mengisi keheningan itu. Mobil Ayah Mertua dan mobil istriku pun belum terlihat di garasi. Aku   masuk dengan menaruh sepeda motor ku di garasi, dan aku melihat kedalam jendela ternyata ada Ibu Mertuaku yang hendak membukakan pintu, aku pikir pembantu rumah, setelah pintu di bukakan Ibu Mertua ku langsung ngacir kembali masuk kedalam kamarnya, aku hanya melihat sekelebat. Ketika aku masuk rumah aku lihat lantai agak basah dengan titik2 air, dan aku pun berpikir, ternyata Ibu Mertuaku ini sedang mandi sore, langsung otak kotor mulai membuju untuk memuaskan obsesiku terhadap ibu mertuaku, lagi pula pembantu rumah sudah pulang dan adik2 istriku belum pulang dari kuliahnya. Aku langsung naik kekamar ku dan mengganti pakaian, tetapi sayang, ketika aku turun lagi kebawah ternyata Ibu Mertuaku sudah selesai mandi, dan dia sedang berada di meja makan. Lalu aku mendekatinya dan berkata, “ Bu, tadi yang bukain pintu siapa, koq hanya terlihat sekelebat saja...?? “, lalu Ibu mertuaku menjawab, “ Iya Sorrry, tadi Ibu yang buka pintu, Ibu lagi mandi...jadi buka pintunya cepet2..soalnya pas bgt lagi keramas “. Ternyata Ibu Mertuaku tadi membukakan pintu dengan mungkin dalam keadaan telanjang atau dengan hanya terbungkus handuk saja, pikiranku langsung menelanjangi tubuh Ibu Mertuaku sendiri. Kadang2 sempat aku berhasil mengintip Ibu mertuaku yang sedang mandi, dari celah2 pintu kamarnya yang sedikit kubuka, memang tubuhnya sangat luar biasa, apalagi sewaktu dia menyabuni Payudara dan vaginanya....sumpah membuat ku ngaceng berat. 

Hari2 yang kulalui dengan keluarga istriku sangat biasa saja, dan sudah pasti aku selalu curi2 pandang kepada Ibu Mertuaku sendiri. Saking terobsesinya diriku terhadap Ibu Mertuaku, sering kali ku curi sebentar CD-nya dan akupun berkhayal bercinta dengan Ibu Mertuaku, lalu aku menyemprotkan spermaku di CD Ibu Mertuaku, itu sangat sering kulakukan. Atau kadang aku berpura2 sakit dan tidak masuk kantor, kadang aku pun bereksebisi di depan Ibu Mertuaku dari dalam kamarku dengan pintu yang sedikit aku buka agar Ibu Mertuaku bisa leluasa melihat kekamarku ketika dia sedang menyetrika pakaian atau sedang  lewat di depan kamar ku. Sering pula aku mengintipnya jika iya sedang berganti pakaian, wah..lekuk indah dan kemulusan tubuhnya..sulit dilukiskan dengan kata2. Setelah itu kulampiaskan nafsu ku itu dengan ber-onani ria dengan pakaian dalamnya. 

Hingga suatu hari, aku sengaja mengambil Cuti, pada saat itu Ayah mertuaku sedang ada urusan kerja di Luar kota sementara pada siang harinya adik2 istriku kuliah dan istriku sendiri ke kantor, dan pembantu jam 9 pagi sudah pulang karena memang hanya mencuci baju saja. Nah inilah saat yang kutunggu untuk benar2 mewujudkan obsesiku untuk menyetubuhi Ibu Mertuaku, dimana hasrat seksualku terhadap kesintalan tubuh Ibu Mertuaku semakin memuncak. Pada saat aku bangun pagi, kulihat istriku sedang ber make-up siap2 utk berangkat kerja, lalu istriku berpamitan padaku, mencium keningku saat aku masih berbaring di tampat tidur, lalu istriku langsung berangkat ke kantor. Ku lanjutkan tidurku karena itu masih jam 6 pagi, aku merancang rencanaku sambil terngantuk2 dan akhirnya kembali tertidur. 

Dalam tidurku aku mendengar suara langkah kaki di depan kamarku, langkah kaki mondar madir, lalu aku terbangun dan kulihat jam sudah jam 9.30, dan aku langsung berpikir, itu pasti suara langkah kaki Ibu mertuaku, dan sudah jam segini pasti kami hanya berdua saja dirumah. Aku beranjak dari tempat tidur menuju ke pintu kamar dengan kubuka sedikit pintu kamarku dari celah itu aku bisa melihat sesosok tubuh sintal, dan benar saja itu adalah ibu mertuaku yang sedang membereskan baju yang telah selesai disetrika oleh pembantu. Suatu pemandangan yang luar biasa yang sangat jarang sekali aku lihat selama aku tinggal di rumah mertuaku ini. Mungkin Ibu mertuaku berpikir bahwa dia  sedang sendirian dirumah, karena pada saat itu dia masih memakai daster tidurnya yang berwarna krem berbahan katun tanpa lengan hanya sebuah tali tipis yang menggantung pada kedua  pundaknya, daster itupun terlihat lumayan pendek kira2 10-15 cm diatas dengkul –nya. 

Bulu kuduk-ku langsung berdiri ketika aku melihat pemandangan tersebut, dari celah pintu, kulihat lekuk tubuhnya yang sangat sintal terlihat jelas dengan bantuan sinar mahari pagi yang menerpa melalui sela2 jendela. Dari terpaan sinar tersebut lah mataku dapat menerawang dengan jelas kesintalan Tubuh Ibu mertuaku yang ada di balik dasternya itu. Aku sangat yakin akan pengelihatanku, bahwa pada saat itu Ibu Mertuaku tidak memakai BH, karena pentil buah dadanya menyembul terjeplak di Dasternya, tapi dia tetap  memakai CD warna hitam dan berenda. Pahanya yang putih dan mulus, payudaranya yang montog membusung membuatku sangat terasang dan ingin sekali kuterjang  dirinya pada saat itu. Melihat pemandangan seperti itu, aku langsung membuka baju dan celanaku, ku pandangi tubuhnya dari celah pintu sambil mengocok batang penisku. 

Tiba2 pergerakannya  seperti mengarah kearah kamar ku, dan benar saja. Secara spontan dan panik tapi tetap berpikir, ini adalah kesempatan sesuai dengan rencanaku, aku langsung melompat ke tempat tidur dan aku hanya menutupi selangkangan ku dengan bantal dan berpura2 tidur. Dia langsung masuk membuka pintu kamarku, dari pengelihatanku melalui sela2 kelopak mataku, dia sangat kaget karena melihat Menantunya ternyata masih ada di tempat tidur dalam keadaan telanjang pula, tetapi karena dia melihat aku masih tertidur, dia tetap masuk dan mengambil majalah diatas meja sambil terus memandangi ketelanjangan tubuhku ini, entah dia memang mau mengambil majalah atau hanya berpura2 saja agar dia bisa melihat ketelanjangan menantunya ini. 

Secara tiba2 aku berpura2 terbangun dan pura2 kaget dengan menarik selimut untuk menutupi penuh penis ku, sambil berkata, “ Eh Ibu...knp Bu ?? “, dengan lontaran kata2 ku seperti itu, Ibu Mertuaku semakin kaget dan bertambah malu lalu menjawab, “ Nuel gak kerja... Maaf ya..sorry..sorry..Ibu kira udah pada berangkat semua...mau matiin AC...Ibu kira udah pada berangkat tp koq AC masih nyala... “. Ibu mertuaku terlihat kelagapan dan sedikit malu. “ Iya Bu...saya lagi cuti nih Bu “, kataku membalas pernyataannya. Lalu dia terlihat menganggukan kepalanya dan memohon maaf sekali lagi kepadaku, sambil bergegas keluar dari kamarku sambil menutupi sembulan pentil payudara yang terlihat jelas pada dasternya dengan menggunakan majalah yang diselipkan diantara lipatan tangannya, dan dia pun keluar dari kamar ku dan menghilang dari pandangan, untuk menuju ke kamarnya. 

Begitu Ibu Mertuaku sudah tak terlihat pandangan mata, aku menunggu sekitar 10-15 menit dan aku langsung bangun dari tempat tidur dan segera berpakaian, aku langsung mengendap-endap menuju kamarnya. Setelah sampai pada depan pintu kamarnya, aku memperkirakan sepertinya dia sedang berada di dalam kamar mandi, kubuka sedikit pintu kamarnya, dari celah itu kutelusuri ruangan kamarnya yang memang kosong dan ketika aku melihat kearah pintu kamar mandi yang berada di dalam kamarnya memang seperti perkiraan ku dia sedang Mandi. 

Aku masuk kedalam kamarnya secara perlahan tanpa bersuara, kulihat sepertinya dia sudah melepas daster dan celana dalamnya yang digeletakan begitu saja di atas tempat tidurnya, kudekati pintu kamar mandinya yang dilapisi oleh kaca buram, tetapi tetap menampilkan suatu tampilan yang luar biasa, bayangan tubuh Ibu Mertuaku yang sedang mandi, lekukan tubuhnya yang sangat sintal dan bahenol, perutnya yang cukup rata, payudaranya yang membusung dan masih kencang serta pantatnya yang begitu menggemaskan membuat penisku ereksi total secara spontan, walau buram tapi tetap membuatku sangat bergairah. Secara otomatis aku mulai menggosok penisku dari luar celana, apalagi ketika dia menyabuni ketek lalu ke payudaranya dan terus kebawah sampai dia menyabuni selakangannya, yang terlihat samar2 buram aku perkirakan adalah bulu2 halus pada Vaginanya. 

Sampai pada akhirnya dia mematikan pancuran air, dan aku agak panik dan segera keluar dari kamarnya, tetapi aku tidak menutup rapat pintu kamarnya, dan sebelum keluar aku berhasil mendapatkan celana dalamnya yang tergantung dibelakang pintunya, dan mungkin belum sempat tercuci, dimana celana dalam itu akan kugunakan sebagai obyek onani-ku. Sekeluarnya aku dari kamarnya aku tidak langsung pergi begitu saja, pintu kamarnya yang tidak kututup terlalu rapat akan menjadi media pengelihatanku sewaktu Ibu Mertuaku berpakaian. Terlihat dari celah pintu kamarnya, dia keluar  dari kamar Mandi hanya berlilitkan handuk, lalu dia duduk di kursi meja rias, sambil mengeringkan rambutnya yang basah dengan pengering rambut, sungguh pemandangan yang sangat seksi. Pergerakan tangannya utk mengeringkan rambut, membuat lilitan handuknya sedikit demi sedikit melonggar dan akhirnya terlepas, kulihat dari pantulan kaca meja riasnya, sepasang buah Dada yang selama ini hanya bisa kulihat dari luar bajunya, kini aku bisa melihat dengan sempurna, apalagi  ketika Ibu Mertuaku berdiri dan berjalan menuju lemari untuk berpakaian, tubuhnya yang sangat sempurna mambuat aku susah untuk  menahan gejolak pada penisku, aku mulai mengocok penisku disitu, sampai akhirnya dia selesai berpakaian dan akupun kembali ke kamarku untuk meneruskan masturbasiku, tetapi tidak seperti biasanya kusemprotkan spermaku pada celana dalam – nya, tapi kali ini kusimpan sperma ku untuk nanti ketika aku bisa menetubuhinya dan aku pun bergegas mandi, untuk bergabung bersamanya di ruang tengah, sambil aku meletakan CD nya yg kucuri tadi di tempat pakaian kotor. 

Pada saat mandi aku berpikir mengulang semua kejadian tadi, menurutku tidak mungkin dia tidak tau, tadi aku mengintip, karena memang pintunya terbuka kurang lebih sekitar 3 inci, pasti dia tau tetapi dia diam saja, atau mungkin dia juga haus akan seks. Aku menjadi semakin penasaran. Dan akupun sudah mempersiapkan rencana selanjutnya, dengan menggodanya dan  mengajaknya minum bir dingin dengan campuran sesuatu, karena sudah pasti dia akan tidur siang dengan sangat nyenyak. Selesai mandi aku bergabung dengan Ibu Mertuaku di ruang tengah, hari menunjukan jam 12.00, waktunya makan siang. Pada saat itu ibu mertuaku berpakaian biasa2 saja dengan daster berwarna pink memang daster berlengan dan cukup panjang sampai hampir menutupi betisnya, tetapi tetap tidak bisa menyembunyikan lekuk tubuhnya yang sintal. Sejenak kami mengobrol satu sama lain, sampai pada waktunya Ibu Mertuaku mengajak makan, dan Ibu Mertua ku pun beranjak dari sofa ruang tengah menuju dapur untuk mempersiapkan makan siang untuk kami. Siang itu memang udara Jakarta terasa sangat panas, seperti yang biasa terjadi sehabis makan siang kami masih berada di ruang makan dengan percakapan yang cukup ringan. 

Pada saat itu aku pun aku mulai menggodanya, “ Panas banget ya hari ini Bu “, sambil menegadah keatas, dan mengipas2kan tangan ke leher. Lalu Ibu Mertuaku menjawab, “ Iya...gerah banget ya...abis  mandi...trus makan....malah jadi tambah gerah “. Langsung aku menimpali perkataannya, “ Mungkin juga faktor baju kali Bu...makanya Ibu ke gerahan....mungkin kalo pake baju tanpa lengan dan agak sedikit longgar...bisa rada adem bu, lagi pula kalo menurut saya, badan Ibu tuh ya...masih pantes tau...klo pake tank top atau you can see “. Dia terlihat mengerutkan dahinya, dan berkata, “ Ah....kamu bisa aja...orang udah umur segini, udah tua, malu ah”. Aku balas pernyataannya dengan berkata, “ Bu...orang juga gak nyangka kli umur Ibu 48, klo bilang umur 35 juga orang masih percaya Bu....lagi pula kenapa harus malu, kan dirumah gak ada orang pula “. Ibu Mertuaku terlihat tertawa simpul dengan rona merah di pipinya, lalu berkata, “ Iiiihhh kamu koq genit yach..sama Ibu Mertua mu...,kamu tuh yang harus ganti baju, basah keringatan tuh...nanti masuk angin !!! “, kata2 nya itu mengakhiri percakapan kami di meja makan, dan dia langsung pergi dan masuk ke kamarnya. 

Mendengar komentarnya tadi, aku jadi sedikit deg2an dan makin penasaran, lalu aku pun masuk ke kamarku dan mengganti kaos ku yang basah berkeringat, dan sekalian mengganti celanaku dengan celana boxer tapi aku sengaja tidak memakai celana dalam. Begitu aku keluar kamar aku melihat ruang tengah masih kosong, dan kulihat sepertinya Ibu Mertuaku masih ada didalam kamarnya, yang ada di benak ku...Apakah dia mengganti bajunya seperti yang aku sarankan?....Atau mungkin dia malu utk keluar karena memakai pakaian yang agak terbuka, dan telihat oleh Menantu laki2nya....Tetap ku tunggu kehadirannya di Sofa ruang tengah sambil aku persiapkan Bir dingin dari lemari es dan ku letakan di meja sofa, dan akupun menunggunya dengan menonton TV. Beberapa menit kemudian aku mendengar pintu kamarnya bedecit dan terbuka keluarlah Ibu Mertuaku dari dalam kamarnya, benar saja ternyata dia mengganti bajunya dan sekarang memakai daster  berwarna merah tanpa lengan tapi tidak terlalu mini seperti daster tidurnya, tidak terlalu pendek juga pas sedengkul. Aku tetap stay cool, pada saat itu...tetapi jantungku ini makin berdebar makin  keras. Kami duduk dalam satu sofa tapi tetap dengan jarak yang berjauhan, kubuka kaleng Bir itu, dan menawarkan kepadanya....dengan senang hati dia menerima tawaranku. 

Karena aku tau Ibu Mertuaku pasti tidak akan minum banyak, makan dengan rencana busuk-ku, ku bubuh kan sedikit obat tidur pada gelasnya secara diam2, dengan harapan dia menjadi mengantuk, setelah beberapa saat. Obat tidur ini  adalah sangat special, aku lupa namanya yang jelas....obat ini memang membuat orang tidak berdaya alias sedikit tertidur jika meminumnya, tetapi orang yang meminumnya akan tetap merasakan yang terjadi pada tubuhnya. Mungkin rasanya seperti mimpi yang nyata. Jam menunjukan pukul 13.30, kami bercakap2,  sambil sesekali aku melirik kearah payudara dan terkadang melihat betisnya, memang sangat menggiurkan. Setelah beberapa menit, percakapan itu berlangsung sambil kami minum minuman yang tadi kupersiapkan, dia mulai merasa bahwa dia sangat mengantuk. Pada saat itu obat tidur yang kuberikan mulai bereaksi pada tubuhnya. 

Lalu aku mengatakan kepada nya, agar tidur siang saja. Akhirnya dia bangkit dari sofa dan masuk ke kamarnya. Ku tunggu sebentar kurang lebih 15 menit, dan aku sudah sangat tidak sabar ingin menikmati tubuh Ibu Mertuaku itu. 15 Menit terasa sangat lama tapi akhirnya menit demi menit itupun berlalu, waktu hampir menunjukan jam 14.00, aku harus segera melaksanakan dan menuntaskan birahi ini agar cepat terselsaikan, karena bila semakin sore takut istri dan adik2nya pulang. Aku punya waktu kurang lebih 1-2 jam. Maka aku segera bangkit dari sofa dan masuk ke kamar Ibu Mertua ku, kulihat dia sudah tertidur lelap dan agak mengorok pelan. Aku kembali keluar rumah untuk menggembok pintu dan tidak lupa mengunci pintu utama rumah, agar tidak ada siapapun yang bisa langsng masuk entah itu istriku ataupun adik2nya. 

Setelah semua sudah terasa aman aku masuk kembali ke kamar nya, pintu kamarnya tidak  kututup terlalu rapatkubuka sedikit agak lebar agar bisa terdengar suara dari luar jika ada yang datang. Kumatikan lampu kamarnya dan kututup korden jendela kamarnya, agar agak remang2, berjaga bila Ibu Mertuaku mulai tersadar dia tetap merasa bahwa itu mimpi, karena  memang dosis obat tidur yang kuberikan sangat ringan. Karena aku ingin suatu efek dan dampak dari dirinya bila disetubuhi, karena sensasinya itu pasti akan jauh lebih membawaku terbang. Kubuka semua pakaianku, dalam keadaan bugil ini aku langsung naik keatas tempat tidur mertuaku. Sebelum kulucuti pakaiannya, sedikit kutampar pipi –nya tetapi tidak keras, untuk memastikan dirinya tidak berdaya. 

Setelah yakin, baru kulepaskan satu2 pakaiannya, mulai dari dasternya kulepaskan memang agak sulit karena dia berbaring agak meringkuk, tetapi akhirnya  lepas juga, setelah itu BHnya, yang dapat dengan mudah kulepaskan karena pengaitnya ada di depan diantara cup BH-nya, lalu terpampanglah payudara seorang Ibu2 berumur 48 tahun yang sangat ranum, putih dengan pentilnya yang berwarna merah muda kecoklatan, dengan sedikit remasan pada kedua payudaranya, aku langsung menuju kebawah, yaitu CD nya yang berwarna coklat dengan renda. CD seperti itulah yang selama ini membuat ku sangat bernafsu, kali ini aku bisa mendapatkan isi dari CD itu. Kuturunkan CD nya sampai terlepas dari kedua kakinya, dan terlihatlah Vagina Ibu Mertuaku dengan bulu2 halusnya yang sangat terawat dan tercukur rapih. 

Sekarang kami berdua sudah dalam keadaan telanjang, ketelanjangan antara seorang Ibu Mertua dengan menatu laki2nya. Kupandangi beberapa detik tubuh telanjangnya yang terlentang pasrah di tempat tidur, dari ujung rambut sampai ke ujung kakinya, terlihat sangat indah, cantik, putih mulus tak bercela dan sangat menggairahkan, lalu ku lebarkan sepasang kakinya selebar mungkin dan terlihatlah Vagina-nya yang terawat dengan bulu2 yang tercukur sangat rapih. Penisku sudah ngaceng total, kereksian yang benar2 fulll. Lalu aku beranjak berlutut diantara kedua pahanya yang telah ku lebarkan, dan aku mulai membaringkan tubuh bugilku diatas tubuh Ibu Mertuaku, kucium dahinya sambil ku belai rambutnya, kulumat bibirnya sambil terus ku jejali lidahku ke dalam mulutnya sedalam  mungkin dan penis ku yang sudah mengeras secara otomatis tergesek membelah bibir Vaginanya dan membuat gesekan pada klitorisnya, setelah itu kutelusuri leher-nya yang jenjang kuberikan sedikit cupangan kecil pada lehernya, aku ingin membuatnya penasaran saat dia sadar nanti, kuremas payudaranya dan kusedot satu persatu kedua puting susunya, dan aku merasa puting susunya seperti mengeras dan semakin meruncing, ketika kuraba Vaginanya yang sudah agak basah, menurutku mungkin dia sudah sedikit tersadar tetapi mungkin dia masih bertanya dalam hatinya ini mimpi atau fakta. 

Kuturunkan kepalaku diantara pahanya lalu kujilat Vaginanya dengan sedikit membuka bibr vaginanya dengan jari2 ku, kumasukan jari telunjuk kedalam Vaginanya yang sudah basah, sambil kuhisap klitorisnya yang juga sudah membesar sebesar kacang, sambil terkadang ku lihat kearah wajahnya, matanya seperti membuka sedikit demi sedikit, lalu terpejam lagi, belum puas aku melihat efek dari raut wajanya, kumasukan 2 sampai 3 jari kedalam vaginanya, kucocok dan kuaduk jari2 ku di dalam Vaginanya, aku mulai mendegar rintihan kecil dari mulutnya yang agak terbuka. Aku sudah tidak tahan lagi untuk menyetubuhi Ibu Mertuaku ini. 

Maka kusiapkan batang penisku yang sudah keras dan tegang, tetapi sebelum kutancapkan kedalam vaginanya, kumasukan terlebih dahulu penisku kedalam mulutnya, kujejali semua batang penisku kedalam mulutnya dengan gaya 69, sambil aku menjilati Vaginanya dan kuputar lidahku di sekitar liang anusnya. Kurasakan mulutnya mulai melakukan pergerakan2 menolak dan berusaha  memuntahkan penisku dari dalam mulutnya, sepertinya dia sudah mulai tersadar, dengan pergerakan tubuhnya sedikit demi sedikit, dan matanya pun mulai terbuka sedikit. Ku perbaiki posisiku dengan kembali berbaring diatasnya, lalu dengan sekali sodok saja, penisku masuk kedalam Vagina Ibu mertuaku...blesssss....rasa yang sangat luar biasa, dalam keadaan tidak sadar saja Vaginanya seperti menghisap dan memijat dari dalam...apalagi bila dalam keadaan sadar. Kukocok penisku sedalam2 nya, dengan sangat brutal dan liar....Vaginanya lama kelamaan makin becek aku mulai merasakan ada sesuatu yang mengalir yang menyemprot kepala penisku dari dalam Vaginya,  dan tubuhnya pun seperti menegang dan bergetar. 

Harus kuakui Vagina Ibu Mertua ku lebih mantap dari Vagina Istriku. Sepertinya Ibu Mertuaku sudah mengalami orgasme. Waktu terus berjalan, aku kocok terus penisku sedalam dalamnya pada Vagina Ibu Mertuaku semakin kencang, akupun sudah khampir keluar, tetapi aku sepertinya mulai merasakan tolakan2 dari tubuhnya, tanganya mulai  bergerak lemas seperti mau melepaskan penetrasiku terhadapanya, pahanya pun seperti ingin merapat, tapi pergerakan itu malah membuat penetrasiku semakin kencang. Akhirnya kumuntahkan cairan maniku ku dengan 4-5 kali semprotan ke dalam Rahim Ibu Mertuaku, dan aku langsung terkulai lemas terbaring diatas tubuhnya. Sambil kucium bibirnya, kucabut penisku dari vaginanya, ku bersihkan penisku memakai celana dalam Ibu Mertuaku, lalu aku duduk di kursi yang berada disebelah tempat tidurnya, sambil memandangi tubuh Ibu Mertuaku. Sperma yang kusemprotkan sangat banyak, mengalir keluar dari dalam Vagina-nya yang telah bercampur dengan cairan kewanitaan Ibu Mertuaku. 

Aku sedikit termenung, apakah dia juga puas akan perbuatan ku kepadanya, posisi nya belum berubah masih terlentang dan mengangkang. Apakah dia sudah sadar atau belum, jika sadar berarti dia juga mau....mungkin setengah sadar dan masih menganggap  semua ini adalah mimpi indah. Penisku yang tadinya sudah lemas kembali bangkit lagi bergairah, setelah beberapa saat, kulihat jam waktu menunjukan pukul 15.00, mungkin aku masih ada sedikit waktu. Kuambil sedikit bodi lotion Ibu Mertuaku dari meja riasnya, dan aku pun merubah posisinya...membalikan badannya menjadi tengkurap dan mengganjal perutnya dengan dua buah bantal agar pantatnya membusung ke atas, dan juga tidak lupa melebarkan sepasang pahanya. Posisi ibu mertuaku menjadi menungging, dan aku pun sudah berlutut di belakangnya siap menyodoknya dengan posisi doogy style, kumasukan kembali penisku kedalam vaginanya....posisi ini rasanya memang lebih nikmat, sambil kusodok Vaginanya...aku mengambil lotion dan kutaruh pada jari telunjuk ku kugosokan jari telunjuk ku pada lubang anus Ibu Mertuaku sambil sedikit demi sedikit kumasukan telunjuk ku ke dalam anusnya, dalam beberapa saat pada posisi doogy style aku merasakan kembali sesuatu menyemprot penis ku dari dalam Vaginanya, serta di iringi getaran pada tubuhnya serta desahan lembut yang terdengar seperti bebisik pelan, dia telah mengalami orgasme untuk yang kedua kalinya, kataku dalam hati. 

Pikiranku makin liar, kucabut penisku...dari Vaginanya yang becek oleh cairan oragsmenya, dan kembali mengoleskan lotion itu pada kepala penis dan batang penis ku, kukocok dengan tanganku agar rata...lalu aku mulai mengambil ancang2 untuk memasukan penisku kedalam lubang anusnya, saat itu memang menegangkan, karena Ibu Mertuaku seperti tersadar dari tidurnya....pinggulnya mulai bergerak menolak bergeser ke kanan dan kekiri, kulihat wajahnya tetapi matanya masih tertutup tetapi memang dahinya agak berkerut, aku takut dia sadar, tapi experiment ku kali ini harus berhasil. Ku pengang erat pinggulnya  agar tidak bergerak, sampil tetap ku tekan tanganku pada punggungnya agar dia tetap merebah, lalu kutekan kuat2 penisku kedalam anusnya, sulit sekali masuk...akhirnya dengan sedikit ludah yang kuteteskan dari mulutku ke kepala penisku, penisku dapat masuk mulai dari kepala, kutekan sedikit lagi sampai pada batangnya, setelah masuk semua dengan perlahan mulai kukocok penisku di liang anusnya, sambil sesekali kulihat kearah wajahnya dengan mata tertutup tetapi giginya seperti mengigit bibir  bawahnya dan dahinya pun berkerut...” Ssshhhh....Mmmpffffff...... “, itu saja yang terdengar dari mulut Ibu Mertuaku, 

Aku merasa bahwa pasti sekarang Ibu Mertuaku sedang menahan perih pada anusnya, sementara aku sedang menahan nikmatnya anus Ibu Mertua yang memang belum pernah di jamah siapapun, dan menahan semburan spermaku pada lubang anusnya. Karena saking sempitnya anus Ibu Ku dan sangat kesat, dengan beberapa kocokan yang sangat cepat dan dalam, aku langsung menyemburkan spermaku kembali pada liang anusnya. Rasa yang luar biasa...surga Dunia yang sempurna. Setelah kucabut batang penisku dari dalam anusnya. Aku langsung beranjak dari tempat tidur, kubiarkan posisinya tetap seperti itu, akan kubereskan nanti setelah aku selesai membersihkan penisku. Kulangkahkan kaki ku ke kamar mandi yang berada didalam kamarnya...kucuci penisku, sambil merenung dalam hati, aku tidak pernah berhungan anal dengan istriku karena memang dia sangat tidak mau, hahaha...tetapi aku bisa mendapatkanya dari Ibu-nya, yang mungkin ayah mertua ku pun belum pernah merasakan lubang yang satu itu. 

Setelah selesai aku kembali lagi kepadanya, dan melihat posisinya sudah berubah menjadi meringkuk sangat rapat, dan melihat sperma segarku yang mengalir dari anusnya membasahi seprai tempat tidur. Melihat keadaannya yang seperti itu, gairahku kembali memuncak, kulihat jam menunjukan hampir jam 4 sore, kupikir masih ada waktu 15 menit untuk satu buah ekxperimen lagi. Dalam keadaan ku yang masih telanjang, kupandangi wajah Ibu Mertuaku, ekor matanya agak basah, apakah dia sadar terus menangis....masa bodoh apa boleh buat....kupegang rahangnya kubuka paksa dan aku menyodokan penisku kembali kedalam mulutnya, saking bernafsunya aku....Ibu mertuaku sampai mengeluarkan air mata, kutanamkan penisku sampai kepada kerongkongannya...dan aku rasakan ibu mertuaku seperti menahan ingin muntah.....sekitar 10 menit eksperimen ini berlangsung, dan akhirnya ku semprotkan sisa spermaku memang tidak terlalu banyak dan tidak terlalu kental kedalam tenggorokannya kujepit hidungnya sesaat agar dia mau menelan spermaku, dan spermaku pun habis tertelan olehnya. 

Kucabut penisku dari mulutnya. Dan ku lap penisku dengan celana dalamnya, lalu aku langsung berpakaian, dan aku pun tidak lupa untuk membereskan dan memakaikan kembali pakaiannya BH sampai celana dalamnya yang penuh dengan ceceran cairan surge milik kami berdua, dimana celana dalam itu kupakai untuk membersihkan penisku, Vagina Ibu Mertuaku dan lubang anusnya dari aliran2 spermaku. Setelah kuyakinkan semua beres, aku buka kembali semua pintu yang tadi kukunci dan aku masuk kekamarku duduk dengan manis menunggu istriku pulang. Pas jam setengah enam sore, istriku pulang dan aku keluar dari kamar untuk menyambutnya, kulihat ibu mertuaku juga sudah bangun, dan agak menatap sinis kepadaku, aku hanya tersenyum sedikit, walau memang agak deg2an, tapi aku yakin dia tidak akan bilang pada siapapun, karena aku tau dia pun juga menikmatinya. Ku sapa Ibu Mertuaku, dan dia membalas tegoranku dengan sangat datar. Saat makan malam tiba dan kami makan bersama, Aku dan Ibu Mertua ku pun saling bertatapan penuh arti, sampai pada keesokan paginya...aku masih cuti....kulihat dia dengan pakaian tidur yang seksi dan sudah agak cuek dengan penampilannya yang minim di depan menantunya. Kulihat Ibu Mertuaku sedang menjemur sperai, celana dalamnya, ternyata dia pun langsung mencucinya mungkin untuk mengilangkan jejak...hahaha tawaku dalam hati. Mungkin lain kali akan kusetubuhi dia dalam keadaan sadar. 
TAMAT.



Aku, Istriku dan Mantan pacarku



Cerita ini aku alami waktu berlibur di kota S bersama istriku. Saat itu aku ketemu mantanku waktu kerja di kota itu. Namanya Maya, sebut saja demikian. Aku dan istriku waktu itu menginap di hotel 'S', kami berdua sudah hampir 3 hari menginap untuk sedikit refresing dari kota J.
Selama ini aku mendengar Maya hidup sendiri, dia sudah putus sama yang katanya calon suami waktu dulu dikenalkan denganku, dan dia katanya sekarang adalah biseks (moga-moga bukan begitu yang aku dengar).

Hari keempat setelah usai makan malam, aku dan istriku mulai iseng seperti biasa suami istri saling cium, saling hisap walaupun dengan pakaian setengah telanjang, namun gairah kami berdua tidak ada habis-habisnya (maklum tiap hari pikiran ini dipenuhi pekerjaan kantor, jadi wajar kalau tiap hari waktu liburan kami senantiasa berhubungan). Kata teman-temanku aku punya libido seks yang tinggi, makanya istriku kadang-kadang tidak kuat meladeni diriku di ranjang. Tengah asyik-asyiknya kami penetrasi pintu kamar hotelku diketuk, aku langsung beranjak tanpa mempedulikan istriku yang sudah ngos-ngosan tidak karuan. Betapa terkejutnya aku waktu kubuka pintu, sesosok badan yag anggun berdiri di depanku dengan celana jeans ketat dan kaos putih ketat terawang. Aku hampir terpesona "Maya.." kataku setengah gugup. "Ayo masuk," pintaku, tanpa sadar aku sudah setengah telanjang (walau hanya memakai celana pendek waktu itu).

Dia mengikutiku masuk ruangan hotel, istriku pun tengah rebahan dan hanya ditutup oleh selimut hotel.
"Ini Maya, Mah kenalin," mereka pun saling berjabat tangan.
"Oh, kalian sedang asyik yah, maaf kalo aku mengganggu?" kata Maya kemudian.
Kami pun agak kikuk, namun Maya dengan santai pun berkata,
"Lanjutin aja, cueklah kalian kan sudah suami istri, ayo lanjutin aja!"
Aku dan istriku heran melihat hal itu, namun dengan sedikit kikuk tanpa aku pikirkan siapa dia, aku mulai lagi penetrasi dengan istriku (walaupun agak canggung). Kulumat bibir istriku, turun ke bawah di antara dua payudara nan indah yang kumiliki selama ini (ukurannya sih 34B) kujilat-kugigit puting susu istriku, dengan terpejam istriku mendesah, "Aaahh.. aahh.." dia pun tidak memperdulikan sekelilingnya juga termasuk Maya. Mulutku mulai turun ke arah di lubang kemaluan istriku dengan tangan kanan dan kiri meremas-remas kedua payudaranya. Kujilati lubang kemaluan istriku, dia pun mulai bergoyang-goyang. "Mas.. itilnya.. aahh enak.. Mas.. terus.." Aku sempat melirik Maya, dia pun melihat adegan kami berdua seakan-akan ingin ikut menikmatinya.
 Aku, Istriku dan Mantan pacarku

"Mas, ayo mulai.. aku.. udah nggak.. kuat.. nih.." lalu penisku yang sudah mulai tegak berdiri mulai masuk ke lubang vagina istriku, "Bleess.. sleepp.." begitu berulang-ulang, tiba-tiba tanpa aku sadari Maya sudah melepas semua penutup tubuhnya, dia beranjak dari tempat duduk dan mendekati istriku, dilumatnya bibir mungil istriku. Edan! pikirku, namun ini memang pengalaman baru bagi kami berdua dan lebih ada variasinya. Istriku pun ternyata membalas ciuman Maya dengan bergairah, tangan Maya pun asyik memainkan puting susu istriku. Hampir satu jam aku naik-turun di tubuh istriku, dan tubuh istriku mulai mengejang "Mas.. aku.. ke.. lu.. aagghh.." Tubuh istriku tergeletak lemas di ranjang, Maya tahu kalau aku belum sampai puncak, ditariknya diriku agar duduk di tepi ranjang, dengan penis yang masih tegak dan basah oleh sperma istriku. Maya mulai menjilati penisku dengan bergairah, "Enak Mas cairan istrimu ini," katanya. Istriku yang melihat hal itu hanya senyum-senyum penuh arti, Maya masih dengan bergairah mengulum-ulum penisku yang panjang dan besar itu, "May, aku pengen.." Dia tahu apa yang kuminta, tanpa bertanya pada istriku Maya naik di antara kedua kaki, rupanya lubang kemaluannya sudah basah melihat adeganku dan istriku tadi.

Lalu "Bleess.." penisku sudah masuk ke vagina Maya. Istriku melihat itu hanya terdiam, namun kemudian dia bangkit dan mendorongku sehingga aku di posisi terlentang di ranjang. Ia mulai naik ke tubuhku dengan posisi lubang vaginanya tepat di atas kepalaku. "Jilati Mas.." pintanya manja. Aku mulai menjilati lubang kemaluan istriku dan klitorisnya yang indah itu, istriku dengan posisi itu ternyata lebih bisa menikmati dengan Maya, mereka saling berciuman dan posisi Maya pun naik-turun di atas penisku. Istriku dengan bergairah melumat kedua puting payudara indah milik Maya, setelah setengah jam tubuh Maya mengejang, "Mas.. aku.. mau.. ke.. aahh.." cairan panas menerpa penisku, begitu pula aku sudah ingin mencapai puncak dan tak tahan lagi spermaku tumpah di dalam lubang vagina Maya. Maya kemudian beringsut dari tempat tidur, dia berjalan ke arah tas yang ia bawa tadi, lalu mengeluarkan sebuah benda coklat panjang dengan tali melingkar, itukah yang dinakan "dildo", aku dan istriku baru tahu waktu itu.

Maya mulai mengenakan dildonya, persis seperti laki-laki, dia berjalan ke arah istriku yang sejak tadi rebahan di sampingku. Maya mulai beraksi, dia menciumi istriku dengan bergairah, melumat puting susu istriku yang tegak, turun ke vaginanya, dijilatinya dengan puas, klitorisnya dimainkan dengan ujung lidahnya, istriku tak tahan dia mendesah-desah kenikmatan. "May.. terus.." Maya kemudian melepas vagina istriku yang tadi dijilat dan digigitnya, dia naik di atas tubuh istriku, lalu tangannya membimbing dildo yang dia pakai tepat di atas lubang vagina istriku, dengan sekali tekan masuklah dildo itu, "Aauugghh.." teriak istriku. "Enak Mas.. lebih enak dari punyamu.." katanya, aku hanya tersenyum. Maya seakan bergairah sekali dalam permainan itu, seakan-akan dia seorang laki-laki yang sedang menyetubuhi wanita, istriku pun menikmatinya. Aku sudah tidak tahan melihat adegan itu, tanpa minta ijin dulu dengan posisi membelakangi Maya aku melihat warna merah indah vagina milik Maya terpampang di depanku. Dengan sekali genjot penisku sudah masuk ke lubang itu, "Bleess.." Mata Maya sampai terpejam-pejam menikmati itu.
 Aku, Istriku dan Mantan pacarku

Setelah beberapa lama tubuh istriku tampak mengejang dan, "Ahh.. May.. sayang.." Dia lemas untuk kedua kalinya. Maya tiba-tiba menahanku, sehingga aku terdiam, dia bangkit berdiri dari posisi di atas istriku, dia mendorongku ke tempat tidur, dia melepas dildonya dan naik ke tubuhku, dia mulai lagi dengan posisi seperti awal tadi, wow nikmat sekali. Istriku bangkit dari ranjang, dia iseng mengenakan dildo yang dikenakan Maya tadi, lalu berjalan membelakangi Maya, istriku melihat dengan indah pantat Maya yang putih mulus dan halus itu. Dibelainya dengan lembut, dia mendorong tubuh Maya sehingga terjerambab, dengan posisi itu kami dapat saling berciuman dengan bergairah. Istriku lalu mengambil posisi, dengan perlahan-lahan dia memasukkan dildonya di dubur Maya (dia ingin anal seks rupanya dengan Maya), dengan gerakan lembut dildo itu masuk ke dubur Maya, Maya pun berteriak, "Aagghh sa.. kit.." istriku pun berhenti sebentar, lalu dengan gerakan maju-mundur secara pelan dildo itu akhirnya lancar masuk ke dubur Maya. Mata Maya pun sampai terpejam-pejam, "Mas.. aku.. udah.. nggakk.. ku.. at.. la.." kembali cairan panas menyerang penisku.

Istriku sudah berhenti memainkan dildonya takut Maya menderita sakit. Tubuh Maya terbaring di ranjang sebelahku, istriku yang nafsunya masih menggebu langsung menyerangku, dia dengan posisi seperti Maya tadi mulai naik-turun dan tanganku pun tak ketinggalan memilin kedua puting susunya. Setelah hampir satu jam kami bergumul, akhirnya klimaks kami berdua sama-sama mengeluarkan cairan di dalam satu lubang. Istriku kemudian beringsut, dia ingin mengulum penisku yang masih tegak berdiri dan basah oleh cairan kami berdua, Maya pun tak ketinggalan ikut mengulum-ngulum penisku. Betapa nikmatnya malam ini, pikirku.

Akhirnya kami bertiga tertidur karena kecapaian dengan senyum penuh arti semoga permainan ini dapat kami teruskan dengan didasari rasa sayang bukan karena nafsu semata di antara kami bertiga. Semoga!

TAMAT



Kekasihku Permata Hatiku



Katakanlah aku Fadly. Aku adalah laki-laki hampir setengah abad yang kuno. Masa mudaku kuhabiskan dengan menjadi aktivis dan aku pun memegang sebuah yayasan sebagai pengurus tetap. Aku menikah dengan istri yang kuno juga dan anakku sudah besar bahkan sudah ada yang kuliah dan bekerja.

Aku sering mengajar (utusan yayasanku tentu saja). Banyak muridku dan kenalanku, aku pun sering berpergian ke segala penjuru tanah air. Begitu banyak wanita yang kutemui tetapi tidak pernah terlintas untuk melirik ke wanita lain. Sampai suatu hari, aku menemui seorang peserta di kelasku berwajah manis, kulit coklat tua, bertubuh tegap, memiliki payudara besar dan pantat yang kencang (belakangan aku tahu dia memang bekas olahragawati). Yang menjadi perhatianku adalah dia alim dan kalem serta serius sekali mengikuti pelajaran dan memang di akhir kursus dia menduduki ranking pertama di kelasnya dan nilai tertinggi selama 15 tahun pendidikan ini dilaksanakan.

Dua tahun tidak kudengar kabarnya, sampai suatu saat kuketahui bahwa tulisan di buletin dengan nama "Dhei" yang selalu kuikuti adalah dia. Dan yang lebih kaget lagi ketika kami memerlukan seorang pengurus pusat yang kosong, 3 orang mengusulkan dia. Singkatnya, jadilah dia pengurus dan 2 tahun kemudian dia menikah serta memiliki seorang anak balita. Kami sering bersama-sama dan sering ke luar kota bersama (suaminya bekerja di kota lain) dan lama kelamaan kami bagaikan 2 orang sahabat, padahal usianya 15 tahun lebih muda. Kami saling berbagi cerita sampai akhirnya masalah sexualitas. Kukatakan padanya bahwa aku sering gagal dalam bercinta karena aku "peltu" (nempel metu), ejakulasi dini. Mendengar itu dia hanya tersenyum. Mungkin karena tekanan pekerjaanku dan banyaknya problem, aku merasa sudah 10 tahun menjadi "peltu".

Suatu hari di kota B, pengurus lain sudah tidur, kami masih mengobrol. Kulihat dia agak pincang, rupanya terkilir dan terlalu lelah. Kucoba mengurutnya sedikit di kamarnya, memang sakit luar biasa. Dhei sosok agak tomboy, gemar t-shirt dan celana pendek sewaktu santai. Setelah mengurut kakinya, dia melanjutkan bekerja dengan note-book sambil menonton TV, aku pun merasa ngantuk dan tanpa kusadari aku tertidur di kasurnya. Aku terbangun hampir 2 jam kemudian dengan posisi telungkup dan tanganku melingkar di pinggang Dhei (saat itu dia sudah di sampingku duduk menonton TV).

Ketika tahu aku terbangun, dia menggodaku, "Mas Mas, maaf yang punya badan belum pulang kampung." Kami pun tertawa, tiba-tiba entah setan apa, aku duduk di sampingnya dan langsung kutarik wajahnya dan kukecup keningnya, perlahan-lahan turun ke bibirnya. Dhei membalas mengulum bibirku dengan lembut. Langsung darahku bergejolak karena aku ini cuma manusia kuno, berciuman pun jarang. Dhei membuka celanaku perlahan-lahan dan dia pun membuka celananya. Kami masih sama-sama mengenakan t-shirt. Tiba-tiba aku teringat dengan "peltu"-ku dan benar saja, ketika penisku menempel pahanya, aku sudah mau meledak hingga akhirnya keluar dalam waktu hanya berciuman 2 menit. Betapa kecewanya aku, mungkin juga dia. Padahal penisku tidak kecil, diameter 3 cm, panjang 17 cm. Kusembunyikan wajahku di samping wajahnya (saat itu aku masih di atasnya), namun Dhei berkata sambil memelukku, "Mas, kita coba lagi yah, kapan-kapan, dalam suasana yang lebih rileks."

Tiga bulan kami tidak pernah membicarakan hal itu, hanya saja dia kelihatan ceria dan sering mencuri cium kepadaku. Aku senang melihat semangatnya, sampai suatu hari tiba saatnya kami harus ke luar kota lagi. Acara di sana 2 malam, tapi Dhei mengajakku untuk tinggal lebih lama dengan tanggungan sendiri tentunya. Dengan segala alasan, kami pun berpisah dengan rombongan. Dhei memilih hotel baik dan berbintang. Begitu kami sudah rileks di kamar, dia mengajakku untuk mandi sama-sama. Darahku mulai bergejolak lagi. Aku tidak pernah mandi dengan istriku kecuali ia menyekaku 1 kali waktu aku sakit. Aku disuruhnya ke kamar mandi lebih dahulu, setelah hampir 10 menit baru dia menyusul. Bagaikan memandikan seorang bayi, dia membersihkan setiap celah yang ada di tubuhku dan menyuruhku menggosok gigi. Dhei pun melakukan hal yang sama. Kurasakan penisku sudah menantang dan sudah ingin meledak lagi. Tetapi Dhei tidak menyentuhnya atau melakukan apapun yang bersifat merangsang. Seperti acuh tak acuh saja.

Keluar dari kamar mandi, aku terkejut karena sprei sudah diganti dengan bahan seperti perlak bahkan dilapisi lagi sebuah plastik yang diberi karet sudutnya seperti sprei agar bisa disangkutkan di kasur. Aku langsung bertanya, "Eyik, kamu mau bikin apa sama Mas?" Dhei hanya tersenyum dan berkata, "Mau bikin Mas Ai santai. Jangan khawatir, Eyik nggak akan bikin sakit, kok." Dhei mematikan AC dan membuka jendela (kami di lantai 11). Lalu aku direbahkannya, dia mengambil cream yang bila terkena air berbusa seperti sabun. Di samping tempat tidur sudah ada botol mineral 600 ML sebanyak 4 botol. Digosok-gosokkannya cream yang sudah terkena air ke tubuhku dan tubuhnya bagian depan. Aku hanya bertanya-tanya saja melihatnya.

Mulailah dia memijit dadaku dengan posisi berlutut di sampingku. Perlahan-lahan dikecupnya bibirku dan disedotnya dengan lembut bibirku. Caranya menyedot khas sekali, dengan bibir dalamnya dengan sedikit dimonyongkan bibirnya, tapi rasanya menggelitik sekali. Dimasukkannya lidahnya ke liang telingaku dan mengulum serta menyedot daun telingaku. "Mmmhh.." hanya itu saja yang keluar dari mulutku. Tiba-tiba, kedua lututnya diletakkan di samping tubuhku, dan Dhei memijit tubuh depanku dengan tubuhnya. Oh, aku merasakan kenikmatan awal. Dia melakukan gerakan bergesekan tubuh ke atas ke bawah (karena kami sama-sama dilumuri cream tadi), dan dia melumat bibirku. Payudaranya yang besar dan kenyal terasa sekali di dadaku. Baru saja aku hendak membalas melumat bibirnya, tiba-tiba Dhei berputar dan kini di hadapanku adalah bulu-bulu vaginanya. Disanggahnya tubuhnya dengan lututnya, sementara mulutnya sudah menghisap kemaluanku dan tangannya mengurut pahaku. Aku mulai mengerang karena penisku kejang dan mau meledak, rupanya Dhei mengetahui itu dan dikocoknya penisku dengan mulutnya sampai aku menjerit kecil dan orgasme. Dihisapnya sampai tidak setetespun tersisa. Baru kusadari bahwa ini pengalaman pertamaku di usia setengah abad penisku dihisap.

Dhei berdiri menggosok cream ke punggungnya dan meletakkan telapak kakiku di atas kasur serta memintaku menaikkan pinggulku. Kuturuti saja dan kejutan baru, dia meluncur ke bawah tubuhku dalam keadaan telungkup. Pantatnya me-massage-ku dari bawah, digoyangkannya dengan eksotik sekali. Punggungku seperti tidak bertulang lagi. Tangannya dilingkarkan ke tanganku ke atas kepala kami beberapa saat. Kemudian dilingkarkannya kakinya ke kakiku, dengan gerakan cepat, kami berbalik. Sekarang aku yang telungkup, dia di punggungku. Diraihnya sebotol air mineral, diteteskannya perlahan ke sela pantatku, maksudnya untuk dibersihkan. Setelah itu, "Ohh, Eyik.." dia memijat sela-sela pantatku dengan lidahnya, memijat lubang anusku sampai di bijiku. Dijilatinya balik ke atas. Disedotinya perlahan-lahan ke bawah, dan ke atas lagi. Spermaku berhamburan tidak tertahankan lagi di atas sprei plastik. Lalu dia memintaku untuk berposisi menungging, dan dia meluncur lagi dari bawahku, kini dalam posisi berhadap-hadapan. Dengan suatu gerakan, kepala penisku (yang sudah tegang lagi), berada di bibir vaginanya. Naluri laki-lakiku datang dan langsung kugoyangkan pantatku sehingga penisku keluar masuk di vaginanya. Aku benar-benar menikmati dan tidak cepat orgasme lagi. Tiba-tiba didorongnya aku sedikit dan penisku keluar, dengan gerakan cepat aku ditolaknya ke kiri dan dia bergerak ke kananku. Kini kami berposisi melintang di tempat tidur, dalam keadaan 69, aku masih di atas.

Aku sempat kehilangan kesadaran beberapa detik ketika kurasakan penisku sudah dijilati dan dihisapnya, sedangkan lututku sudah menyangga tubuhku. Aku tidak pernah menjilat vagina sebelumnya, tapi sekali itu, aku benar-benar buas memangsa vaginanya dan kudengar dia pun mendesah sambil mengangkat pinggulnya. Ternyata aku suka sekali rasa vaginanya. Klitorisnya yang kecil tapi menantang enak untuk digoda dengan lidahku. Kelihatannya Dhei mulai mengejang, dan perlahan-lahan dibaliknya tubuhku dan dia duduk di atas perutku. Diarahkannya penisku ke dalam vaginanya dan kami pun bercinta. Diusapnya dadaku dengan air mineral, kemudian dengan keahlian menyedotnya, disedotinya puting susuku lembut dan bergantian. Tidak kusangka, ternyata ada rangsangan lain karena kukira puting laki-laki bukan penghantar rangsangan. "Mmmhh, Eyik.. geli sekali," itu saja yang kukatakan. Kuminta ia agar di bawah, dan gantian aku yang mengusap payudaranya dengan air mineral. Setelah itu kujilati dan kusedoti perlahan-lahan, dia mengerang dan dengan suara lirih sambil kami masih bercinta, "Mas Ai nggak marah Eyik giniin?" "Tentu saja tidak sayang, Mas bahkan nggak percaya bisa begini." Suaraku semakin lirih dan ngos-ngosan. Dhei mulai mengejang dan mengerang, tapi katanya, "Aku mau kita keluar sama-sama, Mas.. Eyik tahan-tahanin, ya?" Akhirnya kami pun keluar bersamaan dan kami benar-benar letih. Kuusap dadanya, kekecup bibirnya.

Tidak terasa kami sudah bermain-main selama 3 jam dan sejak sore itu, aku merasa kembali sebagai pejantan. Selama 3 hari 2 malam di sana, kami bercinta sekitar 10 kali. Tidak terasa 1 tahun telah berlalu. Saat ini Dhei sedang berada di negeri Paman Sam karena dikirim kursus oleh kantornya selama 3 bulan dan baru berjalan 2 bulan. Aku sudah mulai uring-uringan karena kami biasa berhubungan sex minimal 5 kali seminggu. Dhei tidak pernah menanggapi e-mailku yang bernada porno kepadanya, jawabannya hanya seputar kursus dan tempat-tempat yang dikunjunginya. Aku mulai kesal dan karena usiaku yang sudah terbilang tidak muda lagi, aku pun merasa Dhei mulai meninggalkanku. Aku tidak pernah berhasil berhubungan sex dengan istriku, masalah "peltu" selalu terjadi lagi, padahal selalu berhasil dengan Dhei.

Tibalah hari di mana aku sudah kesal luar biasa dan kutelepon Dhei dengan marah-marah, menuduhnya yang tidak-tidak, dan kukatakan bahwa aku tidak lagi mencintainya, dan sebagainya, padahal dia sedang di tengah diskusi. Dengan mesra dia menjawab, "Eyik tetap milik Mas, Eyik tetap sayang Mas, Eyik cuma sibuk." Spontan kuteriaki dia, "Bohong!" sambil kubanting teleponku. Sekitar pukul 09.30 keesokan harinya, stafku mengantar seorang kurir yang katanya ada kiriman harus kuterima langsung. Punggung si kurir masih kelihatan meninggalkan ruangan, aku sudah berteriak gembira karena kekasihku mengirimi tiket dan tertulis, "Masih mau jemput Eyik pulang?" Luar biasa girang, dan segera kutelepon lagi dia. Baru sebut hallo dan "Ticket.." dia langsung menjawab, "Katakan lagi kalau Mas sudah tidak cinta Eyik.." Dan kami pun tertawa.

Sudah 1 jam kutunggu dia di airport di negeri Paman Sam, sampai aku tertidur di bangkunya ketika sebuah kecupan hangat kurasakan di bibirku. Kekasihku sudah di hadapanku dengan sweater warna-warni dan topi warna cerah senada yang memberi kesan manis pada wajahnya. Tanpa pikir panjang kulumat habis bibirnya karena aku begitu merindukannya sampai dengan sedikit memaksa dia mengajakku ke mobil sewaannya. Apartemen yang disewanya hanya memiliki 1 kamar tidur dengan 1 kamar mandi di kamar dan ruang tengah yang bersambung dengan dapur serta 1 toilet untuk tamu di dekat pintu masuk.

Apartemen kecil tapi kelihatan ekslusive. Kulihat masakan yang sudah dingin. Rupanya pagi-pagi sekali dia sudah masak, dan pergi untuk menghadiri diskusi, makanya terlambat menjemputku. Sambil memanaskan makanan, kami mengobrol dan dia menanyakan kabar keluargaku dan anaknya (aku memang setiap hari mampir ke rumahnya untuk menengok anaknya). Selesai menyantap makanan yang lezat, seperti biasa dia memintaku untuk mandi. Aku pun memintanya untuk memandikanku. Disiapkannya air hangat di bak berendam dan kemudian pakaianku dilepaskan satu persatu. Kerinduanku tak terbendungkan lagi. Langsung kulepas juga pakaiannya dan kudorong dia ke dinding kamar mandi. Kucium wajahnya, lehernya, puting susunya kugigit sampai dia merintih kesakitan. Kulumat-lumat payudaranya dan turun terus ke perutnya sambil terus kujilati dan kugigit. Aku masuk ke bak berendam yang bentuknya bulat dan merebahkan kepalaku ke pinggirannya sambil menarik tubuhnya. Dhei mengerti dan dia membuka kakinya sambil setengah berjongkok dan meletakkan vaginanya di atas mulutku untuk kujilati. Mendengar desahannya, semakin kubenamkan wajahku di antara selangkangannya. Kujilati klitorisnya sambil kusedot. Dhei meremas rambutku dan menarik berlawanan arah seolah-olah ingin melepaskannya, tapi aku semakin kuat menghisap vaginanya sampai akhirnya tubuhnya bergetar kuat dan kulepaskan karena dia sudah orgasme dan sudah habis kusedot cairannya. Belum puas kulampiaskan rinduku, dengan kasar dia kusetubuhi di dalam air. Air bak bergelombang dan sedikit luber karena goyangan tubuhku yang hot dan Dhei mengerang mesra sampai kami mencapai orgasme.

Selesai mandi, aku rebahan di tempat tidur. Diselimutinya dan dipijit-pijit punggungku. Kami masih sama-sama bugil dan dalam sekejap aku terlelap, letih karena perjalanan panjang. Aku terbangun 3 jam kemudian dan mencium harum kopi di meja samping tempat tidur. Rokokku pun ada di sana. Wajah manis itu sudah di hadapanku dengan t-shirt tipis dan celana pendek. Kukatakan kerinduanku dan Dhei menjawabku, "Mas Ai, selama kita di apartemen, Mas Ai tidak perlu pakaian karena badan Mas tidak akan kering". Aku masih memikirkan kata-katanya, Dhei mengambil sebuah toples berisi madu dengan pipet kecil yang unik. Dia mulai menanggalkan pakaiannya. Suhu di luar berkisar 12º C, tetapi penghangat di kamar bekerja baik, sehingga aku merasa hangat walaupun tidak berpakaian seharian. Aku dimintanya telungkup, dan kurasakan punggungku ditetesi madu. Dibentuknya dua garis lurus dari bahuku sampai ke pergelangan kakiku. Setelah itu, madu itu dijilatinya mulai dari kaki perlahan-lahan ke atas. Sambil menindihku, dikulumnya daun telingaku. Kurasakan bulu-buluku berdiri dan penisku mulai bereaksi. Kemudian direnggangkannya pantatku dan ditetesi beberapa tetes madu di sela-selanya untuk dijilatinya juga. Oh, permainan baru yang menyenangkan. Setelah selesai dengan punggungku, aku ditelentangkan. Kini badan bagian depanku ditetesi madu, seputar putingku, perut, pangkal paha, penis, sampai jari kakiku. Perlahan-lahan dikulumnya jari kakiku lalu naik ke paha. Langsung ke perut dan putingku. Dibersihkannya dengan lidahnya sampai ketika kusentuh tidak ada lagi bekas-bekas lengket. Ketiakku yang berbulu tidak begitu lebat juga dijilatinya sampai aku mengerang menahan geli bercampur nikmat. Aku hanya menutup mataku karena kegelianku. Kini dia turun ke pangkal paha. Dipijatnya dengan lidahnya dan dikulumnya bijiku. Lalu perlahan-lahan dikulumnya penisku. Dijilat dan dikulum kepalanya bergantian sampai akhirnya dimasukkan total ke mulutnya. Lembut sekali bibirnya. Aku memang heran dengannya, Dhei selalu cool, masih muda tetapi tidak pernah menunjukkan bahwa dia menggebu-gebu. Tetapi permainannya, lebih lihai dari yang kutonton di film-film blue.

Dalam keadaan penis tegak menantang, Dhei mengajakku turun ke karpet dan menyandarkanku di tempat tidur. Kini Dhei di atasku memasukkan penisku ke vaginanya. Payudaranya yang besar di hadapanku dan sangat mengundang. Langsung kupegang kedua tangannya dan kuletakkan di balik pantatnya sehingga dadanya lebih membusung. Sambil naik-turun, payudaranya kuciumi dan kuhisap serta kugigit kecil dan kuremas-remas. Dhei mendesah dan menggigit bibirnya. Ketika aku sudah sangat tegang, tiba-tiba Dhei naik ke tempat tidur dalam posisi merangkak. Tanpa pikir panjang langsung kumasukkan penisku ke vaginanya tetapi ternyata dilepaskannya dan dimasukkan ke dalam anusnya. Aku bingung bercampur aduk, apalagi yang diinginkan sekarang, pikirku. Ternyata, enak sekali bermain dengan anusnya yang masih kencang. Cukup lama sampai aku rasa ada yang mendorong dengan cepat di penisku. Seketika itu juga Dhei berlutut menghadap penisku dan membuka mulutnya. Spermaku langsung menyembur ke mulutnya dan membasahi dagu serta dadanya dan aku pun terkulai.

Sekitar 15 menit kemudian, Dhei mengajakku bilas. Dibilasinya tubuhku dan penisku. Setelah itu dia menggandengku ke arah dapur (kami masih bugil). Meja dapurnya terbuat dari batu dan permanen. Dhei duduk di atas meja dan aku duduk di kursi. Diletakkannya kakinya di atas kedua pahaku. Melihat posisinya, penisku pun langsung bereaksi. Kuhisap lagi payudaranya. Kumain-mainkan dengan lidahku cukup lama. Dia memelukku dan sesekali membungkuk mengulum telingaku. Nafasnya mulai memburu membuat dadanya semakin busung naik-turun. Lalu kakinya kuangkat dan kulipat, kuletakkan di atas meja menempel dengan pantatnya. Kini giliran vaginanya yang kulumat-lumat dan kusedot cairannya. Penisku mengeras lagi. Melihat Dhei meronta kenikmatan, langsung aku berdiri dan kutindih perlahan tubuhnya. Tangannya meraih penisku dan dikocok pelan-pelan sambil dimasukkan ke vaginanya. Kami bercinta lagi di dapur dengan hot dan sama-sama mengerang lebih berisik. Kali ini kami lepas erangan kami dan kerinduan kami dengan berbagai posisi di meja dapur dan tidak terasa sudah hampir tengah malam ketika kami sama-sama meledak dan mandi keringat.

Aku bahagia karena sanggup bertahan lebih dari 1 jam. Dua puluh hari kutemani Dhei di sana sampai selesai kursusnya. Aku benar-benar heran melihat Dhei, kursus, mengerjakan tugas, belajar dan bercinta, tidur hanya 4 jam. Belum lagi berbelanja, memasak dan mencuci pakaian kami. Sesekali Dhei berenang, di apartemennya ada kolam renang. Entah dari mana tenaga yang dimilikinya, seperti tidak kenal lelah dan selalu bersemangat. Aku selalu di dekatnya dan kuamati apa yang dimakannya. Memang makanan sehat semua. Tepat 14 hari di sana, kuhitung kami sudah bercinta sebanyak 70 kali dan sisa 6 hari berikutnya, sudah tidak kuhitung lagi. Kini hubungan kami sudah berjalan 3 tahun, Dhei adalah kekasihku dan permata hatiku yang sangat kucintai. Dhei telah menumbuhkan kepercayaan bahwa aku tidak punya kekurangan soal sex dan aku pun berharap dapat tetap memilikinya walaupun dengan cara seperti ini.