Home » » Temani Aku Tidur

Temani Aku Tidur

Cerita ini terjadi saat aku pindah ke apartemen dan pekerjaan ku yang baru. Montreal adalah kota yang begitu hidup, penuh dengan club dan restorant yang sangat bagus, belum lagi dengan kebudayaan dan fasilitas olahraganya.

Gym wanita di mana aku bekerja adalah sebuah tempat yang sibuk, dipenuh5 dengan berbagai tipe wanita. Ada yang gemuk, kurus, ibu rumah tangga dan para profesional. Dengan bekerja di belakang counter snack 'sehat' aku jadi punya kesempatan untuk ngobrol dengan wanita-wanita cantik dan Cecile boss ku adalah salah satunya.

Sebagai wanita pengusaha dalam bisnis ini dia tentu harus mempertahankan bentuk tubuhnya yang indah, dan pakaian-pakaian yang dia kenakan menunjukkan hal itu. Aku sangat akrab dengannya, dan bahkan mungkin tidak terlalu berlebihan jika aku merasa kalau dia tertarik pada ku, meskipun dia sudah menikah.

Akan tetapi, petualangan pertama ku tidak ada hubungannya dengan gym tersebut, melainkan dengan apartement ku. Aku baru selesai merapikan apartement ku dan bersiap untuk pergi saat telpon ku berdering, ternyata itu Claudine.

"Maukah kau menunggu sampai Lisa datang," katanya, "Suami ku Max sedang sakit dan aku harus membawanya ke rumah sakit. Aku mencoba untuk menelpon ponselnya tapi sepertinya Lisa mematikannya."
Aku tidak sempat berkata apa-apa karena Lisa sudah ada disini saat Claudine menutup telponnya. Saat aku mengirimkan pesan ke Lisa dia mengatakan bahwa dia sudah memberi tahu suaminya kalau dia akan pergi ke bioskop bersama Claudine, tapi Claudine harus pergi ke suatu tempat dulu dan meminta ku untuk menemani Lisa.

Tidak butuh waktu lama untuk menerima permintaan Claudine itu, karena Lisa adalah seorang wanita yang sangat cantik.

"Aku akan membuat kopi," kata ku, yang mana kemudian dia menambahkan, "Buatlah kopi Irlandia."
Aku tidak sedang mencoba untuk membuat suasana yang romantis atau apapun karena aku tentunya tidak ingin merusak hubungan ku dengan pemilik apartement itu, tapi aku memutuskan untuk menyalakan perapian.

Kemudian kami duduk di sofa dan mulai meneguk minuman sambil ngobrol.

"Apa kau tidak merasa terganggu bahwa Claudine dan aku adalah bisexsual, dan bahwa kami sering melakukan hubungan sex," dia bertanya.

Aku menjawab bahwa itu bukanlah urusan ku.

"Tapi maukah kau melakukan hubungan seks dengan seseorang yang kau tahu bahwa dia adalah bisexsual?" katanya.
"Aku belum pernah punya kesempatan untuk itu," jawab ku.

"Apa kau ingin mendapatkan kesempatan itu?"

"Kesempatan apa?"

"Kesempatan untuk melakukan hubungan seks dengan seorang bisexsual."

Saat itu aku mulai tahu kemana arah pembicaraannya, dan aku jadi merasa sedikit cemas.

"Kau itu sangat tampan," katanya, "dan aku yakin kau memiliki kontol yang besar," dia tertawa genit, menatap ke arah selangkangan ku. Aku rasa itu karena dia sudah terlalu banyak minum.

"Oh aku baru ingat kalau suami ku sedang pergi keluar kota untuk urusan bisnis malam ini, jadi mungkin aku harus menginap disini."
"Tentu," jawab ku, mencoba untuk menghindar dari situasi yang nantinya mungkin akan aku sesali, "Aku bisa tidur disofa ini."

"Tapi aku tidak bisa tidur sendirian," dia memohon, "Setidaknya berbaringlah dengan ku sampai aku tertidur."

Dia meraih tangan ku lalu memandu ku seperti se-ekor domba yang hendak dipotong dan begitu sampai di dalam kamar dia membuka semua pakaiannya. Payudaranya tampak begitu indah, bulu-bulu jembutnya di cukur rapi.
Aku segera memeluk dan menciuminya dengan penuh nafsu, sedangkan tangannya bergerak ke leher ku dan membelai rambut ku. Dia mengalihkan perhatiannya ke kemeja ku dan mulai membuka kancing-kancingnya, saat aku sedang sibuk membuka celana ku.

Begitu kami berdua sudah sama-sama telanjang bulat, aku membaringkannya ke atas ranjang. Dia segera memasang posisi dan merentangkan ke dua kakinya lebar-lebar. Aku mengarahkan kontol ku ke mulutnya dan dia segera menjilati dan menghisapinya.

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog