Home » , » Cinta Segitiga

Cinta Segitiga

“Dialah orangnya,” kata Laura, menggigil saat Drew menjilati kulit sensitif dibawah payudara kirinya. Drew begitu ahli dalam menggunakan lidahnya untuk menemukan tempat-tempat yang paling sensitif pada kulit Laura.

“Siapa?” tanya Drew. Kepalanya sudah berada di pusar Laura dan memulai perjalanannya yang perlahan ke kehangatan yang lembab dimana kaki-kaki Laura terentang dan dibuka lebar-lebar.

“Rachel,” Laura menghela napas. “ohhh, jangan malam ini sayang, ku mohon…”

“Sudah tidak tahan lagi sayang??” Drew bertanya dengan nada yang menggoda.

“Tidak,” Laura mengerang. Nada suaranya turun satu oktaf saat dia memohon kepada Drew. “Aku membutuhkannya dalam cara yang spesial malam ini sayang, Aku sangat membutuhkannya!”

Kontol Drew mengejang karena hasrat di dalam nada suara Laura tersebut. Laura hampir tidak pernah meminta ‘cara spesial’ mereka, hanya saat dia merasakan hasratnya yang paling liar.

Drew menelungkupkan tubuh Laura dan mulai menggosok-gosokkan penisnya yang besar dibelahan pantat Laura, kelenjar besar tersebut menggoda lingkaran lubang pantat Laura yang sempit. “Apakah Rachel yang kau inginkan malam ini sayang?”

“Yesssss,” Laura merintih, mengendurkan belahan pantatnya sehingga menyebabkan lingkaran pada lipatan itu menjadi fleksibel dan rileks. Laura mengambil botol gel pelicin diatas meja disamping tempat tidur lalu melumasi lubang pantatnya.

Rachel adalah babysitter mereka, seorang gadis remaja yang bertubuh mungil dengan wajah yang terlihat lugu. Meski penampilannya tampak lugu, tapi ada aura sensualitas tentang gadis mungil tersebut. Payudaranya berukuran proporsional dengan bentuk tubuhnya yang ramping, mungil, tapi kencang dan bentuknya sangat indah.

Drew bisa merangkul pinggangnya yang kecil dengan kedua tangannya, dan kedua pinggulnya ditopang dengan kaki-kaki yang agak panjang untuk seorang gadis seukuran dia. Rachel memiliki mata yang sensual, cerdas dan tajam dibelakang kedua alis panjang yang elegan, dan terkadang kedua mata tersebut menyala dengan janji tentang sex liar.

Rachel berusia lebih mudah dibanding yang biasanya disukai Drew untuk fantasi sex mereka, tapi dia tidak akan menolak sebuah kesempatan untuk mengentot panta Laura.. karena kesempatan seperti itu sangat jarang terjadi.

“Okay Rachel,” kata Drew, menarik rambut istrinya, yang dipotong sebahu dan ditata hampir sama persis seperti rambut Rachel Drew menarik rambutnya dengan kasar, hingga menyebabkan Laura menarik napas saat sensasi-sensasi brutal menyerang akal sehatnya.

Lubang hidung Laura mengembang dan detak jantungnya meningkat, pinggulnya di dorong ke belakang dan ke atas, membuka lembah yang berada diantara belahan pantatnya dan mengundang penetrasi Drew.

Ujung yang besar itu ditekan masuk secara perlahan ke dalam lingkaran yang sempit, melebarkan lubang pantat laura dengan sangat lembut, bahkan saat Drew menarik tambut Laura untuk mengalihkan perhatiannya dari invasinya yang lembut.

Air mani yang keluar dari ujung kontol Drew dikombinasikan dengan gel pelicin tersebut, membuat penetrasinya hampir tanpa rasa sakit.

Laura mengerang dengan keras mulai sejak ujung kontol Drew menyentuh belahan pantatnya. “Katakan apa yang kau inginkan Rachel,” kata Drew dengan geram.
Laura begitu hot dan sempit di dalam sehingga membuat Drew berpikir untuk menahan diri. Skenario kecil Laura membutuhkan kesabaran dan pengendalian diri pada sisi Drew, dan dia berhati-hati agar tidak menyakiti Laura.
“Oh, kumohon jangan sakiti aku Mr. Hampton,” Laura/Rachel merintih.

“Kenapa aku harus peduli jika aku menyakiti mu Rachel, kau tampaknya tidak keberatan untuk menyakiti kontol ku dengan cara-cara mu menggoda dan pakaian-pakaian mu yang sexy.. bagaimana dengan cara mu telah menyakit ku?”

“Aku tidak bermaksud seperti itu Mr. Hampton,” katanya, “Aku tidak pernah memikirkan itu sebelumnya.” Nada suaranya terdengar lugu, tapi ada sesuatu di dalam suaranya yang memberi tahu Drew bahwa permainan tersebut akan segera mengubah pola yang biasa mereka mainkan.

Nada suaranya turun satu oktaf, membuatnya jadi lebih terdengar menggoda dan menggairahkan. “Tidak apa jika kau ingin mengentot pantat ku Mr. Hampton, aku benar-benar tidak merasa keberatan... lagi pula itu adalah satu-satunya cara ku untuk berhubungan sex, kecuali untuk blowjob.” Dari mana datangnya kata-kata tersebut? Pikir Drew.

Laura menarik napas dalam-dalam saat Drew kembali menarik rambutnya. “Kau bisa tanyakan pada istri mu,” katanya dengan napas terengah-engah, “Aku sudah berbicara dengannya kemarin tentang tidak ingin menjadi seorang perawan lagi... belum pernah ada yang mengentot memek ku. Aku selalu membiarkan mereka mengentot pantat ku karena aku tidak akan bisa hamil dengan cara seperti itu.”

Dia merengek saat Drew mendorong kontolnya lebih dalam lagi dan jari-jarinya mencengkram selimut yang ada dibawahnya. “Aku sangat menyukainya di pantat ku Mr. Hampton, kontol mu begitu besar, tidak seperti cowok-cowok disekolah yang sudah pernah mengentot ku. Kontol mu bahkan lebih besar dibanding Mr. Stevens, dan kau terasa benar-benar nikmat di dalam pantat ku.”

What the fuck? Pikir Drew, Harry Stevens itu seusia ku, dan menikahi dengan teman baik istri ku! Mereka sudah sering berpesta dengan tetangga mereka Harry dan Lola Stevens selama bertahun-tahun. Mereka berempat sangat akrab, dan sudah bukan rahasia lagi bahwa dia dan Laura tertarik kepada pasangan tersebut.

Lebih dari satu pesta yang sudah berlangsung sedikit diluar kendali, permainan-permainan sentuhan bebas yang mereka semua sudah mainkan telah menjadi sesuatu yang Drew dan Laura adaptasi sebagai sikap jangan tanya-jangan beritahu.

Lola sudah memberikan Larry sebuah blowjob selam pesta Tahun Baru kemarin, dan Drew benar-benar tidak tahu pasti seberapa intim hubungan Laura dengan Harry.

Rasa penasaran Drew bangkit.. entah Laura atau Rachel yang sudah cukup dekat untuk tahu seberapa besar kontol Harry itu.

Drew memasukan bagian kontol yang tersisa ke dalam pantat Laura dengan cara yang sedikit lebih kasar dari biasanya, sebagian untuk menghukum Laura karena telah menggodanya dengan informasi tentang kontol Harry dan sebagian lagi karena Drew menjadi terangsang.

Kedua kemungkinan tersebut telah membuka pintu-pintu di dalam pikiran Drew yang sebelumnya tertutup. Yang membuat Drew sangat terkejut, tusukan kontolnya yang kasar tersebut malah disambut dengan sebuah erangan kenikmatan dan sebuah tusukan yang seimbang dari Laura.
Tiba-tiba, permainannya menghilang. “Oh shit Drew, fuck me baby, and fuck me hard!”
Laura menjadi liar dibawah tubuh Drew, menggeliat dan memompa balik kontol Drew yang maju mundur. Drew mulai menusukkan kontolnya ke pantat Laura sama seperti jika mereka sedang melakukan hubungan sex secara normal, tapi Laura tidak merasa kesakitan.

“Fuck me harder baby, slam that cock into me!” Laura mencengkram selimut dan Drew bisa melihat wajah Laura yang cantik berubah saat dia meningkatkan kecepatan dan kekuatan dorongan kontolnya.

Rasa gairah yang dimiliki Laura telah membawa Drew ke puncak-puncak kenikmatan yang lebih tinggi, sehingga dia kehilangan semua kepura-puraannya dalam mengontrol. Spermanya dimuntahkan ke dinding-dinding lubang pantat Laura dan Laura menjerit dengan intensitas orgasmenya sendiri.

Drew roboh diatas punggung Laura, kontolnya masih tertanam di dalam pantat Laura; sebelumnya dia selalu menarik keluar kontolnya dari pantat Laura setelah orgasme agar tidak menyakiti pantat Laura.

Laura menghela napas dan menggeliat dibawah tubuh Drew, sebuah tanda yang jelas bahwa dia merasa bahagia dan puas. Drew merasa bingung, tapi memutuskan untuk menunggu sampai besok, hari Sabtu, untuk bertanya pada Laura tentang Rachel.

Hal lain yang membuat Drew bingung, pengetahuan dia tentang ukuran kontol Harry, berada di bawah kesepakatan jangan tanya-jangan beritahu yang telah mereka sepakati... sesuatu yang akan perlu untuk dipikirkan lagi oleh Drew setelah kejadian malam ini. Mereka tertidur dengan kontol Drew yang melembut di dalam pantat Laura.

Laura masuk ke ruang tengah dengan mengenakan kaus Drew... dan tanpa mengenakan apapun yang lain. Anak-anak sedang berada di rumah ibunya untuk berakhir pekan dan mereka berdua jarang punya kesempatan untuk berada dirumah dalam keadaan setengah telanjang.

Laura berbaring di sofa dengan kepalanya diatas pangkuan Drew dan menyundul-nyundul kontol Drew dengan lucunya. “Aku ingin kau mengentot Rachel,” kata Laura dengan cuek. Itu adalah sebuah ledakan bom yang entah berasal dari mana.

Laura membalikkan tubuhnya lalu menatap ke mata Drew. “Dia benar-benar berbicara pada ku minggu kemarin,” kata Laura membela diri, “dan dia memberi tahu ku banyak hal yang tidak aku ketahui.”

Pertanyaan yang tidak terucap pasti terlihat di kedua mata Drew, karena mulutnya tidak mengatakan apapun. “Dan ya,” kata Laura menyeringai, kami berdua sudah tahu seberapa besar kontol Harry.”

Laura duduk lalu tiba-tiba memeluk Drew.  “Aku sangat bangga pada mu,” katanya. “Kau mempertahankan kesepakatan kita, meskipun aku bisa melihat,untuk tidak bertanya itu menyakitkan bagimu. Lola keluar dari kamar mandi dengan segumpal sperma mu masih menempel di dagunya pada pesta Tahun Baru. Aku tahu kau sedang berada di dalam sana, jadi aku tahu darimana sperma tersebut berasal. Aku menarik Lola ke arah ku lalu menjilatinya, dan dia sangat mabuk, memberi tahu ku betapa nikmatnya rasa sperma mu. Aku memberikan Harry sebuah blowjob tahun baru sekitar satu jam kemudian.”

Laura menyandarkan punggungnya. “Apa kau ingin membatalkan kesepakatan kita sayang? Itu tidak masalah bagi ku, sungguh. Itu sudah berlangsung terlalu lama dan semakin lama semakin sulit untuk tidak mengentot Harry. Kita benar-benar perlu untuk berhenti atau melakukannya.” Drew terkejut.

Lola sudah mencoba untuk membuat dia mengentotnya beberapa kali, dan untuk terus menolaknya itu benar-benar semakin sulit... tapi Drew tidak pernah memikirkan tentang itu dari sudut pandang Laura.

Drew dipenuhi dengan rasa menyesal dan cinta kepada istrinya saat dia mengangkat Laura lalu menciuminya dengan penuh kasih sayang. “Aku mencintai mu Laura, dan aku mempercayai mu. Lain kali jika Harry membuat mu terangsang, aku mengijinkan mu untuk mengentotnya”

Laura tertawa kecil. “Itu akan menjadi suatu kelegaan bagi Lola,” kata Laura, “perempuan itu sangat ingin mengentot mu hingga tidak mau berhenti mencoba.”

Drew mengangkat kedua alisnya pada ucapan tersebut. “Jangan berpura-pura kau tidak tahu dia ingin mengentot mu.. dan jangan pura-pura kau belum pernah melihat Rachel kecil menggoda mu dan mengenakan rok yang lebih minim!” Drew benar-benar terkejut.

“Aku tahu tentang Lola, tapi aku tidak tahu kalian berdua membicarakannya,” kata Drew, “dan sejauh mengenai Rachel, aku tidak pernah memperhatikannya.”

“Well,” kata Laura, sambil menjilati dada Drew dengan lidah yang nakal, “sebaiknya kau bersiap-siap untuk Rachel. Aku akan menelpon dia beberapa menit lagi dan seseorang perlu segera mandi.”

Tanpa berkata apa-apa lagi, Laura bangun lalu menuju ke dapur. “Shit!” kata Drew.

“Mandi,” perintah Laura dari dalam dapur, “cepatlah!”

Drew menyukai aroma sabun lavender, dan selalu menggunakannya saat mandi. Dia menyalakan keran air hangat lalu membersihkan diri dengan sabun, membilasnya, menyabuni lagi.

Drew baru mulai menggunakan shampoo pada rambutnya saat dia merasakan pintu kaca pada shower terbuka, sehingga membuat sejumlah kecil udara yang lebih dingin masuk.
“Ow,” Drew mendengar, “ini terlalu panas, matikan.” Dengan terkejut, Drew memasukkan kepalanya ke dalam air untuk membilas shampoo dari kedua matanya, dan dia merasakan temperatur air sedikit menurun.

Saat wajahnya sudah bersih dari sabun dan dia bisa melihaat lagi, Rachel sedang berdiri disana sambil berjingkat, melingkarkan kedua tangannya disekitar leher Drew lalu menekan tubuh telanjangnya ke tubuh Drew. Bukannya merasa malu dengan kontol Drew, Rachel malah menggosokkan perut kencangnya ke kontol tersebut.

Rachel mencium Drew, merentangkan kakinya lalu melingkarkannya ke pinggul Drew, menekan memeknya yang tak berbulu ke kontol Drew yang membengkak dan mulai menggesek-gesekkan clitorisnya ke atas dan ke bawah. Antara cairannya sendiri dan air, bibir-bibir memeknya jadi licin.

“Kata Laura akan lebih baik jika kita berdua saja pada saat pertama kali,” kata Rachel, “tapi aku tidak ingin menghilangkan keperawanan ku di dalam shower.”

Rachel mengangkat pinggulnya lalu menangkap ujung kontol Drew dengan pantatnya. “Jadi kau akan harus merasa puas dengan ini untuk saat ini.”

Sebelum Drew bisa merespon, Rachel memasukkan kontol Drew ke dalam pantatnya dengan jauh lebih mudah dibanding Laura kemarin malam. Dengan antusias, Laura menggoyang pinggulnya diatas kontol Drew yang tegang, membawa masuk semua bagian kontol tersebut ke dalam pantatnya.

”Oh god Mr. Hampton,” Rachel merintih, “Sudah lama sekali aku menginginkan ini…”

Tangan Drew mencengkram pantat mungil Rachel saat dia mendorong kontolnya masuk ke dalam pantat Rachel, dan pada dorongan ke tiga atau empat Rachel mengeluarkan suara jeritan yang tinggi saat kedua matanya melebar. “Oh shit, I’m Cumming!” Dia menjerit.

Laura, yang berbaring telanjang diatas tempat tidur sedang menunggu mereka,  tertawa histeris. ”Lonte kecil itu ternyata sangat cepat orgasme!” katanya dalam hati.

Rachel berdiri hanya sedikit lebih dari pusar Drew, dan dia menyabuni tubuh Drew dengan teliti sebelum membilasnya lalu membimbingnya ke kamar tidur dengan memegang kontol Drew yang setengah ereksi.

Tanpa memperdulikan ketelanjangannya ataupun Laura, Rachel melepaskan kontol Drew lalu merebahkan diri di dekat Laura, memberikan sebuah ciuman basah kepada istri dari pria yang baru saja mengentot pantatnya di shower.
“Ya ampun Laura,” kata Rachel, “kontolnya lebih besar dibanding yang kau katakan…dan jauh lebih besar dibanding Mr. Stevens.” Gadis remaja yang sangat gembira tersebut kembali terlentang diatas seprai putih lalu merentangkan kedua tangan dan kakinya. “Come here Mr. Hampton,” Dia mengibaskan sebuah jari kecil ke arah Drew dengan genit.

Laura tertawa lagi. “Jika kau akan memberikan dia keperawanan mu Rachel, setidaknya panggil dia dengan nama depannya.”

Rachel menatap ke arah Drew. Dengan nada suara yang lembut, dia berkata “Fuck me Drew.”

Sambil tersenyum pada istrinya, Drew merangkak diantara kedua paha Rachel yang terbuka lebar, lalu mulai menciumi dan menjilati dia, mulai dari bibir, ke leher, payudaranya, dan kemudian ke pusarnya.

Drew memainkan bibir-bibir memek Rachel yang berwarna pink dengan jari-jarinya, tapi saat bibirnya hampir mencapai clitoris Rachel, Drew berhenti. Rachel menjerit dan pinggulnya menggeliat dengan liar.

“Oh god,” Rachel merintih tidak tahan, “Fuck me Drew, masukkan itu ke dalam diri ku sekarang, Aku sudah tidak tahan.”

Drew belum mau memulainya. Dia menjatuhkan kepalanya ke kaki Rachel lalu menciumi jempol kakinya dengan jari-jari Drew yang meraba paha Rachel. Pantat Rachel terangkat ke atas, memek kecilnya bergetar karena menahan hasrat. Drew menjilati telapak kakinya, pergelangan kakinya, dan kembali ke atas sampai ke lututnya.

Erangan Rachel masih terus berlanjut, jari-jarinya bergerak liar di dalam memeknya yang basah. Dari kedalaman yang sudah mereka capai, Drew menebak bahwa tidak ada lagi selaput dara yang tersisa yang akan menimbulkan rasa sakit pada Rachel saat dia memasuki memeknya.

Seluruh tubuh Rachel bergetar saat Drew menindih tubuhnya, kontol kerasnya  ditempelkan ke bibir-bibir memeknya yang basah.
Gerakan-gerakan tubuhnya yang menggeliat menyebabkan bibir-bibir tersebut mengelilingi kontol Drew, dan pinggulnya di angkat, mencoba untuk menarik masuk kontolnya ke dalam. “Kumohon,” adalah satu-satunya kata yang bisa Rachel ucapkan.

Drew memandang ke arah istrinya dan bibirnya membentuk kata-kata “I love you.” Laura mencium ujung jarinya lalu menyentuh bibirnya dengan jari itu, dan kemudian dia menekan ke bawah dengan perlahan pada punggung Drew dengan tangan satunya lagi.

Rachel membuka untuk Drew dengan mudah. Drew jadi curiga bahwa Rachel memiliki sejenis alat bantu sex, karena dia hanya sedikit menemukan rintangan dijalur masuknya.. tapi Rachel luar biasa sempit. Rachel bahkan tidak sempat menunggu Drew untuk memasukkan semua bagian kontolnya.

Saat Drew baru setengah jalan, Rachel sudah menjerit karena dia orgasme. Laura tertawa. Rachel akan mendapatkan banyak kepuasan. Pengaturan kecil ini akan tetap menjadi rahasia mereka.

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog