Home » » Kelas Seks

Kelas Seks

Jeff Friesen sedang menganggur dan sangat membutuhkan sebuah pekerjaan. Saat pamannya yang akan masuk rumah sakit untuk di operasi pada lututnya meminta Jeff untuk menggantikannya tugasnya selama beberapa minggu, dia merasa sangat gembira.

Itu hanyalah sebuah pekerjaan menjaga gedung di sebuah sekolah swasta khusus untuk wanita. Jika dibandingkan dengan Otto pamannya, Jeff itu sangat tampan jadi dia menarik banyak perhatian saat di hari pertama dia bekerja, bahkan ada beberapa siswi yang bersiul kepadanya.

Pekerjaan itu sendiri sangat membosankan bagi seseorang yang sudah dilatih sebagai designer graphis, tapi Jeff sangat membutuhkan uang jadi dia berusaha semaksimal mungkin untuk tetap menjalankan tugasnya.
Dan saat sebuah peluang untuk mendapatkan uang tambahan datang, Jeff langsung menerimanya, bahkan sebelum dia tahu apa yang harus dilakukannya.

Sekolah itu ternyata sedikit lebih progesip dibanding yang Jeff kira dan Ms. Justina Petersen, guru yang bertugas mengajar tentang pendidikan kesehatan mengajukan sebuah proposal kepada Jeff.

"Aku sedang mencari seorang pria muda yang gagah dan tampan seperti diri mu untuk menjadi seorang model pelatihan bagi kelas seks ku."

"Kelas seks?"

"Ya, meskipun sebagian besar siswi ku sudah punya banyak pengalaman dibanding yang lain, tapi sebagian siswi masih sedikit naive dan sudah menjadi tugas ku untuk memastikan bahwa mereka semua akan memasuki dunia luar dengan sebuah rasa hormat yang sehat terhadap seks."

"Apa yang harus aku lakukan," tanya Jeff, merasa sedikit cemas.

"Well disebagian besar waktu kau hanya perlu berdiri saja disana dalam keadaan telanjang bulat, dan aku akan menunjukkan serta mencontohkan berbagai hal dengan menggunakan tubuh mu."

Jeff mulai memikirkan tentang film Monte Python “The Meaning of Life,” dan dia tidak yakin apakah dia siap untuk pekerjaan itu.

"Kau akan sangat membantu ku," kata Justina, saat melihat keraguan yang tampak di wajah Jeff.

Justina itu adalah seorang wanita yang sangat cantik, mungkin usianya baru 30-an dengan payudara yang besar dan kaki-kaki yang panjang. Jeff tentu tidak akan merasa keberatan untuk menunjukkan kemampuan seksualnya pada Justina di tempat tertutup, tapi dia merasa sedikit khawatir jika harus melakukannya di depan umum.

"Kau akan berdiri di depan kelas," kata Justina.

"Telanjang," Jeff menambahkan.

"Ya dan aku akan berbicara tentang penis, srotum dan hal-hal lain yang berhubungan dengan seksualitas dan menunjuknya dengan jari ku."

"Jari?"
"Ya, itu jauh lebih aman dibanding sebuah tongkat kayu, aku tahu itu berdasarkan pengalaman ku sendiri."

Setelah berpikir sesaat, Jeff akhirnya menerima pekerjaan itu. Pada Rabu berikutnya dia mendatangi ruang kelas Peterson dan di dalamnya ada sekitar 15 orang wanita yang berusia antara 15 sampai 25 tahun, sedang menunggu dengan tidak sabar untuk segera memulai pelajaran seks.

Justina mengarahkan Jeff untuk masuk ke belakang layar dan membuka semua pakaiannya. Saat Justina memanggilnya untuk keluar dari balik layar itu, Jeff merasa sangat gugup sampai lututnya menjadi gemetar. Yang lebih lucunya lagi, Jeff keluar sambil menutupi kontolnya dengan tangannya.

Mereka semua awalnya tertawa dan kemudian saat Justina mendekatinya, memindahkan tangan Jeff dari kontolnya dan membuatnya berdiri tegak, terdapat jeritan "Wow" dan "OMG."

Jeff memang sedikit rajin berolahraga sehingga tubuhnya kencang dan kontolnya, meskipun terlihat sedikit malu di hadapan para pengagumnya, tapi memang tampak cukup luar biasa mengagumkan.

"Sekarang aku ingin memulai kelas ini dengan sangat serius," kata Ms. Petersen, "Kalian akan harus berhadapan degan hubungan seksual suatu hari nanti di dalam kehidupan kalian," Justina berhenti sejenak dan mengedipkan matanya, "Jika kalian belum pernah melakukannya, maka hari ini aku akan menjelaskan bagaimana caranya untuk membuat hubungan seksual tersebut jadi lebih bermakna."

"Apa kita semua akan mengentot sang model," tanya seorang gadis berambut merah yang duduk di barisan belakang.

"Bersikaplah yang sopan, aku sudah berjanji pada Mr. Freisen bahwa dia tidak akan disakiti," Justina tersenyum pada Jeff lalu melanjutkan pelajarannya. Dia mulai menjelaskan anatomi tubuh pria dan semuanya berjalan lancar sampai saat dia mulai memegang biji-biji dan mengangkat kontol Jeff.
Dengan wajah yang memerah dan tidak mampu mengontrol reaksinya, para wanita itu bersorak saat kontol Jeff segera mengembang dan menegang.

"Nah sekarang, kalian bisa melihat bahwa penis akan bereaksi terhadap rangsangan yang paling kecil sekalipun, jadi kalian tidak harus bersikap kasar terhadap penis itu.

Kalian sudah melihat bahwa Mr. Friesen ini tidak disunat, dan meskipun kulitnya tertarik saat penis ini membesar, tapi kalian bisa membantunya dengan cara seperti ini." Saat Jeff menutup matanya dan merasa sangat malu, tangan Justina menarik kulit kontolnya secara perlahan.

"Sepertinya kau sudah pernah melakukan itu sebelumnya Miss," kata si rambut merah, sehingga suara tawa dan tepuk tangan kembali menggema di dalam ruang kelas itu.

Mr. Peterson mengabaikannya dan melanjutkan penjelasannya tentang cara memberikan hand job. Sambil menimang biji-bijinya, dia mengocok kontol Jeff ke atas dan ke bawah hingga menyebabkan napas Jeff jadi berat dan ditiru oleh seisi kelas.

Justina melakukannya hanya sebentar saja dan kemudian dia menjelaskan tentang fallatio atau memberikan blow job.

"Apa disini ada yang pernah memberikan blow job pada seorang pria," tanya Justina. Tentu saja si rambut merah pernah melakukannya. "Nah kalau begitu majulah ke depan dan tunjukkan pada kami."
Jeff serasa ingin berlari meninggalkan ruangan kelas tersebut, tapi itu akan mengakhiri pekerjaanya karena dia tidak akan mampu untuk bertatap muka dengan para siswi itu lagi. Sehingga dia hanya berdiri mematung, meskipun dia mulai gemetar.

Si rambut merah melepaskan kacamatanya lalu berjalan ke depan kelas. Salah satu tangannya segera menangkup biji-biji kontol Jeff lalu tangan satunya lagi menggenggam batang kontol Jeff dan kemudian mulai memasukkan kontol itu ke dalam mulutnya. Setelah beberapa hisapan Ms. Peterson menginterupsinya.

"Seana, jangan melakukannya dengan cara yang kasar seperti itu, mulailah dengan perlahan. Sini aku tunjukkan." Justina berlutut di hadapan Jeff lalu meraih dan mulai menghisapi kontolnya. Setelah beberapa hisapan dia berdiri meninggalkan Jeff dengan rasa frustasi.

"Nah apa ada yang lain yang ingin menunjukkan tekniknya?"

Seorang wanita yang sangat cantik kemudian maju ke depan kelas. Dan kemudian dia mulai menunjukkan kemampuannya di dalam menghisap kontol, yang membuat siswi-siswi lain mulai bersorak, "Buat dia muncrat, buat dia muncrat."
Mr. Peterson, yang tampaknya juga sangat menikmati tontonan itu seperti semua siswi lainnya, memberi tahu Jeff untuk mengatakan pada siswi yang sedang menghisap kontolnya saat dia ingin muncrat dan itu tidak membutuhkan waktu lama untuk terjadi.

Jeff segera memuncratkan spermanya ke wajah wanita yang sedang menghisap kontolnya itu dan wanita itu tertawa lalu menawarkan pada siapapun yang ingin mencicipi sperma Jeff.

Saat Jeff berdiri dengan napas yang terengah-engah dengan sperma yang masih menetes di ujung kontolnya, Ms. Peterson menanyakan berapa banyak dari wanita-wanita itu yang memeknya basah. Mereka semua mengangkat rok untuk melihat dan ternyata semuanya basah.

"OK mari kita semua melakukan masturbasi," kata Justina lalu duduk di sebelah Jeff dan mulai memainkan memeknya sendiri. Seisi kelas mengikutinya. Jeff menjadi sangat terangsang oleh suara-suara erangan dan rintihan saat mereka orgasme satu persatu dan dia sendiri juga sedang sangat ingin muncrat lagi.

Setelah kelas bubar Justina mengunci pintunya dan berbalik ke arah Jeff.

"Aku rasa kau ingin menyingkirkan ereksi itu sebelum kau kembali ke tugasmu yang lain, benar bukan."
"Aku rasa juga begitu."

Saat Jeff mengatakan itu Justina melepaskan semua pakaiannya lalu mengambil posisi terlentang diatas mejanya. Jeff tidak segera menaikinya dia ingin lebih dulu menghisapi payudaranya. Justina menyukainya saat Jeff menghisapi putingnya satu persatu.

Jeff kemudian menjilati memek Justina, membuka bibir-bibir memek Justina itu dengan jarinya kemudian memasukkan lidahnya ke dalam lubang memek itu. Justina mengejang dan mengerang. Jeff kemudian mengarahkan ujung kontolnya ke lubang memek itu lalu memasukkannya.
“OMG,” Justina merintih, “OMG.”

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog