Home » » Pendidikan Seks Bagian 3

Pendidikan Seks Bagian 3

Aku duduk di sebuah sofa dengan punggung ku menghadap ke jendela, kami tidak bisa terlihat melalui tirai itu, dan bukannya bersandar ke jendela itu, aku duduk ke depan dengan kedua kaki yang terentang lebar.

Aku memposisikan Jack berada di depan ku, kemudian mengangkat rok ku ke atas lutuh ku. Kontolnya jadi berdiri tegak, seperti tiang bendera.

"Aku rasa kau harus membuka bra ku Jack, benar kan? Ulurkan tangan mu ke arah ku, lalu jangkau ke balakang punggu ku dan buka penjepitnya."

Dia melakukannya, mencoba semampunya, dia menyelipkan tangannya disekitar ku ke dalam gaun ku yang terbuka, kontolnya menyentuh payudara ku dan tangannya meraba-raba di belakang punggung ku. Akhirnya aku harus membantunya, membuat dia merasakan penjepit itu, kemudian membantu dia untuk membukanya.

Saat bra ku terlepas dia duduk diatas lantai itu, tentu, dia kemudian memandang lurus ke arah rok ku.

"Apa yang sedang kau lihat."

"Tidak ada."

"Percayalah pada ku Jack, kau pasti sedang melihat sesuatu!"

"Aku tidak bermaksud untuk memandanginya."

Aku menangkap rok ku ke atas kepalanya saat dia berjuang untuk keluar. Aku membiarkan dia meloloskan diri. Dia duduk dengan wajah yang memerah di depan ku.

"Apa kau pernah menaruh tangan mu diatas rok Chris?" Aku tahu dia pernah, aku pernah melihatnya dari belakang tirai di kamar tidur itu.

"Ti.... t.. Tidak!"

"Apa itu benar?"

"Ya."

"Aku rasa itu bohong! Dan aku tidak ingin mengatakan pada ibu mu bahwa kau telah berbohong."

"Apa kau pernah menaruh tangan mu di atas rok Chris?"

"errr Ya."

"Nah benarkan, untuk berkata jujur itu tidaklah sulit bukan? Kenapa kau melakukannya?"

"Tidak tahu."
"Apa yang kau temukan disana?"

"Celana dalamnya."

"Bagaimana rasanya?"

"Terasa lembut dan hangat."

"Taruh tangan mu diatas rok ku."

Jack tampak jadi kaku, seperti kelinci yang tertangkap sinar lampu senter, ekspresi panik diwajahnya tampak jelas.

"Nah ayolah, taruh tangan mu diatas rok ku, kau sudah pernah melihat apa yang ada disana, tidak ada yang perlu ditakutkan, rasakan seperti apa celana dalam ku itu."

Tangannya begitu kaku saat dia mulai menjangkau celana dalam ku, itu terlihat seolah-olah dia sedang melambai pada seseorang.

"Bagaimana? Seperti apa rasanya?"

"Rasanya halus, dan tidak elastis di kaki."

"Apa kau pernah menaruh tangan mu ke dalam celana dalam Chris?"

Tiba-tiba dia menjadi lebih berani.

"Ya, rasanya hangat dan lengket dan sedikit berbulu."

"Nah sekarang lakukan hal yang sama dengan ku."

Dia melakukan seperti yang aku perintahkan, dan menyentuh ku.

"Ini terasa basah, dan sedikit lebih berbulu."

Napas ku jadi sedikit berat dan tidak mudah untuk bisa berbicara dengan normal.

"Nah kau sudah sedikit meraba-raba dan tahu seperti apa rasanya."

"Ini terasa begitu mulus ya, dan begitu lembut.... selain dari biji kecil ini."

Dia menyentuh clitoris ku. Aku hampir saja menendangnya. Bocah yang malang.

"Apa aku menyakiti mu?" Jack merasa cemas.

"Tidak sayang, aku hanya terlalu menyukai yang itu."

Dia menyentuh clitoris ku lagi, sampai aku tidak tahan dan merapatkan kedua kaki ku.

"Nah lihatkan, itu terjadi karena aku sangat menyukai apa yang kau lakukan."

Aku kembali merentangkan kedua kaki ku dan mendorong dia untuk melanjutkannya.

"Kau hanya memerlukan satu tangan disana."

Aku mengambil tangannya yang lain dan menaruhnya di payudara ku. Dia meremas ku dengan keras.

"Perlahan!" Aku mengingatkan dia.

"Ada sebuah lubang disana, apa itu lubang pantat mu." Dia meraba-raba ke dalam lubang yang itu dengan lezatnya.
"Bukan sayang, jika kau mengeluarkan jari mu dari sana, dan meraba sedikit lebih jauh ke bawah maka kau akan menemukan lubang pantat ku, lubang itu mungkin sedikit berkerut," aku masih menggenggam kontolnya yang keras di tangan ku.

"Oh iya, aku menemukannya. Apa aku harus memasukkan jari ku ke dalam sana?"

"Tidak sekarang sayang, mungkin lain waktu."

Aku agak kurang menyukai jika lubang pantat ku disentuh.

"Menurut ku sebelum kita melakukan hal lainnya mungkin kita harus berbaring dilantai itu."

Kami berbaring bersebelahan diatas permadani itu, wajah kami saling berhadapan.

"Sekarang, saat kau berbaring dengan seorang wanita, kau menyentuhnya untuk membuat dia merasa spesial, kau sudah tahu tentang cara menyentuh payudara, dan jika kau membalikkan tubuh mu ke atas maka kau bisa menjilati dan menghisap payudara itu."

"Urgh." Adalah respon yang tidak diharapkan. "Itulah yang dilakukan bayi untuk minum susu. Yuk!"

"Well kau tidak akan mendapatkan susu saat kau menjilati dan menghisap payudara seorang wanita saat kau sedang melakukan hal seperti ini."

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog