Home » » Pendidikan Seks Bagian 1

Pendidikan Seks Bagian 1

Cerita ku ini terjadi beberapa tahun yang lalu. Janet, seorang teman ku yang tinggal tidak jauh dari rumah ku meminta bantuan ku. Rumah-rumah dilingkungan komplek kami itu serupa, jadi kamu bisa membayangkannya. Tiga kamar tidur, kamar mandi, toilet yang terpisah, dapur, ruang tamu dan ruang makan yang serupa.

Diantara rumah dan pekarangan luar kami memiliki sebuah gudang untuk menyimpan batubara, rumah-rumah tersebut dipanaskan menggunakan bahan bakar solid, dan sebuah toilet dilura yang menghadap langsung ke arah dapur atau pintu 'belakang.' Pintu 'depan' itu jarang digunakan kecuali untuk yang terbaik.

Kami semua memiliki anak-anak dengan usia yang sebaya, putri ku Christine, berusia 18 tahun, aku juga memiliki seorang putra yang lebih kecil. Aku telah menjadi janda sejak beberapa tahun yang lalu, dan tanpa teman-teman, kemana aku akan berbagi?

Singkatnya, Janet datang pada ku dengan masalahnya. Janet merasa sangat shock saat mengetahui bahwa ternyata putranya yang paling besar, yaitu Jack, teman sekelas dari putra ku Chris, memiliki kontol yang sangat besar, dan Janet merasa bahwa tanpa bimbingan yang benar Jack bisa membuat dirinya terjebak ke dalam "masalah."

Aku juga pernah mendengar tentang kontol ini dari Norma, tetangga ku lainnya yang pernah melihatnya saat dia sedang masuk ke dalam sebuah kebun dan melihat Jack dengan kontol itu ditangannya, tampak jelas sedang menikmati dirinya sendiri.

Komentar Norma adalah bahwa dia berharap kontol itu sedang berada di dalam memeknya. Ak merasa sangat penasaran terutama karena aku pernah melihat Jack dan Chris sedang berada di belakang gudang itu dengan tangannya yang berada diatas sweaternya, dan aku tidak ingin Chris mendapatkan "masalah."

Yang paling utama, aku juga sangat ingin sekali melihat apa yang ibunya dan Norma anggap sebagai sebuah "kontol yang sangat besar" itu. Janet ingin tahu apa yang bisa dilakukan dan apakah aku bisa membantunya.

Kami lalu menyusun sebuah rencana. Saat itu sedang liburan musim panas. Aku mengirimkan anak-anak ku ke rumah neneknya untuk liburan. Chris tidak ingin pergi tapi aku membujuknya bahwa dia akan merasa senang disana. Jack akan di kirim ke sekitar rumah ku untuk membantu ku, dan aku akan memberikan dia sedikit "pelajaran."

Saat itu hari Minggu sekitar puku 10 pagi Jack mengetup pintu belakang rumah ku, pintu tersebut tidak terkunci, selalu begitu, tapi dia itu seorang pemuda yang cukup sopan dan tidak akan mau masuk tanpa dipersilahkan. Karena tidak mendapat jawaban, dia mengetuk lagi dan lagi tapi tetap tidak mendapat jawaban.

Pada ketukan yang ke empat, aku membuka pintu toilet luar dibelakangnya dan dia berbalik, dan aku berdiri sambil menyeka diri ku karena baru selesai buang air kecil. Wajahnya jadi memerah lalu membalikkan tubuhnya untuk melarikan diri.

"Aku kira kau seharusnya diminta untuk membantu ku" kata ku saat aku menarik celana ku ke atas.

"Mum ingin aku melakukan sesuatu" katanya sambil membelakangi ku.

"Tidak, dia mengirim mu untuk membantu ku."

"Dia akan merasa kesal jika dia tahu aku melihat mu sedang berada di toilet itu."

"Nah kalau begitu jangan mengatakan padanya, berikan bantuan mu, aku tidak akan mengatakan padanya."

Aku melangkah masuk ke dalam rumah dan dia mengikuti ku. Aku menutup pintu itu, dia jadi terlihat panik. Pintu-pintu itu selalu dibiarkan terbuka di lingkungan kami saat siang hari.

"Jangan takut, aku tidak akan menggigit. Tidak sekarang. Kau dan aku perlu sedikit mengobrol."

Sekali lagi wajahnya jadi memerah. Aku memandunya ke dalam ruang makan yang berada di bagian belakang dari rumah itu dan tidak terlalu terbuka.

Aku duduk di kursi yang ada disamping perapian dan meminta dia untuk duduk di lengan kursi itu. Aku menaruh tangan ku disekitar pinggangnya dan menarik dia akan lebih mendekat. Aku tahu payudara ku sedang menekannya tapi berpura-pura tidak memperhatikannya. Dia mengenakan celana pendek, dan aku bisa melihat tonjolan itu.

"Lalu apa ini" tanya ku sambil menaruh tangan ku di kakinya hanya sedikit diatas lututnya. Dia tidak menjawab.

Aku menyelipkan tangan ku ke dalam celananya lalu menyentuh kontolya. Dia mencoba untuk menjauh tapi aku memegangnya erat-erat.
Nah ibu-ibu, seperti yang kalian tahu, memang tidak sopan untuk membicarakan tentang ukuran tapi kita biasanya melakukan itu dan kata mereka, well, kata kita, ukuran itu bukanlah segalanya.

Tapi aku akan mengatakan ini pada mu. Aku pernah merasakan beberapa buah kontol sebelum menikah dengan suami ku dan satu atau dua kontol setelahnya, tapi ya ampun, belum pernah di dalam hidup ku, dan sampai detik ini aku melihat kontol yang berukuran seperti ini.

Ibunya cuma pernah melihatnya saat kontol itu sedang lemas, dan dia mengatakan bahwa ukurannya seperti seekor keledai muda, nah aku belum pernah melihat kontol seekor keledai muda dan Norma mengatakan dia melihat kontol itu saat sedang berada di tangan Jack dan dia berharap dst.

Well, kontol itu sekarang ada ditangan ku dan aku menjadi basah karenanya.

"Nah sekarang" aku sudah memegang kontol mu, "Aku ingin tahu apa yang sudah kau lakukan dibelakang gudang itu dengan putri ku?"

Kontolnya melemas, "Aku.... Aku.... Kami...."

"Jangan bohong pada ku, aku melihat tangan mu sedang berada di bawah sweaternya." Aku meremas kontolnya dengan perlahan dan kontol itu pun kembali hidup secara perlahan.

"Kami tidak melakukan apapun, sungguh."

"Kau sedang meraba payudaranya benar kan?"

Dia menahan kepalanya.

"Betul?"

"Ya." Dia mengaku.

"Kita harus menyelesaikan masalah ini. Kita bisa kau tahu, tapi kau harus berjanji, kau tidak akan mendapatkan masalah apapun, tapi aku harus bisa memegang janji mu bahwa kau tidak akan mengatakan pada siapapun tentang hal ini. Apa kau sudah jelas? Jika ada orang yang tahu maka aku sendiri yang akan memberi tahu mereka apa yang perlu mereka ketahui."

"Menurut mu apa yang akan dikatakan oleh ibumu jika dia tahu tentang barang antik mu ini?"

Dia tidak menjawab.

"Apa aku bisa memegang janji mu itu."

Dia mengangguk.

"Ayo katakan. Katakan 'Aku berjanji aku tidak akan mengatakan pada siapapun tentang apapun yang terjadi hari ini atau hari-hari lain kecuali aku diijinkan untuk mengatakannnya oleh mu!"

"Aku berjanji."

"Ucapkan semuanya."

Dia melakukannya.

"Jika aku pernah mendengar tentang apa yang kita bicarakan hari ini dari siapapun, dan maksud ku siapapun, maka hidup mu akan berubah untuk selamanya!"

Aku menarih tangannya ke payudara ku, ke atas gaun ku yang tipis.

"Jika kau menyukai payudara, rasakanlah ini."

Begitu aku melepaskan genggaman ku tangannya bergerak menjauh dengan begitu cepat.

"Apa ada yang salah dengan payudara ku? Kenapa kau tidak ingin merasakannya seperti yang kau lakukan pada putri ku?"

"Kau seorang nyonya."

"Ya. Jadi apa salahnya?"
"Kau seharusnya tidak menyentuh payudara seorang nyonya karena itu kasar. Dengan cewek-cewek itu berbeda. Mereka menyukainya."

Aku menarik tangannya kembali ke payudara ku, "Begitu juga dengan nyonya-nyonya!"

"Apa aku dihukum karena merasakan payudara putri mu?"

"Tidak, adalah hal yang wajar bagi seorang anak laki-laki untuk merasakan payudara anak perempuan, dan jika dia tidak merasa keberatan maka aku tidak keberatan jika kau merasakan payudara putri ku."

Menurut ku Bob akan merasa lebih terganggu jika dia tahu aku membiarkan Jack merasakan payudara ku dibanding jika dia menangkap basah Jack yang sedang merasakan payudara Chris. Tapi Bob sudah tidak ada dan aku merasa horny dan Janet ingin mendapatkan bantuan atas masalahnya.

Saat Jack sudah sedikit rileks, dia mulai merasakan payudara ku, meremas-remasnya.

"Kenapa kau tidak membuka sebuah kancing dan merasakannya di dalam gaun ku seperti yang kau lakukan pada Chris?"

Aku tahu apa yang akan terjadi hari ini sehingga aku berpakaian menurut hal itu. Sebuah kancing di sepanjang gaun ku, tertutup, tanpa menampakkan belahan. Aku ingin berada di dalam kontrol.

"Maksud mu aku boleh melakukannya?"

"Oh ya, aku rasa jika kau sangat menginginkannya maka akan lebih baik jika aku mengijinkan mu."

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog