Aku Dan Mamaku



Pagi itu aku pulang sekolah lebih awal, karena memang minggu ini kami menjalani ujian semester 2 untuk kenaikan kelas 3 SMU. Sesampai dirumah nampak sebuah mobil sedan putih parkir didepan rumah. Siapa ya ? dalam hatiku bertanya. Padahal mama hari ini jadwalnya tennis.

Untuk menghilangkan penasaranku segera kumasuki rumah. Ternyata di ruang tamu ada mama yang sedang berbincang dengan tamunya. Mama masih menggunakan pakaian olah raganya, sedangkan tamu itu masih berpakaian kerja dan berdasi. “Sudah pulang sekolahnya ya sayang” Tanya mama padaku. “Oh iya, ini perkenalkan om Ari relasi bisnis papamu, kebetulan pulang tennis tadi ketemu, jadi mama diantar pulang sekalian”. Kami saling berjabat tangan untuk berkenalan.

Mereka kutinggalkan masuk kekamarku untuk berganti baju seragam sekolah. Aku adalah anak kedua dari dua bersaudara. Kakakku perempuan melanjutkan sekolah SMU-nya di kota “M” dan tingalnya indekost disana. Alasannya karena mutu sekolahnya lebih baik dari yang ada dikotaku (padahal daripada tidak naik kelas dan jadi satu kelas denganku).

Jadi tinggal aku sendirian yg menemani mamaku, karena papa sering pergi ke luar kota untuk melakukan kegiatan bisnisnya. “Indra, tolong kesini sebentar sayang.” tiba-tiba terdengar suara mama memanggilku. “Ya ma !” aku segera beranjak untuk menemui mama di ruang tamu. “Om Ari mau minta tolong di belikan rokok ke warung sayang” pinta mama. Aku segera mengambil uang dan beranjak pergi ke warung untuk beli rokok.

Sepulangnya dari warung tidak kutemui mama maupun om Ari di ruang tamu, padahal mobil om Ari masih parkir di depan rumah. Rokok kuletakkan di meja tamu lalu kutinggalkan kembali ke kamarku. Melewati kamar mama nampak pintu sedikit terbuka. Dengan rasa penasaran kuintip melalui celah pintu yang terbuka tadi. Didalam kamar nampak pemandangan yang membuat jantungku berdegup kencang dan membuatku sering menelan ludah. Nampak mama yang telanjang bulat tidur di atas ranjang dengan om ari menindih dan mengulum payudara mama tanpa menggunakan celana lagi. Dengan gerakan teratur naik turun menyetubuhi mamaku. Sambil mengerang dan meggeleng ke kiri dan kekanan, nampak mamaku menikmati puncak dari birahinya. Tak lama kemudian nampak om Ari mengejang dan rubuh diatas pelukan mama. Mungkin sudah mengalami orgasme. Tanpa sengaja dengan wajah kelelahan mama melihat kearah pintu tempat aku mengintip dan mebiarkan aku berlalu untuk kembali ke kamarku. Sesampainya di dalam kamar pikiranku berkecamuk membayangkan pemandangan yang baru kulihat tadi. Takterasa tanganku melakukan aktifitas di penisku hingga mengeluarkan cairan yang membuatku merasakan kenikmatan sampai aku tertidur dengan pulas.

Malam harinya aku belajar untuk persiapan ujian besok pagi. Tiba tiba pintu kamar terbuka. “Sedang belajar ya sayang” nampak mama masuk kekamarku menggunakan daster tidur. “Iya ma, untuk persiapan ujian besok pagi” mamaku duduk di ranjangku yang letaknya dibelakang meja belajarku. “Kamu marah sama mama ya ?” tiba tiba mama memecahkan keheningan. “Kenapa harus marah ma ?” tanyaku heran. “Karena kamu sudah melihat apa yang mama lakukan dengan om ari siang tadi”. “Enggak ma, memangnya om Ari telah menyakiti mama ?” aku balik bertanya. “Enggak, malah om Ari telah memberikan apa yang selama ini tidak mama dapatkan dari papamu. Papamu kan sering keluar kota, bahkan mama dengar papamu punya istri muda lagi.” “Kenapa mama diam saja ?” tayaku. “Yang penting bagi mama segala keperluan kita terpenuhi, mama tidak akan mempermasalahkan itu.”

“Kamu mau membantu mama sayang ?” tiba tiba mama memelukku dari belakang. Dapat kurasakan payudaranya yang ukurannya sedang menempel di punggungku. “Menolong apa ma ?” jawabku dengan suara bergetar dan sesekali menelan ludah. “Memberikan apa yang selama ini tidak mama dapatkan dari papamu.” “Tapi, aku kan anakmu?” “Kamu kan laki-laki juga, jadi kalau kita sedang melakukannya jangan berpikir kalau kita ini adalah ibu dan anak.” sambil berkata begitu tiba tiba mamaku sudah memegang batang penisku yang sudah menegang dari tadi. “Wow, ternyata punyamu besar juga ya” goda mamaku, aku jadi tersipu malu. Tiba tiba mamaku mengeluarkan penisku dari celana pendek yang kupakai, kepalanya mendekati penisku dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Sambil mengocok ngocok dan memainkan lidahnya di ujung penisku. Kurasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan, tiba tiba “crot…crot. .” keluar cairan kenikmatan yang langsung ditampung mulut mama. “Yah, sudah keluar deh, padahal mama belum kebagian” kata mamaku sambil menelan cairan sperma yang ada dalam mulutnya.

Aku jadi malu sendiri, maklum yang pertama kali kulakukan. “Pindah ke ranjang yuk” ajak mamaku sambil berdiri menuju ranjangku. Aku ngikut aja bagai kerbau yang dicocok hidungnya. Mamaku tidur terlentang diatas ranjang masih menggunakan dasternya. Ketika kakinya diangkat agak ditekuk tampak mem*k mamaku yang dikelilingi bulu halus itu terbuka. Ternyata mamaku tidak memakai celana dalam dibalik dasternya. Membuat dadaku jadi berdebar debar melihat pemandangan yang indah itu. “Ayo kesini!” kata mamaku sambil menarik turun celana kolor yang aku pakai. Dasar si kecilku nggak bisa melihat barang aneh, langsung terbangun lagi. “Nah, itu sudah bangun lagi.” seru mamaku.

Kudekati bagian pangkal paha mamaku, tercium olehku aroma yang keluar dari memek mamaku yang membuaku makin terangsang. Sambil perlahan kusibak belahan lobang kenikmatan yang didalamnya berwarna merah jambu itu. Kujilat cairan yang keluar dari dalamnya, nikmat rasanya. “Teruskan indra, jilati bagian itu” lenguh mamaku yang merasakan kenikmatan. Kujilat dan terus kuhisap cairan yang keluar sampai tak bersisa.

Setelah sekian lama bermain didaerah vagina mamaku, kuangkat kepalaku dari jepitan paha mamaku. Kulihat mamaku sudah tergolek tanpa selembar benangpun yang menutupi tubuhnya. Mungkin waktu asyik bermain dibawah tadi, mamaku mulepaskan daster yang dikenakannya. Kubuka kaos yang sedang kupakai, sehingga kami sama-sama dalam keadaan telanjang bulat. Kudekati tubuh mamaku sambil perlahan lahan kutindih sambil menghujani ciuman ke bibir mamaku. Kami berciuman sambil memainkan payudara mamaku, kuremas remas dan kupuntir puting payudara yang dulu menjadi sumber makananku pada waktu masih bayi. Tangan mamaku sudah memegang batang penisku dan dibimbingnya kearah lobang kenikmatannya yang sudah basah. “Tekan sayang…” pinta mamaku. Dengan ragu-ragu kutekan penisku dan bless menancap masuk ke lobang vagina mamaku yang sudah licin. Oh..nikmatnya, sambil kutarik keluar masuk kedalam lobang kenikmatan itu. Desahan napas mamaku semakin membuat aku terpacu untuk mempercepat irama pemompaan batang penisku kedalam lobang kenikmatan mamaku. Tak lama kemudian… “Oh, aku sudah sampai sayang, kamu benar benar hebat”.

Terasa lobang kenikmatan mamaku bertambah basah oleh cairan yang keluar dari dalam dan menimbulkan bunyi yang khas seirama keluar masuknya batang penisku. Tiba-tiba mama mencabut batang penisku, padahal sedang keras-kerasnya. “Sebentar ya sayang, biar ku lap dulu lobangya, sambil kita rubah posisi.” Disuruhya aku telentang dengan batang penis yang tegak hampir menyentuh pusarku. Mamaku jongkok tepat diatas batang penisku. Sambil membimbing batang penisku memasuki lobang kenikmatan yang sudah mongering karena di lap dengan ujung kain daster, ditekannya pantat mamaku hingga bless, kembali si kecilku memasuki goa kenikmatan mamaku, meskipun agak seret tapi rasanya lebih enak, sambil perlahan lahan diangkatnya naik turun pantat mamaku, yang membuat aku jadi tambah merem melek. Lama kelamaan jadi tambah licin dan membuat semakin lancarnya batang penisku untuk keluar masuk. Semakin cepat irama naik turunya pantat mamaku, tiba tiba tanganya mencengkeram kuat dadaku dan… “Aku sudah sampai lagi sayang” desah mamaku.

Tubuhnya melemah dan menghentikan irama naik turun pantatnya. Tubuhnya mengelosor telentang disampingku, dan membiarkan batang penisku masih tegak berdiri. ” Aku sudah tidak sanggup lagi sayang, terseah mau kamu apain saja ” kata mamaku pelan. Aku hadapkan mamaku kekiri, sambil kuangkat kaki kanannya hingga nampak tonjolan lobang vaginanya mulai terbuka. Kumasukkan batang penisku lewat belakang sambil perlahan lahan ku pompa keluar masuk kedalamnya. Irama pemompaanku makin lama makin kupercepat sampai akhirnya tubuhku mengejang hendak mengeluarkan peluru cairan dari lobang penisku, dan crot…crot…crot muntahlah lahar dari lobang penisku. Bersamaan dengan itu mamaku mengerang lemah ” Oh sayang, aku keluar lagi “. Batang peniskupun melemah, dan keluar dengan sendirinya dari lobang petualangan. Kamipun tertidur pulas dalam keadan telanjang bulat sambil berpelukan (kaya telletubis aja).

Pagi harinya aku terbangun dengan keadaan segar, mamaku sudah tidak ada disampingku. Ku ambil handuk dan kulilitkan menutupi kemaluanku menuju ke kamar mandi. Di ruang makan aku berpapasan dengan mama yang sudah segar bugar habis mandi. Kudekati mamaku dan kucium pipinya dengan mesra, aroma sabun mandi tercium dari tubuh mamaku. ” Semalam kamu hebat sayang, untuk itu mama siapkan telor setengah matang dan susu hangat untuk memulihkan lagi staminamu ” bisik mamaku lembut. Sambil duduk dengan hanya dililit oleh handuk kuminum susu hangat dan kumakan dua butir telur setengah matang dengan kububuhi merica bubuk dan garam. Mamaku mendampingiku berdiri disampingku, karena tercium aroma segar sabun mandi membuat birahiku jadi naik. Perlahan lahan batang penisku berdiri menyibak lilitan handuk yang menutupinya. Mamaku terseyum melihat kejadian itu, sambil dipegangnya batang penisku berbisik ” Nanti siang aja sepulang kamu dari sekolah kita lakukan lagi “.

Dengan kecewa aku beranjak menuju kamar mandi untuk bersiap siap ujian semester di hari terakhir. Tak sabar rasanya untuk segera menyelesaikan ujian hari ini, agar bisa berpetualang penuh kenikmatan.


Goyangan Liar Gadis Desa



Kisah ini merupakan pengalaman pertamaku bermain cinta dengan wanita selain istri, peritstiwa itu sendiri terjadi kira-kira 3 bulan yang lalu disuatu daerah di Jawa Tengah, diawali dari adanya tugas kantor yang mengharuskan aku untuk melakukan suatu training untuk beberapa cabang di daerah. Saat itu menginap di hotel kota S dan kadang tidur dikantor/unit yang ada di desa.

Kejadian ini bermula secara tidak sengaja waktu aku nginap di desa A, yaitu paginya hari Sabtu yang ternyata merupakan hari pasaran untuk desa A sehingga aku tidak melepaskan kesempatan untuk melihat keramaian di pasar…begitu asiknya memperhatikan barang dagangan yang ada tanpa sengaja menabrak ibu yang belanja, sehingga semuanya tumpah termasuk gelas yang baru dibelinya…..karena merasa bersalah maka saya memaksa untuk mengganti gelas tersebut, nama ibu itu sebut saja Ibu Mirna dengan usia kira2 41 tahun dan setelah menyebutkan letak rumahnya yaitu di ujung jalan desa belok ke kiri, saya berkata akan datang sore nanti untuk mengganti gelas yang pecah. Jam 4 sore setelah mandi, langsung berangkat ke rumah Ibu Mirna dan ternyata rumah tersebut terletak di ujung jalan yang cukup sepi, ditemui oleh seorang lali-laki yang berusia kira2 50 Th yaitu bapak Najib yang ternyata suami Ibu Mirna setelah menjelaskan maksud kedatangan saya, terjadilah obrolan yang semakin akrab. Setelah dipanggil keluarlah ibu Mirna membawa minuman dan kue, dan tanpa sengaja saya memperhatikan dan tergetarlah hati, karena dengan memakai kebaya yang sedikit ketat dan rambut basah sehabis mandi, terlihat kecantikan khas wanita desa dengan kulit putih dan bodi yang kencang walau telah berusia 41 tahun, dan yang membuat mata melotot adalah belahan buah dadanya yang kelihatan montok sekali.

Tanpa terasa waktu makan malam telah tiba, dan mereka memaksa saya untuk ikut makan malam, stelah makan Pak Najib pamit untuk menghadiri pertemuan di desa sebelah untuk urusan pengairan sawah, dan saya dipersilakan untuk berbincang dengan ibu. Rumah tersebut sepi karena anak pertama yang sudah kelas 1 SMA sedang camping, anak kedua yang SMP sedang belajar dirumah teman dan sikecil sedang di rumah Saudara, suatu kebetulan yang tidak terduga. Sepanjang obrolan mata tidak pernah lepas dari tubuh dan dada ibu Mirna, dan akhirnya ibu Mirna bertanya, “Dik Amar matanya ngeliat apasih?” sambil malu saya berkata jujur bahwa saya kagum akan kecantikannya. “Orang desa gini kok dikatakan cantik, dikota pasti bayak yang cantik?” kata bu Mirna. “Iya sih bu…tapi ibu lain, karena walau udah punya anak tiga tapi badan masih bagus, khususnya…….?” Saya berhenti berkomentar. “Khususnya apa dik?” desaknya. “Maaf bu…itu tetek ibu besar dan masih kencang?” Ibu Mirna terlihat malu sambil berusaha menutup dengan tangannya…..dan akhirnya pembicaraan mengarah ke hal yang berbau porno. “Oh ya dik Amar punya anak berapa dan istri usia berapa?” tanya bu Mirna. “Satu usia 2 tahun, dan istri usia 27 tahun saya sendiri 29 tahun?” jawab saya. “Wah sedang panas-panasnya dong?” lanjutnya. “Panas apanya bu?” saya berusaha memancing pembicaraan ke arah yang lebih hot, karena saya merasa horny dan bagaimana caranya bisa merasakan bersetubuh dengan wanita setengah baya. “Ah dik Amar berlagak nggak tau…..?” kata bu Mirna sambil tersipu. “Ibu juga kelihatan segar, pasti kebutuhan itunya juga hot?” pancing saya terus. Tapi ibu Mirna malah kelihatan sedih….sehingga saya bertanya, “kok jadi kelihatan sedih bu?”.

Akhirnya bu Mirna cerita bahwa kebutuhan bathinnya sejak dua tahun ini jarang terpenuhi, yaitu sejak suaminya jatuh dari pohon kelapa, kejantanan suaminya jarang sekali bisa maksimal. “Maaf bu…..padahal menurut saya orang seusia ibu pasti sedang puber kedua?” “Yah memang begitu dik…..tapi harus ibu tahan?” “Gimana caranya?” lanjut saya “Ya dengan mencari kesibukan di ladang…..sehingga malamnya capek terus tertidur?” Lanjutnya. “Wah kalo saya bisa pusing….karena saat ini baru pisah 4 hari dengan istri saya juga udah gak tahan ????” kata saya sambil bergeser duduk mendekat. “Dik Amar sih gampang, kan di hotel pasti juga nyediain?” katanya. “Dik Amar kok gak dengerin sih….” kata bu Mirna sambil menepuk paha saya. Tangan bu Mirna saya pegang…sambil berkata, “abis ada pemandangan yang lebih bagus”, sambil mata terus memandang ke belahan dadanya. “Ah nakal dik Amar ini?” kata bu Mirna. Akan tetapi tangannya tatap saya pegang sambil saya remas, karena diam saja berarti kesempatan nih. Terus tangan saya beralih kepahanya…. “jangan dik?” kata bu Mirna tanpa berusaha menolak. Dan akhirnya saya beranikan untuk menciumnya, bu Mirna mundurkan kepalanya berusaha menolak… tetapi setelah saya pegang kedua tangannya sambil menatap, akhirnya bu Mirna memejamkan matanya sambil mulutnya sedikit terbuka.

Langsung saya cium bibirnya perlahan…dan lama kelamaan ibu Mirna memberikan respon dengan membalas ciuman saya. Tangan saya langsung tidak bisa diam membiarkan tetek yang begitu menggairahkan, perlahan saya pegang teteknya..sambil sedikit meremas…. “ah..ah jangan dik” tapi tangan bu Mirna malah menekankan tangan saya ke teteknya. Ciuman saya terus turun ke lehernya sambil berusaha memasukkan tangan ke belahan dadanya, bu Mirna semakin mendesah? “ah…uh…ah terus dik, enak?” kata bu Mirna. Saya semakin bernafsu…sehingga kancing baju bu Mirna langsung saya lepas? “jangan dik…ntar keterusan?” kata bu Mirna. “Oh bu…saya udah gak bisa nahan bu, tolonglah? kita sama-sama butuhkan bu?” kata saya. Akhirnya bu Mirna menyerah. membiarkan mulut saya menyedot putting susunya yang semakin menegang…… “ah…ah….ahhhh dik nikmat dik, terus dik?” desahnya. Sementara tangan kanan meremas susu sebelah kanan, mulut terus menjilat dan menyedot yang sebelah kiri….. “ahhhhh…uhhh…..ahhhhh dik udah dik? ibu nggak tahan”. Tapi tangan bu Mirna malah mengandeng tangan saya ke arah pahanya, yang entah kapan kebayanya udah disingkapkan…..tangan saya langsung ke gundukan memeknya yang masih tertutp cd, dan terasa jembutnya keluar dari samping cdnya. Tangan saya terus menggosok-gosok memek bu Mirna…….. “ah…ahhhh…ahhhh dik terus dik terus…enak banget?” desahnya dengan logat jawa yang kental. Akhir dengan seijin bu Mirna…..cd itu saya pelorotin, sehingga terpampanglah memek bu Mirna yang menggunung dan empuk tersebut, dengan bernafsu langsung saya gesek memek tersebut…sambil berusaha menemukan itilnya, tersedengar ibu Mirna semakin mendesah tidak karuan….. “dik ahhhh enaaaaak dik…enaaaaaakkkkk banget”.

Dan ciuman saya terus bergerak turun…..akhirnya terciumlah bau khas memek wanita, yang membuat saya semakin bernafsu, dan langsung saya jilat memek yang kemerah-merahan tersebut. “ahhh berhenti dik…jangannnnn?” kata bu Mirna setelah tahu saya telah menjilat memeknya…… saya berhenti dan bertanya, “kenapa harus berhenti bu?”. “Jangan dijilat dik memek ibu….jijik dan jorok” kata bu Mirna. “Emang bapak dulu ndak pernah jilatin memek ibu?” kata saya. “Ndak…?” kata bu Mirna. “Wah rugi bu?” kataku sambil terus meremas tetek dan menusukkan jari tengah saya ke lubang memek. “Rugi kenapa dik?” tanya bu Mirna. “Rasnya nggak kalah sama ngentotin memek ibu….dan juga bikin tambah nafsu” kata saya sambil langsung menjilat memek bu Mirna…..setelah menjilat bibir memek langsung lidah saya masuk mengelitik lubang memek yang semakin basah oleh lender kenikmatan…….lidah terus kuputar dirongga memek sehingga menambah kenikmatan…. “ahhh…ahhhhhh dik…….uhhhhh….ahhhhh…nikmat banget dik? terus dik…terus..jilatin memek ibu….ya disitu dik…terus ….terus…..” Saat itil bu Mirna aku jilatin dan aku sedot……. “ahhhhh…ahhhhhh….uhhhh…..uuuuuhhhhh dik Irfaaannnnnn ibu mau keluar…ahhhhhhhhh dikkkkkkkkkkk ibu keluar….” kepala saya langsung ditekan kememek bu Mirna dengan keras…..dan terasa dilidah lendir hasil dari orgasme ibu Mirna.

Ibu Mirna memejamkan mata merasakan kenikmatan yang baru didapatnya…….sambil berkata, “benar dik Amar ternyata memek kalo dijiliat dan disedot rasanya nikmat banget…..” Tiba-tiba ada suara orang datang dari halaman rumah, dan tergesa-gesa kami merapikan baju…….sedangkan cd bu Mirna langsung diumpetin kekolong kursi,….ternyata anak bu Mirna yang kedua pulang dari tempat belajarnya. Setelah anaknya masuk…..langsung bu Mirna ngomel kenapa kok anaknya pulang cepat nggak sperti biasanya ? “Ibu belum puas ya…?” Goda saya. Ibu tersipu sambil berkata…….”iya sih abis sudah lama ibu tidak merasakan hal seperti ini……..apalagi memek ibu pengin dientot pakai kontol dik Amar biar sama2 bisa puas…kan dik Amar belum keluar?” kata bu Mirna. “Iya sih bu….nanggung rasanya kontolku ini? tapi udahlah bu…karena malam ini saya harus ke kota nginep di hotel, dan lagian anak ibu juga sudah pulang.

Tapi yang jelas saya senang bisa memuaskan hasrat ibu…..” sambil tangan saya meremas buah dadanya. “Ahhhh..dik Amar, tapi rasanya tidak adil kalo Cuma ibu yang mendapat kepuasan…..kalo gitu ibu besok ke kota dan mampir ke hotel boleh nggak dik?” kata bu Mirna. “Boleh…boleh bu? tapi benar ya bu….iya besok jam 10 pagi” kata bu Mirna sambil tersenyum.

Jam 10 pagi, pintu kamar hotel diketuk orang dan ternyata bu Mirna menepati janji datang, langsung saya peluk dan saya cium….. “ah dik Amar kok gak sabaran sih?” kata bu Mirna. Saya nggak peduli…langsung saya lucuti semua pakaian yang dikenakan ibu Mirna, hingga terpampang tubuh telanjang yang begitu menggairahkan, kubimbing ibu Mirna ke ranjang dang langsung saya emut dan saya remas buah dada yang begitu montok dan empuk tersebut? “aaaaaaahhhhhhhh dik……..dilepas dong bajunya” kata bu Mirna sambil tanggannya melepas baju yang saya kenakan, sekarang kami sama2 telanjang. Kembali saya cium bibir bu Mirna…terus turun kesemua lekuk tubuhnya.. “ahhhhh….uhhhhh…hisap tetek ibu ……hisap?” mulutku langsung pindah ke susu bu Mirna… .sambil tangan menggesek-gesek memek yang terasa kenyal dan hangat, “ahhhhh…..uhhhhhh…..dik……nikmat ……dik…..ib….uuu sudah lama nggak merasakan ngentot…terus…..teruuuuuusssss dik?”.

Ciuman saya terus turun ke perut dan akhirnya sampai ke gundukan memek yang begitu merangsang…..langsung saya jilat….dan saya sedot itil bu Mirna, sambil menggeser posisi ke 69, dan bu Mirna pun tanpa diminta langsung menngemut kontol saya….. “uhhhhh nikmat sekali buuuuu?” kontol saya terus diemut keluar masuk mulut bu Mirna sambil dipijat….. “uhhhhh….ahhhhhhh….enak sekali buuuuu”, saya juga tidak mau kalah, langsung saya putar lidah saya di memek bu Mirna……sambil tangan saya sedikit menusuk-nusuk anusnya. “aduhhhhhh dik….apalagi ini……enaaaaaak banget dik….. ahhhhhhhh……. ahhhhhhhhhh”, tiba2 ibu Mirna mengejang dan terasalah cairan yang keluar membasahi bibir, yang langsung aku sedot hingga habis. Aku biarkan bu Mirna istirahat sejenak…sambil terus memainkan putting susunya yang masih menegang……setelah beberapa saat, mulai saya hujami tubuh bu Mirna dengan ciuman sehingga ibu Mirna kembali memberikan reaksi yang lebih panas…….. “ahhhhhh….uuuhhhhhhh….dik, ayo dik entotin memek ibu…..ibu sudah kangen dientot…..ahhhhhhhhh”, sayapun memutar tubuh bu Mirna untuk mengambil posisi doggy, hingga tampaklah gundukan memek ibu Mirna yang menantang, dengan perlahan kumasukkan batang penisku secara perlahan…karena terdengar ibu Mirna menjerit seraya berkata “perlahan dik….. memek ibu sudah lama gak dientot……” perlahan aku masuk dan keluarkan kontol….hingga akhirnya semuanya amblas ke dalam memek bu Mirna ……dan reaksi bu Mirna sungguh diluar perkiraan karena dengan goyangan pantatnya yang besar…kontol saya terasa ditarik dan dipijit dengan nikmatnya….. “ahhhhhh….uuuuuuuhhhhhhhh…buuuuu…ueenna aaak sekali memek ibu?”

Dan saya pun tak mau kalah dengan mengambil strategi 3:1, tiga kali tusukan setangah kontol dan sekali tussukan kontol hingga amblas ke memek bu Mirna…… sepuluh menit kemudian desahan bu Mirna semakin keras….. “ahhhhhhh dik…memek ibu enak banget…..uhhhhhh kontol adik enaakk banget……uhhhh..ahhhhhh.uuuuuuuuu..ahhhhhh” “Terus dik…memek ibu udah nggak kuat…….dik…..dik …dik Amar……ibu kekkeeluaaaarrrrrr…..ahhhhhhhhhh”, desahan bu Mirna semakin panjang seiring keluarnya lendir kenikmatan.

Setelah istirahat sejenak…bu Mirna langsung mengurut penis dan mengemutnya dengan lincah sekali. “ahhhhh bu……uuuhhhhhh nikmat sekali bu?” desah saya. kemudian bu Mirna berhenti sambil berkata “dik Amar sesuai janji ibu semalem….maka hari ini ibu akan memberikan kenimatan yang tidak terlupakan bagi kontol dik Amar?”. Ibu Mirna langsung mengambil posisi di atas…setelah mengurut kontolku beberapa saat….bu Mirna langsung ngangkang dengan membimbing kontolku untuk memasuki lubang memeknya……..terasa sekali perbedaan dengan entotan yang pertama tadi, kali ini memek bu Mirna terasa lebih seret dan terasa lebih hangat. “oooooohhhhhh……ahhhhhh……uhhhhhhhh bu enankkkkkk sekali memeeeeek ibu……..ohhhhhh ****** saya ibu apain…..uuhhhhhh nikmat banget bu?”. Ibu Mirna hanya menjawab dengan desahan nafsnya…… “ahhhhhhh…….uuuuuuhhhhhh dik…memek ibu juga nikmat sekali…….”, pantat bu Mirna masih terus bergoyang dengan sekali-kali diangkat, sehinggga membuat kontolku terasa sangat nikmat…..melebihi yang aku rasakan dengan istri. “ooooooohhhhhhhh…..uuuuuuhhhhhh ennnnnaaakkkk sekali bu………”, nggak percuma aku menginginkan entot dengan wanita berumur 35-42 tahunan karena memang berbeda permainan sex mereka, mungkin karena lebih berpengalaman…seperti bu Mirna yang memeknya terasa sekali empotannnya kataku dalam hati. “Ahhhhhhhh…..uuuhhhhhhhhhibu aku udah gak tahan” “sebentar dik Amar, bareng sama ibu…”, kata bu Mirna sambil terus menggoyang pantat dan menaikkan turunkan sambil mendesah…. “ahhhhh…..dikkkk ..uuuuuuuhhhhh ibu enaaak sekali….ahhhhhh dik ibu juga mau keluar……..”. “ya bu aku juga…….ahhhhhhhhh………”, Ibu Mirna mengejang dan terasa lendir membasahi memeknya. “terus goyang…bu ….terus ….nikmat buuuuuuuu…ahhhhhhhhhhhhh”, aku menyemprotkan pejuhku kedalam memek bu Mirna secara kuat, akhirnya kami tertidur, hingga jam 12 siang kami makan dan terus melanjutkan ke babak kedua.

Karena waktu tugas di kota S tinggal 3 hari, maka dua hari kemudian kami janjian untuk mengulangi kenikmatan seperti kemarin, itulah pengalaman saya yang pertama dan mungkin yang terakhir, karena saat ini saya sudah tidak bekerja di tempat yang lama, saya sendiri tidak menyangka akan mendapat sensasi kenikmatan yang luar biasa dengan mengentot wanita usia 35 – 42 tahunan, sehingga penis saya yang normal ukuran orang Indonesia hingga saat ini masih menginginkan hal tersebut terulang, tapi karena tempat bu Mirna yang jauh dan untuk jajan rasanya takut, terpaksalah melakukan onani apabila melihat wanita setengah baya yang menggairahkan






Nikmatnya Goyangan Janda Muda




Namaku Otong (bukan nama sebenarnya), aku bekerja di sebuah perusahaan cukup terkenal di Jawa Barat, di sebuah kota yang sejuk, dan saya tinggal (kost) di daerah perkampungan yang dekat dengan kantor. Di daerah tersebut terkenal dengan gadis-gadisnya yang cantik & manis. Aku dan teman-teman kost setiap pulang kantor selalu menyempatkan diri untuk menggoda cewek-cewek yang sering lewat di depan kost. Di sebelah kostku ada sebuah warung kecil tapi lengkap, lengkap dalam artian untuk kebutuhan sehari-hari, dari mulai sabun, sandal, gula, lombok, roti, permen, dsb itu ada semua. Aku sudah langganan dengan warung sebelah. Kadang kalau sedang tidak membawa uang atau saat belanja uangnya kurang aku sudah tidak sungkan-sungkan untuk hutang. Warung itu milik Ibu Ita (tapi aku memanggilnya Tante Ita), seorang janda cerai beranak satu yang tahun ini baru masuk TK nol kecil. Warung Tante Ita buka pagi-pagi sekitar jam lima, terus tutupnya juga sekitar jam sembilan malam. Warung itu ditungguin oleh Tante Ita sendiri dan keponakannya yang SMA, Krisna namanya.

Seperti biasanya, sepulang kantor aku mandi, pakai sarung terus sudah stand by di depan TV, sambil ngobrol bersama teman-teman kost. Aku bawa segelas kopi hangat, plus singkong goreng, tapi rasanya ada yang kurang.., apa ya..?, Oh ya rokok, tapi setelah aku lihat jam dinding sudah menunjukkan jam 9 kurang 10 menit (malam), aku jadi ragu, apa warung Tante Ita masih buka ya..?, Ah.., aku coba saja kali-kali saja masih buka. Oh, ternyata warung Tante Ita belum tutup, tapi kok sepi.., “Mana yang jualan”, batinku.

“Tante.., Tante.., Dik Krisna.., Dik Krisna”, lho kok kosong, warung ditinggal sepi seperti ini, kali saja lupa nutup warung.

Ah kucoba panggil sekali lagi, “Permisi.., Tante Ita?”.

“Oh ya.., tungguu”, Ada suara dari dalam. Wah jadi deh beli rokok akhirnya.

Yang keluar ternyata Tante Ita, hanya menggunakan handuk yang dililitkan di dada, jalan tergesa-gesa ke warung sambil mengucek-ngucek rambutnya yang kelihatannya baru selesai mandi juga habis keramas.

“Oh.., maaf Tante, Saya mau mengganggu nich.., Saya mo beli rokok gudang garam inter, lho Dik Krisna mana?

“O.., Krisna sedang dibawa ama kakeknya.., katanya kangen ama cucu.., maaf ya Mas Otong Tante pake’ pakaian kayak gini.. baru habis mandi sich”.

“Tidak apa-apa kok Tante, sekilas mataku melihat badan yang lain yang tidak terbungkus handuk.., putih mulus, seperti masih gadis-gadis, baru kali ini aku lihat sebagian besar tubuh Tante Ita, soalnya biasanya Tante Ita selalu pakai baju kebaya. Dan lagi aku baru sadar dengan hanya handuk yang dililitkan di atas dadanya berarti Tante Ita tidak memakai BH. Pikiran kotorku mulai kumat.

Malam gini kok belum tutup Tante..?

“Iya Mas Otong, ini juga Tante mau tutup, tapi mo pake’ pakaian dulu?

“Oh biar Saya bantu ya Tante, sementara Tante berpakaian”, kataku. Masuklah aku ke dalam warung, lalu menutup warung dengan rangkaian papan-papan.

“Wah ngerepoti Mas Otong kata Tante Ita.., sini biar Tante ikut bantu juga”. Warung sudah tertutup, kini aku pulang lewat belakang saja.

“Trimakasih lho Mas Otong..?”.

“Sama-sama..”kataku.

“Tante saya lewat belakang saja”.

Saat aku dan Tante Ita berpapasan di jalan antara rak-rak dagangan, badanku menubruk tante, tanpa diduga handuk penutup yang ujung handuk dilepit di dadanya terlepas, dan Tante Ita terlihat hanya mengenakan celana dalam merah muda saja. Tante Ita menjerit sambil secara reflek memelukku.

“Mas Otong.., tolong ambil handuk yang jatuh terus lilitkan di badan Tante”, kata tante dengan muka merah padam. Aku jongkok mengambil handuk tante yang jatuh, saat tanganku mengambil handuk, kini di depanku persis ada pemandangan yang sangat indah, celana dalam biru muda, dengan background hitam rambut-rambut halus di sekitar vaginanya yang tercium harum. Kemudian aku cepat-cepat berdiri sambil membalut tubuh tante dengan handuk yang jatuh tadi. Tapi ketika aku mau melilitkan handuk tanpa kusadari burungku yang sudah bangun sejak tadi menyentuh tante.

“Mas Otong.., burungnya bangun ya..?”.

“Iya Tante.., ah jadi malu Saya.., habis Saya lihat Tante seperti ini mana harum lagi, jadi nafsu Saya Tante..”.

“Ah tidak apa-apa kok Mas Otong itu wajar..”.

“Eh ngomong-ngomong Mas Otong kapan mo nikah..?”.

“Ah belum terpikir Tante..”.

“Yah.., kalau mo’ nikah harus siap lahir batin lho.., jangan kaya’ mantan suami Tante.., tidak bertanggung jawab kepada keluarga.., nah akibatnya sekarang Tante harus bersetatus janda. Gini tidak enaknya jadi janda, malu.., tapi ada yang lebih menyiksa Mas Otong.. kebutuhan batin..”.

“Oh ya Tante.., terus gimana caranya Tante memenuhi kebutuhan itu..”, tanyaku usil.

“Yah.., Tante tahan-tahan saja..”.

Kasihan.., batinku.., andaikan.., andaikan.., aku diijinkan biar memenuhi kebutuhan batin Tante Ita.., ough.., pikiranku tambah usil.

Waktu itu bentuk sarungku sudah berubah, agak kembung, rupanya tante juga memperhatikan.

“Mas Otong burungnya masih bangun ya..?”.

Aku cuma megangguk saja, terus sangat di luar dugaanku, tiba-tiba Tante Ita meraba burungku.

“Wow besar juga burungmu, Mas Otong.., burungnya sudah pernah ketemu sarangnya belom..?”.

“Belum..!!”, jawabku bohong sambil terus diraba turun naik, aku mulai merasakan kenikmatan yang sudah lama tidak pernah kurasakan.

“Mas.., boleh dong Tante ngeliatin burungmu bentarr saja..?”, belum sempat aku menjawab, Tante Ita sudah menarik sarungku, praktis tinggal celana dalamku yang tertinggal plus kaos oblong.

“Oh.., sampe’ keluar gini Mas..?”.

“Iya emang kalau burungku lagi bangun panjangnya suka melewati celana dalam, Aku sendiri tidak tahu persis berapa panjang burungku..?”, kataku sambil terus menikmati kocokan tangan Tante Ita.

“Wah.., Tante yakin, yang nanti jadi istri Mas Otong pasti bakal seneng dapet suami kaya Mas Otong..”, kata tante sambil terus mengocok burungku. Oughh.., nikmat sekali dikocok tante dengan tangannya yang halus kecil putih itu. Aku tanpa sadar terus mendesah nikmat, tanpa aku tahu, Tante Ita sudah melepaskan lagi handuk yang kulilitkan tadi, itu aku tahu karena burungku ternyata sudah digosok-gosokan diantara buah dadanya yang tidak terlalu besar itu.

“Ough.., Tante.., nikmat Tante.., ough..”, desahku sambil bersandar memegangi dinding rak dagangan, kali ini tante memasukkan burungku ke bibirnya yang kecil, dengan buasnya dia keluar-masukkan burungku di mulutnya sambil sekali-kali menyedot.., ough.., seperti terbang rasanya. Kadang-kadang juga dia sedot habis buah salak yang dua itu.., ough.., sesshh.

Aku kaget, tiba-tiba tante menghentikan kegiatannya, dia pegangi burungku sambil berjalan ke meja dagangan yang agak ke sudut, Tante Ita naik sambil nungging di atas meja membelakangiku, sebongkah pantat terpampang jelas di depanku kini.

“Mas Otong.., berbuatlah sesukamu.., cepet Mas.., cepet..!”.

Tanpa basa-basi lagi aku tarik celana dalamnya selutut.., woow.., pemandangan begini indah, vagina dengan bulu halus yang tidak terlalu banyak. Aku jadi tidak percaya kalau Tante Ita sudah punya anak, aku langsung saja mejilat vaginanya, harum, dan ada lendir asin yang begitu banyak keluar dari vaginanya. Aku lahap rakus vagina tante, aku mainkan lidahku di clitorisnya, sesekali aku masukkan lidahku ke lubang vaginanya.

“Ough Mas.., ough..”, desah tante sambil memegangi susunya sendiri.

“Terus Mas.., Maas..”, aku semakin keranjingan, terlebih lagi waktu aku masukkan lidahku ke dalam vaginanya, ada rasa hangat dan denyut-denyut kecil semakin membuatku gila.

Kemudian Tante Ita membalikkan badannya telentang di atas meja dengan kedua paha ditekuk ke atas.

“Ayo Mas Otong.., Tante sudah tidak tahan.., mana burungmu Mas.. burungmu sudah pengin ke sarangnya.., wowww.., Mas Otong.., burung Mas Otong kalau bangun dongak ke atas ya..?”. Aku hampir tidak dengar komentar Tante Ita soal burungku, aku melihat pemandangan demikian menantang, vagina dengan sedikit rambut lembut, dibasahi cairan harum asin demikian terlihat mengkilat, aku langsung tancapkan burungku dibibir vaginanya.

“Aughh..”, teriak tante.

“Kenapa Tante..?”, tanyaku kaget.

“Udahlah Mas.., teruskan.., teruskan..”, aku masukkan kepala burungku di vaginanya, sempit sekali.

“Tante.., sempit sekali Tante.?”.

“Tidak apa-apa Mas.., terus saja.., soalnya sudah lama sich Tante tidak ginian.., ntar juga nikmat..”.

Yah.., aku paksakan sedikit demi sedikit.., baru setengah dari burungku amblas.., Tante Ita sudah seperti cacing kepanasan gelepar ke sana ke mari.

“Augh.., Mas.., ouh.., Mas.., nikmat Mas.., terus Mas.., oughh..”.

Begitu juga aku.., walaupun burungku masuk ke vaginanya cuma setengah, tapi sedotannya oughh luar biasa.., nikmat sekali. Semakin lama gerakanku semakin cepat. Kali ini burungku sudah amblas dimakan vagina Tante Ita. Keringat mulai membasahi badanku dan badan Tante Ita. Tiba-tiba tante terduduk sambil memelukku, mencakarku.

“Oughh Mas.., ough.., luar biasa.., oughh.., Mas Otong..”, katanya sambil merem-melek.

“Kayaknya ini yang namanya orgasme.., ough..”, burungku tetap di vagina Tante Ita.

“Mas Otong sudah mau keluar ya..?”. Aku menggeleng. Kemudian Tante Ita telentang kembali, aku seperti kesetanan menggerakkan badaku maju mundur, aku melirik susunya yang bergelantungan karena gerakanku, aku menunduk dan kucium putingnya yang coklat kemerahan. Tante Ita semakin mendesah, “Ough.., Mas..”, tiba-tiba Tante Ita memelukku sedikit agak mencakar punggungku.

“Oughh Mas.., aku keluar lagi..”, kemudian dari kewanitaannya aku rasakan semakin licin dan semakin besar, tapi denyutannya semakin terasa, aku dibuat terbang rasanya. Ach rasanya aku sudah mau keluar, sambil terus goyang kutanya Tante Ita.

“Tante.., Aku keluarin dimana Tante..?, di dalam boleh nggak..?”.

“Terrsseerraah..”, desah Tante Ita. Ough.., aku percepat gerakanku, burungku berdenyut keras, ada sesuatu yang akan dimuntahkan oleh burungku. Akhirnya semua terasa enteng, badanku serasa terbang, ada kenikmatan yang sangat luar biasa. Akhirnya spermaku aku muntahkan dalam vagina Tante Ita, masih aku gerakkan badanku rupanya kali ini Tante Ita orgasme kembali, dia gigit dadaku.

“Mas Otong.., Mas Otong.., hebat Kamu Mas”.

Aku kembali kenakan celana dalam serta sarungku. Tante Ita masih tetap telanjang telentang di atas meja.

“Mas Otong.., kalau mau beli rokok lagi yah.., jam-jam begini saja ya.., nah kalau sudah tutup digedor saja.., tidak apa-apa.., malah kalau tidak digedor Tante jadi marah..”, kata tante menggodaku sambil memainkan puting dan clitorisnya yang masih nampak bengkak.

“Tante ingin Mas Otong sering bantuin Tante tutup warung”, kata tante sambil tersenyum genit. Lalu aku pulang.., baru terasa lemas sakali badanku, tapi itu tidak berarti sama sekali dibandingkan kenikmatan yang baru kudapat. Keesokan harinya ketika aku hendak berangkat ke kantor, saat di depan warung Tante Ita, aku di panggil tante.

“Rokoknya sudah habis ya.., ntar malem beli lagi ya..?”, katanya penuh pengharapan, padahal pembeli sedang banyak-banyaknya, tapi mereka tidak tahu apa maksud perkataan Tante Ita tadi, akupun pergi ke kantor dengan sejuta ingatan kejadian kemarin malam.




Awal petualangan di kelas 3 SMP



Ini adalah kisah awal perjalan seksku.
Aku Ayu.
Aku mengenal seks pertamaku sejak kelas 3 SMP.

Aku memang tumbuh lebih cepat dibandingkan teman-teman sebayaku.
Di SMP kelas 3, aku sudah mencapai tinggi 160cm.
Termasuk tinggi dibandingkan teman-temanku yang lain,
bahkan melebihi tinggi cukup banyak anak laki-laki.

Buah dadaku juga sudah cukup menonjol.
Aku sudah tidak memakai mini set lagi, tetapi sudah memakai BH.
Ukurannya 34B.
Akupun juga sudah mulai tertarik dengan lawan jenis.
Ingin sekali punya pacar.

Andri termasuk anak laki-laki yang pintar.
Senang bermain basket dan aku senang jadi cheerleadernya.
Dia bermain basket karena tingginya yang kurang.
Supaya cepat tinggi katanya.
Memang pada waktu itu dia cuma 158 cm.
Jadi aku lebih tinggi darinya.

Kejadian awal kenapa kami pacaran sangat lucu.
Suatu hari setelah bel pulang,aku kebelet pipis dan berjalan cepat ke WC sekolah.
Anak-anak yang lain segera pulang.
WC sekolah kami terletak di ujung bagian belakang.
Jadi sekolah sudah mulai sepi dan di daerah WC tidak ada orang.
Akupun mulai berjalan lebih cepat lagi.

Tiba-tiba Andri keluar dari WC Pria dengan sangat cepat.
Tidak terelakkan kami pun bertabrakan.
Aku terjatuh terjengkang dengan rok tersingkap ke atas.
Andri terjatuh menimpa diriku dengan kepalanya mendarat tepat di buah dadaku.

Kami sepertinya cukup shock karena posisi kami tidak berubah untuk beberapa detik.
Andri kemudian tersadar kalau kepalanya mendarat di payudaraku.
Dia segera mendorong tubuhnya ke atas, tetapi yang menjadi tumpuan kedua
tangannya malah payudaraku.

Dia semakin salah tingkah.
Lompat ke belakang dan melihat pemandangan yang cukup indah.
Ya.. aku masih tergeletak dan berusaha duduk dengan rok yang tersingkap.
Andri jelas-jelas telah melihat paha mulusku dan celana dalam Hello Kitty
berwarna pink.
Segera kuperbaiki posisi senonohku.

"Maaf Ayu.. Aku tidak sengaja menabrakmu."
Andri meminta maaf sambil memalingkan mukanya.
"Ya tidak apa-apa,Dri.. Aku juga buru-buru.. kebelet nih."
Aku segera masuk ke WC Perempuan dengan muka merah.

Akupun segera jongkok dan melepas air seniku dengan deras.
Ah.. kenapa tadi pas Andri menyentuh payudaraku, aku berasa enak yah?
Akupun memegang-megang dadaku dan sedikit meremasnya.
Beda rasanya.
Kenapa beda yah rasanya?
Aku tidak mau berpikir lebih lanjut lagi.
Aku menyelesaikan urusan kencingku, menarik celana dalamku dan keluar.

Ternyata Andri masih menunggu di luar WC.
"Kok kamu masih di sini sih Dri?"
"Iya nungguin kamu. Aku masih merasa bersalah sudah nabrak kamu...."
Andri menundukkan kepala
".. dan sudah memegang dada kamu."
Wajahku memerah. Malu.
"Ti.. tidak apa-apa, Dri."
"Benar tidak apa-apa, Yu?"
"Iya.. tidak apa-apa. Malah anehnya aku berasa enak."
Andri terkejut dan mukanya menunjukkan keheranan.
Melihat reaksi Andri, entah kenapa aku malah berkata,
"Iya, Dri.. tidak apa-apa.. malah enak kok. Kalau kamu mau, pegang lagi saja."
Rupanya ini jawaban dariku yang memulai petualangan seksku.

Andri langsung bergetar.
"Benar, Yu? Boleh pegang lagi?"
"Iya, Dri. Nih..." Aku membusungkan dada menyodorkan mereka ke Andri.
Kedua tangan Andri perlahan-lahan mendekati dadaku.
Gemetaran.
Ketika menyentuh dadaku, dia menekan lembut.
Secara naluriah, Andri mengelus-elus dadaku.
Aku merasa kenikmatan yang belum pernah kurasakan.
Aku pun memejamkan mata menikmati belaian lembut di dadaku.

Andri melepaskan tangannya dariku dengan tiba-tiba.
Aku membuka mata keheranan dan melihat Andri merogoh ke dalam celananya.
"Kenapa, Dri?"
"Ini aku membetulkan posisi ini aku" Sambil Andri menunjuk selangkangannya.
"Kenapa memangnya?"
"Tahu nih.. tiba-tiba dia mengeras dan posisinya tidak enak."
"Apa sih yang mengeras?" Tanganku dengan cepat meraba selangkangan Andri.
Aku merasakan seperti ada batang keras tapi lunak.

"Apa sih ini Dri?" Aku yang belum pernah melihat kelamin anak laki-laki jadi bingung.
"Ini tititku, Yu. Tahu nih.. tiba-tiba dia mengeras."
Aku pun secara naluriah mengelus-elus titit Andri dari luar celananya.
Andri mendesah kenikmatan.
Aku senang sekali melihat Andri yang menikmati belaianku di selangkangannya.
Rupanya aku juga sudah terangsang walaupun belum begitu mengetahui perasaan ini sebelumnya.
Tangan Andri aku tarik untuk mengelus dadaku.

Jadi kami di depan WC sekolah saling membelai.
Andri membelai lembut baju seragam SMP-ku yang menutupi BH.
Tangannya menelusuri bentuk BH dan kadang-kadang meremas dadaku.
Enak sekali. Nyaman. Ingin rasanya terus-menerus seperti ini.

Tanganku pun tidak berhenti membelai selangkangan Andri.
Sesekali kuremas.
Nafasku dan nafas Andri semakin memburu.
Tangan Andri semakin seru meremas-remas dadaku.
Akupun tidak kalah seru menggosok-gosok selangkangannya.
Tidak lama kemudian Andri mendesah keras.
Tangannya menahan tanganku pas di ujung tititnya.
Andri mendorong-dorong pantatnya sehingga tanganku semakin menekan tititnya.
"Ah... Enak banget." Andri mendesah...

Tidak lama kemudian tanganku merasakan kehangatan yang lembab di celana Andri.
"Eh kok basah sih, Dri?"
Aku melihat celana Andri yang ada bercak basahnya.
"Kamu pipis yah? Kok pipis di celana sih?"
Andri kebingungan.
"Bukan kok, Yu. Bukan pipis.. tapi tadi rasanya memang aku menyemprotkan sesuatu."
"Ih.. Andri jorok ah. Sana masuk wc. Bersihin gih."
Andri segera ke wc dan membersihkan diri.

Aku mencium tanganku yang bekas kena noda basah itu.
Iya, yah.. bukan bau pipis.. tapi kayak bau Bayclin.
Aku pun masuk ke wc perempuan dan mencuci tangan.
Tetapi aku merasakan celana dalamku juga tidak nyaman.
Aku merogoh rokku dan menyentuh celana dalamku.
Basah.
Hah? apa aku juga pipis tadi?
Akupun mengangkat rokku dan meraba lebih dalam.
Memang basah.. dan aku cium baunya.. bukan bau pipis.

"Yu.. Ayu.. kamu di WC?" panggil Andri dari luar.
"Iya Dri.. bentar aku keluar"
Aku merapikan pakaianku. Wah.. baju seragamku kusut.
Terutama di bagian dada. Bisa ketahuan orang-orang nih.

Aku keluar dan memperhatikan Andri.
Noda basah di celana Andripun terlihat jelas.
Bajuku kusut dan celana Andri basah.
Apa kata orang-orang nih..
Untungnya sekolah sudah sepi.
Kami berjalan bergandengan tangan tanpa bicara.
Hari itu kami secara tidak resmi jadian.


Esok harinya Andri mendatangiku mengajak makan siang.
Teman-teman perempuanku langsung meledek..
"Yeee.. jadian yah?" ledek mereka
Aku tidak menghiraukan mereka dan menarik tangan Andri untuk menjauh.

"Yu, mau makan apa?"
"Aku mau makan bakso aja ah."
Andri memesan bakso dan nasi goreng untuknya.
Kami makan saling berhadapan tanpa berbicara.
Aku makan sambil terus menundukkan kepala. Malu juga.
Aku belum pernah pacaran.

Andri memecah keheningan. Hening rasanya.
Walaupun sebenarnya pas jam makan siang, kantin selalu ramai.
Andri berbisik, "Nanti pulang, lagi yuk?"
Aku mengangkat kepala melihat Andri sejenak
dan menganggukkan kepala sambil memerah mukaku.
"Kita ke rumahku saja. Orangtuaku sedang keluar kota.
Jadi tidak ada orang di rumah selain pembantu."
Andri menjelaskan.

Memang Andri termasuk keluarga yang cukup berada.
Kami pernah kerja kelompok di rumahnya.
Rumahnya berlantai tiga. Kamar Andri sendiri ada di lantai 3.
Kamar pembantu Andri ada di lantai satu, itupun di bagian belakang rumah.

"Tapi nanti aku harus telepon mamaku dulu. Bilang kalau ke rumah kamu. Takut dicariin."
Mamaku memang sudah tahu kalau aku sering kerja kelompok di rumah Andri.
Jadi ketika pulang sekolah aku menelepon memberitahu aku tidak langsung pulang, mama tidak curiga.
Cuma menanyakan kapan selesainya. Aku bilang jam 6 sore.
Andri yang mendengar percakapanku dengan mama, tersenyum.

Pulang sekolah, aku sengaja berlama-lama membereskan tasku.
Menunggu teman-teman yang lain pulang dulu. Andripun demikian.
Kami pulang berdua bersama.
Rumah Andri tidak terlalu jauh dari sekolah.
Hanya naik angkot selama 10 menit saja.

Selama perjalanan dari sekolah, kami tidak berbicara.
Saling menundukkan kepala.
Akhirnya kami turun dari angkot dan berjalan sedikit ke dalam.
Andri memencet bel rumahnya dan pembantu membukakan pintu.

"Mbok Inem, Ayu dan saya mau kerja kelompok di kamar saya. Mbok tolong bawain minum yah ke atas."
"Baik, dek Andri."
Kami segera ke atas menuju kamar Andri.
Aku sudah terbiasa dengan suasana kamar Andri. Sudah beberapa kali aku masuk ke kamarnya.
Mungkin sudah 6-7 kali kerja kelompok. Tapi kali ini cuma aku sendiri yang datang.
Aku duduk di tepi ranjang Andri sambil memperhatikan lebih jelas ruangan kamar ini.
Tidak lama Mbok Inem masuk membawa minuman dan meletakkannya di meja belajar.

Andri yang baru keluar dari kamar mandi memberitahu Mbok agar istirahat saja.
Karena memang kalau sore jam 3 biasanya Mbok Inem yang cukup senior umurnya, tidur siang.
Andri terlihat lebih segar karena sudah mandi.
Kelihatannya segar sekali.

Kamar mandi Andri memang ada di dalam kamarnya.
Aku yang sudah gerah kepanasan sejak tadi siang ingin segera mandi juga.
Tetapi aku tidak membawa baju ganti.
"Dri, pinjam baju dong. Aku mau mandi juga ah."
"Kaos mau?"
"Boleh..Handuk juga dong."
"Nih.. pakai yang ini aja."

Aku pun segera masuk dan mengunci kamar mandi.
Kutanggalkan satu per satu pakaianku.
Seragam SMP-ku basah karena keringat.
Bahkan sampai ke BH dan celana dalam.
Aku gantung semua pakaian-ku supaya bisa cepat kering.

Aku pun masuk ke dalam bath tub.
Tidak berendam karena tidak mau berlama-lama mandinya.
Shower di bathtub mengguyur badanku.
Air sejuk sungguh menyegarkan.
Sabun mandi cair yang ada di kamar mandi Andri khusus laki-laki.
Wanginya maskulin sekali.
Kutuang ke telapak tanganku dan kuratakan di seluruh badanku.
Aku mengusap lebih lama di ketiak, payudara, dan memek-ku.
Aku ingin badanku wangi.
Setelah menyabuni seluruh badanku, aku bilas sampai bersih.

Andri memberikan handuk yang cukup besar.
Badanku langsung bisa kering semuanya.
Segar sekali.
Aku mengambil BH-ku..
uuhh.. masih basah dan bau keringat.
Apa tidak usah pakai saja yah?
Apalagi kan mau dipegang-pegang sama Andri nanti.
Akhirnya aku memutuskan untuk tidak memakai BH.
Celana dalampun tidak juga.
Aku memakai kaos putih yang diberikan Andri.
Walaupun Andri lebih pendek dariku, ternyata kaosnya kebesaran buatku.
Bahkan bisa menjadi baju terusan.

Setelah mematutkan diri di kaca, aku memutuskan keluar kamar mandi
hanya dengan memakai kaos Andri saja.
Rok biru SMP-ku juga kugantung saja. Biar kering sekalian lah.

Andri yang sedang menyalakan komputer di kamarnya, ternganga begitu melihat
aku keluar dari kamar mandi.
Kaos putih Andri cukup tipis.
Puting dadaku yang berwarna pink terbayang keluar.
Demikian juga bulu halus jembutku, memberikan bayangan hitam.

"Ayu.. kamu cantik sekali."
"Masa sih?" Aku tersipu malu.
Andri mendekatiku. Aku semakin malu, menundukkan kepala.
Diangkatnya daguku, Andri berkata, "Iya, Ayu.. Kamu cantik sekali."
Andri tersenyum kepadaku.

"Kita mau gimana nih, Dri?"
"Kayak kemaren aja, Yu."
Aku tertunduk malu. Mengingat kejadian kemarin yang cukup menyenangkan.
Andri perlahan-lahan menggerakkan tangannya ke arah dadaku.
Aku menegakkan badanku sehingga dadaku semakin menonjol keluar.
Andri memegang dada kiriku dan dia terkejut.
"Kamu tidak pakai BH?"
"Iya, Dri. Basah karena keringat. Bau lagi. Jadi aku gantung dulu saja di kamar mandi."

Andri menjadi semakin gemas.
Kedua tangannya sekarang sudah aktif meremas-remas lembut dadaku.
Ah.. nikmatnya. Benar-benar beda.
Diremas Andri berbeda sekali dengan aku meremas dadaku sendiri.

Aku juga tidak mau kalah.
Aku pun mengarahkan tangan ke selangkangan Andri.
Aku melihat kalau ada yang seperti batang 15 cm yang menonjol keluar.
Aku memegangnya dan Andri mendesah.. "Ah..."
"Dri.. kamu tidak pakai celana dalam yah?"
Andri memang cuma memakai celana pendek yang berbahan tipis.
Terasa sekali kekerasan batangnya.
"Iya, Yu.. Aku tidak pakai. Kalau di rumah memang aku terbiasa tidak pakai."
"Oh gitu..." Aku mengocok halus batang Andri. "Aku juga tidak pakai lho.. Basah juga sih"
"Oh ya? Mana coba lihat.."
Andri segera menyingkapkan kaosku dan memperlihatkan kemaluanku.

Aku segera menutupnya dan bilang "Curang!! Kalau mau lihat, kasih lihat punyamu juga dong."
"Hahahaha.. Siapa takut?"
Andri segera memelorotkan celananya.
Pertama kali aku melihat kelamin laki-laki.
Keras dan tegak. Seperti sedang memberi hormat kepadaku.
Sangat indah.. aku begitu terpesona.

"Hei.. jangan bengong gitu dong. Katanya mau kasih lihat."
"Eh iya.. sorry.. aku baru pertama kali lihat burung anak laki-laki. Kayak gitu toh."
Aku pun dengan perlahan membuka kaos kebesaran ini.
Tanpa sehelai pakaian dalam membuat aku langsung telanjang bulat.
Andri terlihat semakin nafsu.
Burungnya bergerak naik turun.
"Eh.. bisa bergerak naik turun yah, Dri?"
"Iya nih. Kaga tahu kenapa, jadi semakin keras dan membuat tititku naik turun."

Aku jongkok di depan Andri, ingin melihat lebih jelas.
"Burung kamu lucu juga yah.. Keras dan bergerak-gerak."
Aku memegang kelamin Andri dan mengelusnya perlahan-lahan.
Rupanya Andri sudah tidak tahan lagi.
Tiba-tiba alat kelamin Andri menyemprot wajahku berkali-kali.

"Aduh.. duh...Sorry, Ayu.. Enak banget.."
"Lho Dri, kenapa aku dipipisi?"
Tetapi baunya seperti bau kemarin, bau Bayclin, bukan bau pipis.
Oh... rupanya kemarin seperti ini toh.
Aku mengelap wajahku dengan tisu dan mencium tisu tersebut.
Iya, betul.. ini baunya kayak kemarin, seperti bau Bayclin.

Andri yang sejak tadi berdiri berjalan ke arah ranjang
dan menjatuhkan dirinya di atas ranjang.
Aku melihat burung Andri mengecil.
"Dri, kenapa burungnya menciut?"
"Aku juga tidak tahu.. tapi biasanya memang begini. Kalau pagi aku sering tegak,
tapi kalau habis pipis biasanya memang ciut lagi."
"Jadi tadi kamu memang pipis-in aku?"
"Bukan, Yu. Kayaknya aku menyemburkan sperma deh."

Aku jadi teringat pelajaran biologi minggu lalu.
"Mana buku biologi kita, Dri?"
"Itu di atas rak buku. Kenapa memangnya?"
Aku mengambil buku biologi dan membuka-buka halamannya.
"Nah ini dia.." Aku menemukan bab tentang reproduksi.
Di dalamnya terdapat ilustrasi kelamin laki-laki dan perempuan.

Aku meletakkan buku di sebelah burung Andri
dan mulai membandingkan ilustrasi dengan barang aslinya.
Mirip juga.
Ada batang penis. Dijelaskan kalau laki-laki terangsang secara seksual maka
penisnya akan mengeras. Oh... gitu toh.. rupanya Andri terangsang.
Pada saat ejakulasi akan menyemprotkan air mani yang mengandung jutaan sperma.
Warna air mani seperti putih susu.
Oh.. rupanya Andri menyemprotkan air mani, bukan air pipis.
Jika sperma bertemu dengan sel telur maka akan menghasilkan zygot yang akan
berkembang menjadi bayi.

Oh gitu.. Aku memang murid yang cukup pandai.
Dan aku tahu kalau cara sperma ketemu sel telur adalah
sperma masuk ke dalam vaginaku dan berenang ke arah sel telur.
Berarti jangan sampai Andri menyemprot di vaginaku.

Karena aku terus menerus memegang burung Andri sambil membandingkannya dengan
gambar di buku, burung Andri mulai tegak lagi.
"Kamu ngapain sih dari tadi megang-megang titit dan bolak-balik buku biologi."
"Aku lagi belajar, tahu! Lumayan.. jadi lebih ngerti tentang alat reproduksi cowok."
"Mana sini lihat bukunya."
Andri membalik-balikkan halaman dan membuka halaman yang ada ilustrasi kelamin cewek.
"Ayo gantian. Aku juga pengen belajar."
Aku melompat ke atas ranjang dan segera duduk.
Aku mengangkang selebar mungkin.
Andri berusaha melihat tetapi kurang jelas.
Aku pun berbaring dan kembali mengangkang selebar mungkin.

Andri pun mulai belajar dengan seksama.
Ada labia mayora dan labia minora.
Ada clitoris. Disentuhnya clitoris-ku dan aku berasa geli tapi enak.
Dibukanya lebar-lebar labia mayora dan labia minora-ku
Andri mengatakan bisa melihat selaput daraku.
Aku senang Andri bisa melihatnya.
Perlahan-lahan tapi pasti vaginaku mulai basah.

Andri juga semakin seru meraba-raba vaginaku.
Ah... akhirnya aku memegang tangan Andri dan menuntunnya untuk menggesek-gesek kelaminku.
Andri terkejut tetapi mengerti.
Cairan wanitaku juga semakin mempermudah gesekkan tangan Andri.
"Lebih cepat Dri.." Nafasku semakin memburu.
Belum pernah sebelumnya aku merasakan nikmat seperti ini.
Berbeda sekali dengan kemarin.
Kemarin walau sudah nikmat ketika dadaku diremas-remas Andri, ini lebih enak lagi.
"Ayo Dri.. lebih cepat lagi."
Andri pun semakin cepat menggosok kemaluanku.
Aku pun tidak tahan lagi dan mengeluarkan teriakan kecil ketika puncak kenikmatan datang.
Aku melentingkan badanku dan mengepit tangan Andri di selangkanganku.
"Enak banget, Dri!!"
"Kamu sampai puncak kenikmatan yah, Yu?"
"Iya, Dri.. Enak banget.."
"Pantas.. sampai basah begini.. Cewek juga nyemprot yah kalo sampai?"
"Kayaknya gitu, Dri.. kaga tahu ah.. tahunya enak doang.."

Andri berbaring di sebelahku.
Penisnya terlihat menjulang ke atas.
Dia sepertinya sudah nafsu lagi tetapi melihat aku yang kelelahan
karena baru pertama kali mencapai kenikmatan, dia hanya berbaring saja.
"Enak yah Yu, seperti ini..."
"Iya, Dri.. badanku langsung berasa lemas... tapi enak."
"Mau gak kalau tiap hari kita kayak gini?"
"Tiap hari, Dri? Boleh juga. Tapi harus dipikirin ngomong ke orangtua kita gimana."
"Iya. Yang pasti gampang sih bilang belajar bersama."
"Benar juga.. tapi harus beneran belajar juga. Biar nilai kita beneran bagus."
"Iya.. kalau nilai malah anjlok, aku nanti disuruh les. Kalo les, mana bisa kayak gini."
"Ok kalau gitu, Dri. Mulai besok kita selalu belajar bersama, terutama belajar biologi."
Andri tersenyum manis sekali.
Aku melihat jam dan sudah pukul 17:45. Sudah harus pulang.
Aku segera ke kamar mandi dan bertukar pakaian.
BH, celana dalam, dan seragamku sudah lebih kering.
Aku memakainya dengan rapi. Biar orangtuaku tidak curiga.
Andri pun mengantarku pulang dengan menemani aku di angkot sampai ke rumahku.


Esok harinya aku membawa baju ganti. Biar di rumah Andri lebih nyaman.
Andri dan aku keluar dari kelas bersama-sama.
Kami sepakat untuk mengerjakan PR Matematika bersama nanti.
Kami disambut Mbok Inem.
Mbok Inem telah menyediakan pisang goreng dan es teh manis di kamar Andri.
Aku permisi ke Andri untuk mandi dulu.
Aku membersihkan seluruh badanku dengan seksama.
Kali ini aku membawa sabun mandi favoritku. Perpaduan wangi Jasmine dan Green Tea.

Aku keluar kamar mandi memakai celana pendek dan kaos ketat.
Tentu saja BH tidak kupakai. Basah karena keringat.
Kaos ketatku memperlihatkan bentuk payudaraku dengan jelas.
Bahkan putingku terlihat sangat menonjol.
Andri terperangah melihat penampilanku yang seperti ini.
Ia mendekatiku dan memberikan pujiannya.
Dan tangan nakalnya menyentuh putingku dengan sengaja.

"Iseng deh kamu. Sana mandi biar tidak bau keringat"
Andri menurut dan segera menyambar handuk.
Terdengar suara shower yang hanya sebentar saja.
Andri keluar dengan hanya memakai celana pendek.
"Mandinya bersih gak sih? Kok cepat amat."
"Eh, ngeledek. Bersih dong. Kalo kaga percaya, cium sini. Udah wangi nih"
"Mana coba?"
Aku mendekati Andri dan kuperhatikan burungnya sudah tegak.
"Eh.. sudah tegak. Udah kaga sabar yah?"
"Iya Yu.. Sudah nafsu lagi nih."
"Hahaha... sabar dong Dri. Kita bikin PR dulu. Baru kita begituan."
"Yaaa..." Andri tidak menutupi kekecewaannya.
Tapi aku bersikukuh untuk menyelesaikan PR dulu.
Lucu juga melihat Andri berusaha konsentrasi ke PR dengan penis yang tegak seperti itu.
Untung PRnya sedikit. Jadi kita cepat selesai.

Aku juga sudah tidak tahan lama-lama mengerjakan PR.
Tidak sabar melihat penis tegaknya.
Gemas yang tak tertahankan membuatku langsung meremas penis Andri.
Andri kaget tetapi hanya tertawa saja.
Tangan Andri pun segera menggerayangi payudaraku.
Enak banget sih.

Tiba-tiba aku punya ide.
"Dri, nyalain komputer dong."
"Mau ngapain, Yu? Bukannya kita mau begituan?"
"Nyalain aja dulu."
Andri menurut. Aku segera membuka google.
Aku mengetikkan vagina di search bar.
Lalu keluarlah gambar-gambar wanita telanjang dalam berbagai posisi.
Andri cukup terkejut dengan gambar-gambar itu.
Aku melihat beberapa gambar dan meng-klik gambar wanita yang sedang dijilat vaginanya.
Gambar itu menjadi lebih besar dan jelas.
"Dri.. aku mau seperti ini dong."
"Wow.. aku.. tidak nolak.. hahaha...."

Andri menuntunku ke ranjang. Aku disuruh duduk di tepi ranjang.
Kedua kakiku diangkat sehingga posisiku menjadi mengangkang.
Vaginaku sudah mulai basah.
Celanaku dilepas dan dibuang menjauh.
Andri perlahan-lahan mendekatkan wajahnya ke vaginaku.
Dijilatnya sekali.
"Hmmm... rasa memek kamu enak, Yu."
"Kalau gitu, jilat lagi dong Dri."
Aku pun merasakan sensasi nikmat yang berbeda.
Andri mulai memainkan lidahnya.
Kiri dan kanan.
Atas dan bawah.
Seluruh bagian vaginaku dijilat.
Andri membuka belahan vaginaku lebih lebar dan dijilatnya.
Oww.. nikmat banget.
Aku merasakan lidahnya disodok-sodokkan ke dalam.
Bahkan sampai berasa ke selaput daraku.

Ketika jilatan lidah Andri mengenai clitorisku, aku merasakan kenikmatan luar biasa.
"Dri, jilat lagi tempat tadi."
"Di sini?"
"Iya betul, Dri... terus di situ.."
Andri pun terus menerus menjilati clitorisku.
"Hisap Dri.. hisap yang kuat.." aku mulai meracau kenikmatan.
Andri sudah mulai merasakan perbedaan bentuk vaginaku.
Dia merasakan clitorisku sudah seperti kacang kecil.
Dihisapnya keras-keras.
Tidak lama kemudian aku mencapai puncak kenikmatan.
Kepala Andri aku jepit keras-keras agar tidak meninggalkan selangkanganku.
Ingin rasanya lidah Andri menusuk lebih jauh.
"Ahh.... aku samm..samm..sammpaiiii.. Dri.." jeritku perlahan.

Kulepaskan jepitan kakiku di kepala Andri.
Andri bangun dan terlihat wajahnya berlepotan cairan wanitaku.
Wajahnya terlihat sexy sekali.
Aku pun bangun dan memeluk Andri.
Kepalanya aku benamkan di dadaku.
"Enak banget, Dri.. Thanks yah."
"mmmIIya..mmmaku..mmjuga..mmenak." Andri menjawab dalam dekapan dadaku.

Aku melepaskan pelukanku dan menarik Andri ke ranjang.
Aku dorong dia ke ranjang dalam posisi terlentang.
"Sekarang gantian.. biar aku yang jilat titit kamu, Dri."
Aku tarik celananya. Burung Andri terlihat telah tegak.
Aku memegangnya dan mulai menjilati kepala titit Andri.
Andri mendesis kenikmatan.
Seluruh batang Andri aku jilati, tidak ada yang terlewat.
Bahkan bijinya pun aku jilati satu per satu.

Aku mulai memasukkan kepala titit Andri dan mengulumnya dengan lembut.
Andri semakin menikmati sensasi di tititnya.
Aku pun mulai menaik turunkan kepalaku, mengocok lembut batang keras ini.
Andri pun mulai menggerakkan pinggulnya mengikuti irama kepalaku.
Hal ini semakin membuatku gemas.
Aku pun berusaha memasukkan seluruh batang Andri ke mulutku.
Wow.. Aku berhasil memasukkan semuanya sampai ke pangkal.
Tenggorokanku terasa penuh.
Tapi aku hampir tersedak, segera mencabutnya dan melanjutkan kocokan dengan mulutku.
Andri semakin cepat menggerakkan pinggulnya.
Penisnya terasa semakin membesar.
Aku semakin erat mengulumnya.
Tiba-tiba Andri menyemburkan air maninya ke dalam mulutku.
Tangannya menahan kepalaku, membuatku tidak bisa menghindari semburan ini.
Rasanya banyak sekali membuatku secara refleks menelan sperma yang banyak.
Sebagian malah telah lari ke hidungku membuatku bangkis sperma.
Andri tertawa melihatnya dan akupun tertawa juga.
Air mani Andri sangat enak. Asin yang enak.
Bau Bayclin juga tetapi tidak menyengat.

"Gila, Yu.. Enak banget sih diemut sama kamu."
"Kamu juga enak emut Ayu tadi."
"Sorry yah sampai nyemprot di mulut kamu."
"Iya nih.. sampai kepalaku juga ditahan..."
"Sorry.. soryy..."
"Kaga apa, Dri. Aku suka air mani kamu. Enak rasanya."

Hari sudah pukul 18.00. Aku harus pulang.
Tetapi aku sempat melirik ke komputer Andri yang masih menampilkan
gambar-gambar telanjang.
Aku melihat cukup jelas ada gambar dimana seorang wanita dibuka lebar-lebar
kakinya dan di vaginanya menancap penis laki-laki.
Aku tahu pasti itu menancap.
Karena aku bisa membandingkan penis Andri dengan gambar tersebut.
Kepala penis tidak terlihat, hanya pangkal penis saja yang sudah menempel ke vagina.
Wah.. apa rasanya dimasukkan seperti itu yah?
Pikiran itu memenuhi kepalaku sejak perjalan pulang dari rumah Andri.
Tetapi aku masih kelelahan akibat nikmatnya permainan lidah Andri dan tertidur lebih awal.

Hari ini aku tidak bisa ke rumah Andri.
Aku sangat kecewa. Andri pun begitu.
Di rumahku sedang ada persiapan membuat kue untuk tante.
Besok, Sabtu, Mama dan Papa mau ke rumah tante di Bogor. Baru pulang hari Minggu.
Aku tidak mau ikut dan Papa tidak keberatan. Harus ada yang jaga rumah, katanya.
Walaupun aku anak perempuan satu-satunya, aku sering ditinggal sendiri di rumah
dengan pembantu.
Orang tuaku cukup percaya.

Malamnya aku menelpon Andri memberitahukan kemungkinan rumah kosong selama Sabtu.
Andri menyambut kabar gembira ini.
Aku menutup telepon dan mulai merencanakan bagaimana supaya Mbak Juminten bisa keluar rumah.
Aku berencana untuk memasukkan titit Andri ke dalamku.
Google kupakai untuk melihat berbagai gambar senggama.
Berbagai informasi kucari.
Aku tahu kalau pertama kali berhubungan bisa sakit.
Untuk itu aku pikir harus aku yang mendorong masuk.
Biar bisa diatur tingkat kesakitannya.

Pagi-pagi buta, orang tuaku sudah berangkat.
Aku tidak tahu kapan perginya.
Mbak Juminten aku kasih tahu agar menelpon pacarnya dan pergi pacaran.
Dia bingung tapi senang dapat ijin seperti itu.
Aku bilang pulang malam juga tidak apa-apa, tapi jangan lewat dari jam sembilan.
Dia tanya siapa yang akan menemaniku.
Aku bilang nanti teman-teman akan datang.

Jam 7.30 Andri sudah mengebel rumahku.
Mbak Juminten membukakan pintu mempersilahkan Andri duduk.
Aku panggil Mbak Juminten memberitahunya bahwa dia sudah boleh pergi.
Tetapi pacarnya baru menjemput pk 8.00.

Aku dan Andri berbicara ke sana ke mari sambil menunggu mbak Juminten dijemput.
"Dri.. dah makan pagi belom?"
"Belom Yu."
"Mau makan gak? Ada roti nih dan berbagai macam selai."
"Boleh juga. Abis tadi buru-buru langsung jalan sih."
"Hahahahaha.. aku tahu kenapa buru-buru."
"Iya deh... hahahaha.. Mamaku sampai bingung. Hari Sabtu bisa bangun pagi."
"Aku belum mandi nih. Mandi dulu yah. Nanti kalo mbak Juminten pergi, kamu bantu kunci rumah yah!"
"Ok, Yu!"

Pada saat aku mandi, Mbak Juminten berteriak pamitan.
Aku bilang biar Andri yang bantu kunci pintu.
Akupun segera mempercepat mandiku.
Setelah selesai mengeringkan badanku dengan handuk, aku mengintip keluar.
Mendengarkan kalau Mbak Juminten memang sudah pergi.
Hanya suara TV di ruang keluarga. Andri memang sedang menonton TV.
Aku memutuskan untuk tidak berpakaian.
Hanya memakai handuk.

Aku mengendap-endap ke belakang Andri yang sedang asyik menonton TV.
"DORR!!"
"Aduh.. aduh.. kaget tahu!"
"Hahahahaha...Kena kamu."
Andri membalikkan badan mau marah tetapi tidak jadi.
Badanku yang hanya tertutup sebagian saja dengan handuk menjadi pereda amarah.
"wow.. sexy banget kamu, Ayu!"
"Gombal deh!"
"Biarin.. yang penting menurutku, kamu memang sexy!"
Aku mengambil handukku dan menimpuknya ke arah Andri.
Andri menangkisnya dan mengejar diriku yang telanjang bulat.

Aku pun tertangkap dengan mudah.
Aku memang sengaja tidak lari jauh-jauh.
Andri memelukku dari belakang.
Tangannya segera menutupi dadaku.
Nyaman sekali.
Pantatku pun merasakan kalau batang Andri sudah tegak.

"Ayo kita ke kamarku."
Aku menuntun Andri ke kamarku.
Kamar yang belum pernah dimasuki laki-laki kecuali Papa.
Pintu kamar aku biarkan terbuka.
Toh.. tidak ada orang lain.
Begitu masuk aku segera membalikkan badan dan jongkok.
Aku membuka celana jeans Andri dan menurunkannya.
Terlihat jelas celana dalam Andri berusaha keras menutupi batang yang mengeras.
Akupun menurunkan celana dalam Andri.
Burung Andri segera membebaskan diri dan menantangku.

Aku yang sudah nafsu segera menjilati burung penantang ini.
Andri yang kenikmatan mulai menggerakkan pinggulnya.
Tangan Andri membelai kepalaku selama mulutku digagahinya.
Cukup lama mulutku dikocok-kocok sang burung.
Ketika aku merasakan Andri hendak menyemprot, aku hentikan kegiatan nikmat ini.

"Yah.. kok berhenti, Yu? Nanggung nih.."
"Biarin aja... Biar kamu tahan dulu. Masa baru sebentar sudah selesai."
Aku menarik Andri ke depan komputer dan menyuruhnya duduk di sebelahku.
Kemarin malam aku sudah menyimpan beberapa gambar dari Google.
Beberapa pose pria dan wanita bersenggama.
Bahkan beberapa di antaranya ada satu wanita yang digagahi lebih dari satu pria.
Aku memperlihatkan gambar-gambar ini ke Andri.

"Wow.. Ayu.. ternyata suka gambar porno yah?"
"Bukan.. cuma lagi studi banding. Hahahaha.."
Koleksi yang ku-download cukup banyak.
Andri melihat-lihat beberapa dan berhenti di foto favoritku.
Seorang wanita terlihat senang dimasuki vaginanya oleh titit yang besar.
"Kamu mau kayak gitu, Dri?"
"A..aa...aaku...." Andri tergagap. Mungkin terkejut.
"Kok malah jadi gagap sih.. Mau, gak?"
"A..Aku... memangnya bisa yah masuk begitu?"
"Kita coba aja yuk, Dri. Biar tahu."
Aku memang sudah membayangkan senggama sejak semalam.
Titit Andri yang keras memasuki vaginaku..
Oh... apa rasanya yah?

Aku menarik Andri ke ranjang.
Kaosnya aku lepaskan sehingga Andri sekarang telanjang bulat juga.
Aku membaringkan diriku di ranjang, sama seperti gambar senggama itu.
"Ayo, Dri. Sini." aku mengajak Andri.
Andri dengan tititnya yang mengeras mendekat.
"Gimana caranya, Yu?"
"Masukin saja ke sini."Aku menunjuk vaginaku yang sudah basah.
Aku meraih titit Andri dan mulai menggesekkan ke vaginaku.
Andri mengalami kenikmatan.
"Dri.. jangan nyemprot dulu yah.. kamu harus masukin dulu baru boleh nyemprot."
"Ok, Yu!"

Andri mengambil alih kegiatan.
Ia menggosokkan tititnya dengan teratur.
Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa.
Baru di luar saja sudah enak begini.
Apalagi kalau dimasukin ke dalam yah.
"Dri.. masukin dong pelan-pelan. Pelan-pelan lho. Abis katanya sakit kalo pertama kali dimasukin."
"Ok Yu.. Kalo memang sakit, bilang yah."
"Iya Dri.. Pelan-pelan.. tapi kalau aku kesakitan, jangan langsung dicabut. Aku coba tahan sakitnya."
"Ok Yu.."

Andri mengubah posisinya lebih mendekat.
Tititnya dipegang sambil diarahkan ke vaginaku.
Aku merasakan kalau vaginaku mulai didesak batang keras.
Aku mulai tegang dan pahaku mulai menutup sehingga Andri kesulitan.
"Yu.. kok jadi tegang sih.. Relaks aja."
"Iya, Dri... sorry.. bentar.. ambil nafas dulu..."
Aku mengatur nafas sehingga aku lebih relaks.

Andri pun melanjutkan usahanya.
Aku lebih relaks sekarang.
Aku merasakan batang itu sudah menyeruak lebih dalam.
Mentok.
Selaput daraku menahan laju lebih lanjut.
"Tahan Dri.. Biar vaginaku terbiasa dulu sebentar."
Andri melihat ke bawah dan tersenyum.
"Ayu.. kepala tititku sudah ditelan vagina kamu."
Aku pun bahagia melihat reaksi Andri.

Vaginaku terasa sesak tetapi sudah mulai terbiasa.
Selaput daraku terasa diketok-ketok oleh denyutan titit Andri.
Aku menarik nafas mengatur irama.
Aku menyiapkan diri agar Andri bisa menembusku.
"Ayo Dri.. Aku rasanya sudah siap. Langsung sodok yang keras yah. Biar jebol."
Andri semakin nafsu.
Sodokan pertama kurang kencang. Aku merasakan sedikit kesakitan.
Sodokan kedua pun masih kurang kuat. Aku mulai meringis kesakitan.
"Sakit yah, Yu? Apa stop saja?"
"Jangan, Dri...Masih bisa tahan sakitnya.. Yang kuat dong sodoknya.."
"kamu atur nafas dulu gih.. biar lebih relaks.. kayaknya terlalu dijepit. Susah sodoknya."

Aku mengikuti anjuran Andri. Rasa sakit perlahan-lahan menghilang.
Begitu aku menarik nafas lega, tiba-tiba Andri menyodok dengan kuatnya.
Aku mengigit bibirku menahan sakit. Kurasakan ada yang robek di vaginaku.
Air mata menahan sakit menitik di kedua mataku.
Andri melihatku dengan tidak tega.
Dia berusaha menarik tititnya tetapi vaginaku masih berasa sakit.
Aku pun menahan pinggulnya.
"Jangan gerak dulu, Dri. Masih sakit."
Andri mengangguk.

Vaginaku berasa penuh sekali. Rasanya ada yang mengganjal.
Iya lah.. ada titit Andri yang sedang keras-kerasnya di dalamku.
Aku mengambil handphoneku yang memang ada di sebelahku.
"Dri.. foto-in dong. Aku kan tidak bisa melihat ke bawah."
Andri mengambil beberapa foto sesaat setelah tititnya berhasil menjebol perawanku.
Terlihat jelas kalau titit Andri masuk sepenuhnya.
Darah perawanku pun terlihat jelas melumuri sekeliling vagina.

Aku tersenyum bahagia. Ah.. rupanya seperti ini kalau difoto.
Persis seperti gambar-gambar di komputer.
Andri mulai menggerakkan pinggulnya secara perlahan.
Sepertinya takut-takut. Takut aku masih kesakitan.
Memang sih aku masih merasakan perih tetapi sudah jauh lebih baik.
Goyangan perlahan Andri membuatku lebih terangsang daripada kesakitan.
"Ayu.. vagina kamu luar biasa deh. Aku merasakan remasan yang nikmat."
"Aku juga enak, Dri. Batang keras kamu rasanya mengganjal penuh di dalamku."
Andri terus menggoyangkan kemaluannya, keluar masuk kemaluanku.
Aku mulai menikmati permainan ini.
Ah.. tidak salah memang memilih Andri sebagai teman bermain.

Semakin lama semakin cepat goyangan Andri dan aku semakin terangsang.
Badanku mulai semakin menegang menuju puncak kenikmatan.
Setiap Andri menyodokku, akupun menyambutnya dengan sodokan juga.
Terasa titit Andri menyentuh rahimku.
Wah.. rahimku.. jangan sampai Andri nyemprot di dalam. Bisa hamil nih.
Baru saja aku berpikir demikian, Andri berteriak sambil menyodok lebih dalam.
Dan aku merasakan semprotan-semprotan panas di dalamku.
Hal ini malah membuatku lebih terangsang dan aku malah menggerakkan pinggulku.
Mempercepat perjalananku menuju puncak kenikmatan.
"Ah.. ah.. ah... AAAHHHHH..."
Aku pun mencapai puncaknya berbarengan dengan semprotan terakhir dari Andri.

Andri melepaskan semua muatannya di dalamku.
Aku sudah tidak peduli lagi apakah aku hamil atau tidak.
Andri terjatuh memelukku. Tititnya masih di dalamku.
Aku merasakan kehangatan cinta, di dalamku dan dalam pelukan Andri.

Ketika kekuatan kami pulih, Andri bangun dan mulai mengulum-ngulum dadaku.
Ah.. enak banget.. memang baru kali ini Andri mengulum dadaku.
Aku merasakan vaginaku basah lagi.
Andri terlihat menikmati dadaku.
Aku seperti seorang ibu yang sedang menyusui anaknya.
Bahagia rasanya.

Andri berpindah mengulum dadaku yang satu lagi.
Wow.. kenikmatan dobel.
Tanganku secara naluriah mencari titit Andri.
Andri mendekatkan tititnya ke tanganku dan mulai merasakan pijatan yang aku lakukan.
Masih lembek tititnya tetapi aku merasakan kekerasannya mulai kembali.

"Dri.. stop dulu.. Aku haus."
Andri menghentikan hisapannya di dadaku.
"Iya aku haus juga. Hisap-hisap dada kamu tidak ada yang keluar."
"Yeee... gimana sih? Kalo ada susunya berarti aku sudah hamil dong. Ambil air minum gih di kulkas."
Andri menurut dan berjalan keluar menuju kulkas.
Tititnya yang setengah keras bergoyang ke sana sini selagi ia berjalan.

Aku bangun dan merapikan ranjang.
Wah.. darah perawanku membasahi sprei ranjangku.
Ah.. bilang aja nanti darah mens-ku merembes.
Hatiku senang sekali sudah bisa merasakan titit di dalamku.
Rasanya masih mengganjal saja.

"Nih, Yu.. air dinginnya.. Wah.. darahnya kena ranjang yah?"
"Iya Dri.. thanks yah!" Aku mencium bibir Andri.
Pertama kali aku mencium bibir cowok.
Mustinya sih kalau lihat film-film, ciuman terjadi sebelum senggama.
Tetapi aku sudah terlalu nafsu. Jadi langsung ke kelamin deh.
Andri yang juga baru pertama kali menciumku cukup kaget tetapi terus melanjutkan ciumannya.

Aku melepaskan bibirku dan minum lagi.
Andri ternganga dengan pose masih seperti menciumku.
Manis sekali.. Aku tertawa melihatnya.
Andri mengambil gelas di tanganku dan meminum air dingin seteguk.

"Wah.. baru jam sepuluh.. kita bisa berapa kali kayak gini yah, Yu?"
"Sekuat kamu aja, Dri. Aku suka banget merasakan titit kamu di dalamku."
"Kalo begitu, ayo lanjut."
Andri dengan sigap menarikku ke atas ranjang.
Dia menindihku tetapi masih menahan badannya dengan siku tangan.
Ia mulai mencium bibirku dengan lembut.
Aku menerimanya dan mulai membuka bibirku.
Lidah Andri mulai menari di dalam mulutku.
Memainkan lidahku. Enak sekali.
"Wow, Dri.. enak banget lidah kamu. Belajar di mana sih?"
"Kaga belajar di mana-mana. Kamu tuh cewek pertama yang aku cium."
"Oh.. gitu.. kok kayaknya sudah ahli dalam ciuman sih? Aku suka banget."

Aku merasakan titit Andri mulai keras lagi.
Andri kembali melanjutkan ciumannya.
Mulai dari bibir, ke leher, ke payudaraku.. kiri dan kanan..
Ke perutku.. ke pusar... ke paha.. dan bulu-bulu halus jembutku.
Baru kali ini aku merasakan seluruh badanku diciumi.
Aku sampai merinding karena nikmatnya.

Aku menggapai titit Andri dan menemukannya dalam kondisi sudah sangat keras.
Aku bangun dan segera menjilati kepala titit Andri.
Entah kenapa rasanya enak sekali menjilati titit.
Aku mulai tidak dapat menahan diri.
Andri kudorong agar terbaring.
Tititnya menjulang ke atas.
Aku memegangnya dan mengarahkannya ke vaginaku.
Perlahan-lahan kududuki titit yang keras itu.
Masuk secara perlahan tetapi nikmat ke dalam kelaminku.

Aku mulai bergerak naik turun. Rasanya nikmat sekali.
"Dri.. tiap hari kita senggama kayak gini yuk"
"Siapa takut?"
"Hahaha.. bisa aja kamu."
Aku pun terus menerus naik turun sampai libidoku meningkat secara perlahan.
Tangan Andri selama ini meremas-remas payudaraku.
"Kenyal banget sih dada kamu, Yu! Pengen hisap-hisap terus deh."
"Hisap gih." Aku mengubah posisi, mendekatkan dadaku agar mudah dihisap oleh Andri.
Hisapan Andri dan titit keras Andri yang keluar masuk diriku, membuatku mabuk kepayang.
Aku pun mempercepat goyanganku, membuat dadaku bergerak liar.
"Hnn..hnnn..oohhh..ohhh.. ahhh.. AAAAHHHHHH"
Aku berteriak kenikmatan..

Andri yang belum sampai, mengubah posisi menjadi doggy style.
Tititnya dimasukkan dari belakang.
Sodokan-sodokan lembut Andri perlahan-lahan menjadi kasar.
Biji Andri bergoyang-goyang menepuk clitorisku.
Perasaan nikmat doggy style sangat berbeda.
Tidak lama aku pun menyemprotkan kehangatan ke titit Andri.
Andri masih kuat menggoyang-goyangkkan pinggulnya.
Tetapi kurasakan kalau Andri hendak menyemprot kembali.
Aku ingat kembali akan resiko hamil tetapi sudah tidak ada tenaga melawan kenikmatan ini.
Sodokan-sodokan Andri semakin liar dan..
"Ahhh.. ENAK BANGET." Andri berteriak dan menyemburkan air maninya kembali.

Kami berdua telah keringatan luar biasa. Keringat kami sampai menetes deras.
Tetapi aku suka sekali badan Andri yang keringatan. Bau tubuhnya sangat merangsang.

Total telah 3 jam kami berhubungan badan. Perut terasa lapar juga.
"Dri.. makan yuk.. Lapar juga nih."
"Ayo.. makan apa? Ada apa yang bisa dimakan?"
"Ada nasi putih.. tapi kaga tahu ada sayur atau tidak. Atau mau mi instan?"
"Wah jangan mi instan. Kalo kaga ada sayur, kita bikin nasi goreng saja."
"Memangnya kamu bisa masak, Dri?"
"Bisa dong.. tapi memang cuma nasi goreng doang."
"Ayo deh kalo gitu."

Kami berdua dengan badan telanjang dan keringatan menuju dapur.
Aku sempat mengambil handuk untuk mengelap keringat kami berdua.
Jadi kami memasak nasi goreng untuk makan siang.
Kami menyantap di meja makan sambil tetap telanjang.
Aku perhatikan sekali-kali titit Andri menegang dan melembek.
Gemas deh.

Habis makan siang kami membereskan perabot dan mandi siang.
Menghilangkan keringat sehabis ronde pagi.
Kamar mandi keluargaku cukup besar untuk kami mandi berdua.
Ini kali pertama aku mandi bersama laki-laki.
Aku menggosokkan punggung Andri dan mengusap-usap titit Andri.
Tititnya jadi keras lagi.
Andri pun menggosok punggungku dan tangan nakalnya juga beraksi di dadaku dan vaginaku.
Tetapi aku mencegah Andri terlalu lama di vaginaku. Masih perih.

Tidak kurasa baru beberapa hari sejak kejadian tabrakanku dengan Andri,
pengetahuan seks kami bertambah dengan cepat.
Bahkan aku sudah melakukan senggama.
Enak banget lagi.
"Dri.. kalau kemarin itu kita tidak tabrakan, kira-kira kita bisa begini gak yah?"
Andri yang masih menyabuni dadaku dari belakang meremasnya.
"Yah... mana mungkin, Yu. Aku cuma bisa mengagumi kamu dari jauh. Kamu cantik, Yu"
"Gombal ah"
Aku melepaskan pelukan Andri dan berbalik menghadapinya.
Aku raih tititnya dan mengocok lembut dengan sabun.
"Menyesal gak tabrakan denganku?"
"Kaga"
"Menyesal gak pegang-pegang dadaku?"
"Mana mungkin bisa menyesal."
"Menyesal gak hisap-hisap dadaku dan vaginaku?"
"Kalo boleh, mau setiap saat."
"Benar nih?"
"Iya dong."
"Kalo tiap hari masukin titit ke dalamku?"
"Apalagi itu. Kalo bisa terus nempel, mau terus nempel."
"Kalo gitu janji yah.. Setiap saat memungkinkan, Andri harus memasukkan tititnya ke vagina Ayu."
"Wah.. kalo janji seperti itu.. Andri tidak akan mengingkarinya. Andri berjanji."

Kami pun menyudahi mandi bersama. Saling mengeringkan badan.
Saling memainkan kelamin.
Kami pun kembali ke kamarku.
Berbaring telanjang.
Perut kenyang dan kelelahan membuat kami mengantuk.
Kami pun tertidur sambil berpelukan.
Tentunya posisi ini aku manfaatkan dengan baik.
Aku tertidur sambil memegang titit Andri.

Rasanya belum lama kami tertidur, bel rumah berbunyi.
Kami berdua terbangun dengan panik.
Mbak Juminten sudah pulang. Jam berapa nih?
Kami buru-buru berpakaian.
Andri tidak dapat menemukan celana dalamnya.
Akupun hanya memakai BH dan daster panjang.
Setelah melihat bahwa kami cukup sopan berpakaian, aku segera membukakan pintu.

"Kok lama bukain pintunya?" Mbak Juminten bertanya curiga.
"Itu tadi Andri lupa taruh di mana kuncinya."
"Lho, Andri masih di sini?"
"Iya lah... masa meninggalkan aku sendirian di rumah?"
"Halo Mba Ju" sapa Andri. "Baru pulang nih?"
"Iya.. Kalian sudah makan? Sini biar Mba Ju siapkan makan sore"
Wah.. memang sudah sore rupanya.

Mba Ju pun menyiapkan makan malam buat kami berdua.
Kami makan sambil tersenyum-senyum.
Apalagi Mba Ju selalu ada di dapur, tidak keluar.
Sambil makan aku mengelus selangkangan Andri, mengetahui dia belum mengenakan celana dalam.
Dasterku pun tersingkap sampai selangkangan.
Andri juga senang mengelus pahaku sambil sesekali mengenai vaginaku.

Selesai makan malam aku meminta Mba Ju untuk membereskan meja makan.
Kami berdua pindah kembali ke kamarku
sambil memberikan alasan kalau tugas sekolah kami tinggal sedikit lagi.
Andri mengerti maksudku.
Begitu masuk kamar, aku segera menguncinya.
Berbalik ke Andri dan segera membuka jeansnya.
Titit Andri sudah keras sekali dan memekku memang sudah sangat basah.
Andri segera kudorong ke ranjang.
Aku senang dengan posisi di atas.
Titit Andri segera kududuki. Sekarang lebih mudah masuknya.
Masih sedikit perih tapi sudah jauh lebih enak.

Akupun menggoyang-goyangkan pinggulku.
Nikmat sekali.
Andri pun terlihat sangat menikmati.
Tangan Andri bersemangat memainkan kedua buah dadaku.
Andri bergeser ke posisi duduk sehingga bisa menghisap dadaku.
Aku serasa melayang di angkasa.
Dadaku terasa sangat nikmat dihisap Andri.
Tidak lama aku merasakan badan Andri mulai bergetar.
Aku tahu sekarang kalau Andri ingin menyemburkan benih-benihnya di dalamku.
Pengetahuan ini malah membuatku ingin segera merasakan kehangatannya.
Kupercepat goyangan pinggulku.
Andri pun semakin buas melahap dadaku.
"aaarrhhhh... aku nyemprot lagi, Yu...."
Aku puas dan bahagia sekali. Kehangatan sperma memenuhi kelaminku.

Kami pun membersihkan diri dengan tisu.
Kami menemukan celana dalam Andri di tumpukan bantal,
tetapi aku bilang aku mau menyimpannya.
Andri kusuruh memilih salah satu celana dalamku untuk dipakainya.
Tukeran.
Aku menyukai bau kelamin Andri yang menempel di celananya.
Malam itu aku tertidur sambil menghirup wangi air mani di celana dalam Andri dan bermasturbasi.
Kelas 3 SMP dan berumur 15 tahun. Aku sangat menikmati senggama.