Cerita Dewasa | Malam Pertama Penganten Baru

Berhubung hari ini adalah selasa, hari yang paling disebelin oleh banyak orang, karena kita dipaksa masuk sekolah bagi yang masih sekolah, masuk kantor bagi yang masih kerja, dan masuk angin bagi yang semalam begadang gak pake jaket, dan jarak ke weekend masih panjang, maka saya mau membagi cerita yang ringan-ringan saja, yang gak mikir dan analisa yang mendalam untuk mengerti maksud tulisan ini, yang bisa bikin rekan-rekan kompasianer senyum-senyum sendirian, bahkan ketawa ngakak sampai guling-guling di halaman rumput tetangga.

Saya mau cerita pengalaman malam pertama sahabat saya sewaktu SMA Dina, yang menikah dengan seorang polisi berpangkat Kapten (sekarang AKP). Menurut keterangan Dina, saat itu ia masih perawan, jadi agak gugup menjalani malam pertamanya. Pertahanannya tidak jebol-jebol sampai 5x percobaan dalam seminggu, sampai akhirnya jebol juga tepat di hari ke 7.

ML Dimalam Pertama Penganten Baru, Cerita Dewasa, Cerita Panas, Hot Story
Berikut adalah cerita salah satu malam pertama Dina dan suaminya kompol Eko yang gagal berakhir dengan pertumpahan darah perawan Dina, cekidot (D untuk Dina, E untuk Eko) ;
E : dik, buka bajumu
D : iya mas.. Kalo boleh, jangan panggil aku dik, Aku Dina bukan Dika, panggil aku Din.
E : baiklah din.. Mas sudah gak sabar, pingin lihat tubuh mulusmu
D : aku grogi mas, aku malu. Aku belum pernah telanjang di depan pria.
E : aku juga grogi Din, aku juga belum pernah telanjang di depan wanita.
D : masa sih mas?
E : bener din, masa mas bohong, bohong kan dosa..
D : emang mas gak pernah dimandiin oleh ibu mas waktu kecil? Ibu mas kan wanita
E : hihihi, kalo itu beda Din. Kamu juga sama dong, pernah dimandiin bapakmu waktu kecil. Maksudku setelah dewasa ini, gak hitung yang waktu kecil.
D : hehehe, iya mas, aku cuma becanda aja koq. Mas kan ganteng, banyak yang suka kepada mas, sebelum mas pacaran denganku, pacar-pacar mas gak ada yang mas ajak tidur?
E : ku akui, aku memang ganteng Din, tapi gak seganteng kangmasku, Kartono a.k.a anthony. Kangmas Kartono selain ganteng, baik, ramah juga humoris. Pacar-pacarku belum sempat ada yang ku ajak tidur, saat ku ajak kenalan ke bapak, ibu dan kangmasku, pacar-pacarku malah melirik kangmas Kartono, gak lama mereka malah nguber-nguber kangmasku, sebagai adik aku hanya bisa mengalah
D : ku akui kangmas Kartono memang ganteng, lebih ganteng daripada kamu, tapi aku gak mau seperti gadis-gadis mas lainnya, yang suka dan nguber-nguber Kartono.
E : Alhamdulillah Din, makanya kita bertahan yah sampai titik ini, sampai kita menikah, mengikat janji suci sehidup semati, sampai kakek nenek.
D : iya mas.
E : ngomong-ngomong, kenapa kamu gak pernah suka dan tertarik ke kangmas Kartono, seperti pacar-pacarku yang dulu.
D : gpp mas, gak suka aja
E : bukan tipe kamu yah din?
D : tipe aku sih sebenarnya
E : trus kenapa kamu gak nguber-nguber dia dan tinggalkan aku seperti gadis-gadis lainnya
D : gpp mas, aku terus terang lebih memilih mas daripada kangmas Kartono, walaupun mas seorang polisi dengan gaji minimal, dan Kartono seorang Auditor dengan gaji maksimal
E : gak ada alasan lain, kenapa kamu gak suka kartono dan nguber-nguber dia lalu tinggalkan aku.
D : ada sih mas
E : apa alasannya dik (penasaran)
D : gak usah deh mas, gak enak
E : gak enak kasih kucing aja (tambah penasaran)
D : kamu gak marah kalo aku kasih tau alasannya?
E : apa dulu alasannya
D : ya udah aku gak cerita, nanti kamu marah
E : iya deh, aku gak marah
D : janji
E : janji
D : baiklah kalo begitu aku cerita. Aku gak nguber-nguber kangmas Kartono dan tinggalkan kamu, karena di suatu kesempatan, saat gak sengaja aku ketemu Kangmas Kartono di Mall, kita makan siang, aku nyatakan suka dan cinta padanya, tapi ia menolakku, ia mengatakan kepadaku “Dik Dina, bukan kangmas gak suka padamu, kangmas suka, tapi adinda Eko cerita ke Kangmas, kamu itu cinta sejatinya, kamu cinta matinya, dan katanya kamu masih perawan, kangmas gak mau merusak kamu, karena kangmas gak mungkin menikah denganmu. Kamu menikah saja dengan adinda Eko, ia sangat mencintai dan menyayangimu, kasihan dia, selama ini pacar-pacarnya sudah tidak perawan, yah memang susah mencari perawan jaman sekarang, di gunung saja belum tentu dapat perawan. Nanti setelah menikah, jika dik Dina mau bertemu kangmas, kita atur aja waktunya.”
E : jadi itu alasanmu gak nguber-nguber kangmas Kartono dan tinggalkan aku
D : iya mas, gak boleh marah loh.. Tadi mas sudah janji.
E : makasih yah Din sudah cerita jujur, aku gak marah. (Bangkit dari ranjang, ganti baju dan pakai celana jeans).
D : mas mau kemana? Gak jadi kita lanjutkan permainan kita
E : aku ingat masih ada kerjaan di kantor, aku pamit dulu yah Din.
D : iya mas, mudah-mudahan lancar yah kerjaannya. TTDJ.
Singkat kata singkat cerita, malam pertama Dina dan Eko pun gagal malam itu.
Selamat malam Indonesia

Cerita Dewasa | Gadis SMA Berjilbab Dengan Pembantunya

Panggil saja aku Dewi, tentu bukan nama sesungguhnya. Aku salah seorang siswi SMA di salah satu sekolah islam ternama di Semarang. Perawakanku sedang-sedang saja, dengan tinggi 160cm dan berat 40kg. Aku terbiasa memakai jilbab sejak SMP, bukan karena aturan di sekolah, tapi orang tuaku sudah memberi contoh padaku sejak kecil kalau memakai jilbab bagi wanita adalah suatu kewajiban. Ibuku sering mengisi pengajian di berbagai daerah. Kalau hari jum'at beliau mengisi pengajian untuk ibu-ibu komplek, jum'at lalu acara diadakan di rumah, dan jum'at ini berarti giliran di rumahnya Bu Anisa yang letaknya di ujung komplek.
Cerita Dewasa | Gadis SMA Berjilbab Dengan Pembantunya , Cerita Panas, ML Dengan Siswa SMA Berjilbab

Sedangkan ayahku tak jauh beda dengan ibuku, selain sebagai pengusaha, beliau juga mempunyai jadwal tersendiri untuk mengisi khotbah jum'at di masjid komplek yang letaknya di belakang rumah. Selain itu kadang beliau juga di daulat untuk menjadi imam di masjid tersebut. Jadi bisa dibilang keluarga kami ini merupakan keluarga yang sangat religius. Bukan bermaksud membanggakan keluarga, tapi warga sekitar yang memberi julukan tersebut pada keluarga kami.

Sekolahku cukup jauh juga letaknya dari rumah, ada sekitar 15km-an.. Jadi kalau jalan kaki ya pasti capek, untungnya aku nggak jalan kaki kalau ke sekolah, ada ayahku yang slalu mengantar dan menjemputku. Suatu pagi saat mengantarkan aku ke sekolah ayah pernah bilang kalau pekerjaan ayah sebenarnya adalah "Ternak Teri", sempet bingung juga waktu itu mendengar pernyataan ayah, apa dia ganti profesi jadi peternak??? eh ternyata maksudnya Ternak Teri itu nganter anak nganter istri, wkwkw kontan aku dan ayah tertawa terbahak-bahak di dalam mobil, bisa saja ne ayah, dia emang orangnya humoris, ini yang membuatku nyaman jika curhat dengan beliau. Kehidupanku sangatlah bahagia, ayah begitu memanjakan aku, begitu pula ibuku, selalu menuruti apapun yang aku mau, mungkin karena aku anak satu-satunya, jadi mereka sayang banget sama aku.

Setiap hari sabtu ayah dan ibu pergi ke luar kota untuk mengontrol perusahaan yang ada di sana. Sebetulnya aku pengen ikut, tapi tidak diperbolehkan, mereka bilang sekolah lebih penting. Ya udah di rumah deh. Aku di rumah nggak sendirian, karena ada pak Tarjo dan mbok Darmi. Mbok Darmi bertugas mencuci, masak, dan bersih-bersih rumah, pokoknya urusan rumah tangga. Sedang pak Tarjo adalah sopir dan pengurus taman kami. Hari sabtu ini Mbok Darmi ijin pulang dulu karena dia dapat kabar kalau anaknya sakit. Untung Pak Tarjo nggak ngantar ayah dan ibu pergi, jadi aku di rumah berdua ama Pak Tarjo.

Pak tarjo memiliki tubuh yang tinggi, kalau aku taksir sih sekitar 170cm-an, berbadan kekar dan kelihatan masih segar bugar meski usianya sudah kepala 5. Mungkin itu yang membuat dia bisa mempunyai 2 istri. Sabtu malam ini agak berbeda, bukan cuma cuaca yang membuatku gerah berada di ruang tv bersama pak Tarjo, tapi karena Mbok Darmi tidak membuatkan makan malam sebelum meninggalkan rumah tadi. Tak ayal kami semua merasa lapar. Lantas aku segera menelpon ibu untuk menanyakan letak warung soto yang kemarin dia bungkuskan sotonya buat aku. Ternyata warung tersebut cukup jauh juga dari rumah, dan aku pun meminta tolong pak Tarjo untuk mengantarku ke sana. Cukup lama juga Pak Tarjo diam berfikir, bukan karena tak tau jalan ke sana tapi karena motor yang akan dipakai ke sana tidak ada lampunya, sedang katanya jalan ke sana juga jelek. Ah masa bodo pikirku, orang udah lapar juga, aku pun memaksa pak Tarjo untuk ke sana, akhirnya dia mau meski sudah banyak memperingatkanku.

Perjalanan ke sana ternyata emang sangat menyakitkan, karena jalannya bertul-betul parah. Tapi tak apa, demi soto yang enak itu. Sekitar 30 menit perjalanan akhirnya sampai juga di sana, aku pun bersyukur karena tidak terjadi apa-apa baik pada motor, aku dan pak Tarjo. Tapi di warung itu ternyata rame banget, penuh sekali pengunjungnya. Namun tekadku sudah bulat untuk tetap beli di warung tersebut.

Dan akhirnya setelah sekitar satu jam menunggu, soto pesanan kami sudah jadi, aku tidak makan di sana, tapi membawanya pulang untuk disantap di rumah. Dalam perjalanan pulang aku agak sedikit takut dan khawatir karena jalannya yang gelap serta jelek dan berbatu. Dan yang aku khawatirkan pun terjadi, pak Tarjo entah lupa atau tidak tahu kalau di jalan tikungan yang ada pohonnya itu ada lubang yang cukup gede, dan kami pun terperosok. Pak Tarjo terlempar ke depan, sedangkan aku tertindih motor di lubang, sialnya knalpot motor yang panas itu tepat berada di atas kakiku dan sayur soto yang masih panas itu juga tumpah di tangan dan sebagian kena muka. Kontan aku menjerit merasakan panas dan sakit tertindih motor. Selanjutnya aku tidak ingat apa-apa lagi. Karena waktu aku bangun aku sudah ada di rumah sakit ditemani ayah, ibu dan pak Tarjo yang tampak sedikit diperban tangannya.

Kata dokter sih tulang di kakiku ada yang retak, tapi tidak terlalu serius juga. Sedang tangan dan wajahku menderita luka bakar yang cukup serius. Tapi lagi-lagi dokter memberiku angin segar karena luka bakar itu bisa dia sembuhkan total, dan bekasnya pun akan hilang meski harga obatnya sangatlah mahal, namun orang tuaku tidak mempermasalahkan hal itu, yang penting aku bisa sembuh total. Huft,,,,,sungguh cerita yang sangat panas, tersiram sayur soto, dan terkena knalpot motor. Dan bisa dikata cerita dewasa, karena pelakunya sudah pada dewasa, selain itu kalau anak kecil yang terkena knalpot dan tersiram sayur panas pasti nangis kenceng banget. Cerita panasku dengan Pak Tarjo ini tak akan kulupa sampai kapanpun. Dan merupakan pengalaman yang sangat luar biasa sekali agar aku lebih berhati-hati dalam bertindak dan tidak gegabah.

NB : Cerita di atas hanyalah fiktif belaka karangan penulis. Bila ada kesamaan nama, lokasi, peran, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Quick Count Ala RM Taneyan Lanjeng Pamekasan


Kemaren malam, Agus mengajak seluruh keluarga besarnya untuk buka puasa bersama di sebuah rumah makan Taneyan Lanjeng Niaga Pamekasan.

Quick Count Ala RM Taneyan Lanjeng Pamekasan, Takjil Murah Dengan menggunakan 4 mobil rombongan yang berjumlah 23 orang itu tiba di restoran Taneyan Lanjeng Pamekasan,  berbagai hidangan telah disiapkan untuk buka puasa, mulai dari kolak, minuman dingin dan masakan lainnya.

Usai makan, Agus memanggil pelayan untuk menghitung jumlah yg harus dibayarnya.
"Uda, tolong dihitung semua ya," pinta Agus kepada pelayan.

Dalam waktu beberapa detik, sang pelayan sudah menyerahkan tagihan yang diminta, namun Agus terkejut melihat kehebatan dan kecepatan sang pelayan dalam menghitung harga yang harus dibayar.

"Hemmm, hebat banget, dalam beberapa detik, hitungan sudah selesai," ujar Agus dengan kagumnya.
"Maaf Mas, itu hitungnya pakai quick count. Kalau hitungan real count silakan langsung ke kasir," ucap pelayan seraya tersenyum.
''Asem tenan..!" ujar Agus

Cerita Dewasa | ML Dengan Sebhi Yang Sedang Hamil

Saya adalah mahasiswa di salah satu perguruan tinggi swasta di selatan Jakarta. Salam kenal untuk warga situs 17tahun. Awal cerita saya dimulai saat saya menghadiri sebuah acara pemberian penghargaan, di sana saya datang bersama teman saya, sebut saja Hamdan.

Saya diperkenalkan oleh teman saya kepada salah satu tamu yang hadir di acara tersebut, dan ternyata setelah dipertegas, nama tamu tersebut adalah DB. Yang belakangan saya ketahui dia adalah salah satu artis Indonesia. Singkat cerita, malam itu berlalu begitu saja.

Seminggu setelah perkenalan tersebut, saya ditawari untuk menggarap proyek perayaan Hari Ulang Tahun oleh teman yang mengenalkan saya dengan DB, memang bidang saya adalah entertaiment.

Teman saya yang mengenalkan saya namanya Shebi. Singkat kata, saya terima proyek yang diberikan oleh Shebi. Dan ternyata yang punya kerjaan itu adalah DB, untuk perayaan ulang tahunnya yang ke 34.

Saya pun dipertemukan oleh Shebi dengan DB di rumah DB yang terlihat cukup megah. Saya dan Shebi menunggu DB yang sedang mandi di ruang keluarga. Di sana saya ngobrol cukup banyak dengan Shebi (yang perlu pembaca ketahui, Shebi sedang hamil 7 bulan). Obrolan berlangsung santai dan sampai menyerempet ke masalah kehidupan seks Shebi, ternyata Shebi yang memiliki tinggi 170 cm, ukuran BH 38, dan m size ini memiliki libido seks yang cukup tinggi. Shebi pun mulai merapatkan posisi duduknya mendekati saya (karena kami duduk di atas sofa yang sama/sofa panjang).

"Dra.. coba kamu pegang perutku, sepertinya jabang bayiku ini ingin berkenalan denganmu deh..!" kata Shebi.
"Ah kamu bisa saja Sheb..!" kata saya yang belum tahu arti sinyal dari Shebi itu.
"Kalau nggak percaya, coba saja kamu pegang perutku ini..!" ujar Shebi yang kali ini memaksa tangan saya untuk memegang perutnya yang sudah terlihat buncit.
Dan benar, sepertinya ada yang bergerak-gerak dari dalam perutnya.
"Dra.. kamu pernah ngerasain begituan dengan orang hamil..?" ujar Shebi yang membuat saya kaget.
"Mmm.. mm, belum tuh Sheb..""Memangnya enak apa rasanya..?" tanya saya keheranan.
"Wah endang loh rasanya.."
"Itu kuketahui dari suami dan brondong-brondongku.." ujar Shebi yang membuat saya tersentak tambah kaget.
"Mmm.. begitu.." kata saya agak sedikit sok tenang, meskipun tegangan tubuh sudah agak naik.

"Kok jawabannya cuma segitu, apa kamu nggak mau nyobain..?" ucap Shebi yang sedikit kesal karena tanggapan saya hanya sebatas itu, sedang posisi kami sudah semakin dekat.

Shebi menarik sedikit ke atas long dress yang dikenakannya, dan terlihat paha mulus yang sedikit memperlihatkan timbunan lemak di sisi-sisinya dan sedikit CD hitam. Saya pun terdiam sejenak, lalu saya pegang kepala dan menatapnya serta meyakinkannya.
"Sheb.., bukannya aku tidak ingin mencoba tawaran yang spektakuler ini, tetapi kamu harus lihat kita ini dimana..? Tetapi bila kamu tawari aku di posisi yang tepat, tentulah aku tak akan menolak..!" kata saya mencoba menenangkan suasana yang semakin panas itu.

Saya sadar bahwa kami datang ke tempatnya DB dalam rangka suatu kerjaan, dan aku termasuk orang yang menjunjung tinggi profesionalisme.
"Aku tau apa yang kamu khawatirkan Dra.." balas Shebi sambil menutup bibir saya dengan jari telunjuknya.
"Kau harus tau bahwa DB itu penganut seks bebas, dan tentu doi tak akan marah kalau kita bercinta di sini, dan lagi pula di sini tidak ada orang lain selain DB.." kata Shebi mencoba meyakinkan saya sambil perlahan mengangkat kaos yang saya pakai ke atas, dan jarinya bermain di atas puting saya sambil memainkan lidahnya sendiri membasahi bibirnya yang sudah basah.

Mendengar perkataannya yang meyakinkan dan juga ditambah dengan perlakuannya yang mencoba merangsang birahi saya, saya semakin yakin akan situasi yang ada. Saya pun mulai berani untuk meraba dada Shebi yang besar tanpa membuka pakaian yang melekat di tubuhnya. Shebi pun bertambah liar dengan menyusupkan tangannya mencari batang kemaluan saya yang sudah menegang sejak tadi. Sambil memilin putingnya tanpa membuka pakaiannya, tangan kiri saya pun bergerak ke bawah sambil membiarkan tangan kanan saya untuk tetap berada di atas dan Shebi pun mendesah.

Sampai di tempat yang saya tuju, tangan kiri saya pun meraba dari luar CD Shebi, dan terasa ada yang basah dan lengket di sana. Lalu bibir kami pun saling mendekat dan terjadi perciuman yang cukup lama. Kami pun terlihat sudah semakin berkeringat. Kemudian tangan yang berada di daerah sensitif Shebi pun sepertinya mulai aktif melorotkan CD hitam Shebi, dan saya merasakan sentuhan bulu-bulu lebat yang sepertinya tertata rapih. Shebi pun telah sukses mengeluarkan senjata kemaluan saya dan mengocok-ngocoknya perlahan. Saya yang merasa penasaran ingin melihat kemaluan orang hamil, lalu menghentikan ciuman kami dan turun ke arah kemaluan Shebi yang duduk di sofa. Ternyata tebakan saya benar, liang kemaluan Shebi yang lebat ternyata benar-benar tertata rapih. Saya pun mulai tergiur untuk merasakan bibir kewanitaan itu dengan mulai mejilatinya secara lembut.

"Achh.., achh.. kamu pintar Dra..! Truuss.. Draa..!" Shebi pun terlihat sudah tidak dapat mengontrol ucapan dan intensitas suaranya.
Shebi meluruskan tubuhnya di atas sofa sambil mengocok senjata kemaluan saya. Mendapat perlawanan yang demikian nafsunya, saya pun merubah posisi menjadi 69. Saya di bawah dan Shebi di atas. Ternyata benar kata orang, kemaluan orang yang sedang hamil itu gurih rasanya.

15 menit berlalu dalam posisi 69.
"Dra.. please..! Masukin sekarang Say..!" pinta Shebi yang sudah tidak kuasa lagi menahan gejolak nafsunya.
Mendengar itu saya tidak langsung menuruti, tetapi saya tetap saja mengigit, menjilat, meludahi liang kewanitaannya, terutama klitoris-nya yang sudah mengkilap karena basah.
"Dra.., kamu jahat..!" teriak Shebi diikuti dengan melelehnya air kemaluan Shebi yang cukup banyak dari liang senggama Shebi, yang menandakan Shebi sudah mencapai orgasmenya. Saya jilat habis cairan kental yang keluar itu sampai tidak tersisa. Senjata kejantanan saya yang terhenti bergerak itu dikulum oleh Shebi. Karena orgasmenya, Shebi mengulum kemaluan saya hingga menjadi merah. Lalu dengan bantuan tangan, saya masukkan kembali senjata saya itu ke dalam mulut Shebi sambil menaik-turunkan di dalam mulutnya.

"Aawww..!" saya berteriak karena batang kemaluan saya tergigit Shebi, "Kamu nakal ya..?" kata saya sambil menarik batang kejantanan saya dari mulutnya, lalu mengarahkannya ke vagina Shebi.
Saya tidak langsung memasukkannya, tetapi memainkannya terlebih dulu di bibir vaginanya sampai Shebi sendiri yang memajukan pantatnya agar batang kemaluan saya dapat langsung masuk, tetapi tetap saja saya tahan agar tidak masuk.
"Dra.., kamu jahat..!" ujar Shebi kesal.
"Habis kamu duluan yang mulai..!" jawab saya.

Tanpa kami sadari, ternyata pertempuran kami dari tadi sudah ada yang mengawasi, yaitu DB yang entah dari kapan dia sudah ada di dekat kami dengan mengunakan daster tanpa BH. Pemandangan itu kami ketahui karena daster DB sudah ada di bawah kakinya. Karena saya merasa sudah tidak tahan, akhirnya saya mulai memasukkan penis saya perlahan tapi pasti ke liang senggama Shebi. Memang awalnya sulit, tetapi karena Shebi minta untuk terus dipaksa, ya akhirnya masuk juga.

"Achh.. achh..!" teriak Shebi dengan wajah memerah entah karena nafsu atau karena sakit.
Ternyata liang kemaluan orang yang sedang hamil itu lebih hangat dibandingkan kemaluan wanita normal. Karena sempit dan hangatnya liang senggama Shebi, membuat saya tidak dapat bertahan lama, meskipun goyangan Shebi tidak terlalu "hot", tetapi tetap saja rasanya lebih asyik dari liang kemaluan wanita yang tidak hamil.
"Sheb.. aku mau keluar..!" kata saya ditengah-tengah nikmatnya persetubuhan kami.
"Aku.. keluarkan di mana Say..?" tanya saya menambahkan.
"Terserah kau saja Dra..!" jawab Shebi yang ternyata juga sudah orgasme kembali.

Akhirnya karena lebih enak, saya keluarkan cairan panas itu di dalam vaginanya, "Cret.. cret.. cret..!" mungkin sampai tujuh kali air mani saya tersembur di dalam liang senggama Shebi.
"Ohh.., ternyata kalian di sini sudah nyolong start ya..?" ujar DB yang membuka pembicaraan.
"Abis kita udah nggak tahan Mba..!" jawab Shebi.
"Trus gimana proyek ultah-ku..?" tanya DB sambil memakai dasternya kembali yang tadi dilepaskan ke bawah, karena DB dari tadi menyaksikan pergulatan kami sambil bermasturbasi.
"Kalau masalah itu tenang, di sini sudah ada ahlinya, tinggal kucuran dananya saja, konsepnya sudah Indra susun kok..!" jawab Shebi sambil menahan saya untuk mengeluarkan penis saya dari liang senggamanya.
"Ooo.., ok aku percaya.." kata DB, "Tapi biar Indra istirahat dong..! Masa kamu monopoli sendiri itu batang..!" jawab DB sambil mengambil wine yang ada di mini bar, lalu duduk di sana, memperhatikan kami yang akhirnya mengambil pakaian kami masing-masing.

"Dra.., kamu besok bisa ambil dananya di sini.." kata DB.
"Lo nggak mau nyobain punyanya Indra..?" celetuk Shebi, "Ntar nyesel..?" tambahnya.
"Jangan sekarang deh, abis tanggung, sebentar lagi Bapak mau jemput gue.." jawab DB.
"Ooo.." jawab Shebi yang sepertinya mengetahui bahwa DB kalau main itu tidak cukup kalau hanya 3 atau 4 ronde saja.

"Ya sudah, kami pamit dulu deh kalau gitu, biar besok si Indra saja yang datang ke sini sendiri.." kata Shebi.
Saya yang dari tadi diam saja hanya manggut tanda setuju untuk datang lagi esok.
"Tapi besok kamu datangnya malam saja ya..!" pinta DB.
"Ooo.., sekalian kamu cobain ya..?" pancing Shebi sambil tersenyum.
"Apa kamu mau ikutan Sheb..?" tanya DB.
"Nggak ah, abis main sama lo harus lama, gue takut kandungan gue bermasalah lagi.""Kalau dokter gue bilang nggak apa-apa sich gue ok aja, tapi kalau kebanyakan digenjot nanti bocor lagi..!" kata Shebi sambil tertawa.
"Ya udah ngga pa-pa, tapi kamu pasti datang kan Dra..?" tanya DB.
"Ya.." jawab saya singkat.
"Ya sudah kita cabut ya..?" ujar Shebi ke DB.
"Ya, ok lah.."
"Bye, Dra jangan lupa ya atau kontrak kita batal nich..!" sambil mencubit dagu saya

Cerita Dewasa | Puas Dengan Kontol Tukang Sensus

Aku Dina, aku kerja di satu keluarga muda yang blon punya anak. Bapak dan ibu majikan sibuk banget dua2nya kerja sampe malem2, jadi wajarlah kupikir, kalo blon punya anak. Kapan bikinnya kan, pulang kerumah aja adu lebih lambat, kadang ibu pulang duluan, seringnya bapak pulang blakangan, sama aja dong ya hihi. aku mah santai banget kerja di kelouarga kaya gini, pagi2 dah brangkat kerja, pulang dah malem banget, jadi kerjaku ringan sekali. Cume bersih2 rumah dan cuci pakean. nyucinya juga ada mesin cuci, setiap ari mreka nurunin pakean kerja dan pakean rumah untuk di cuci, kerja cuma 2 orang ya cuma beberapa potong, jadi kucuci dengan mesin cuci dan atur lever airnya rendah aja, asal cukup untuk ngerendem sedikit potong pakean.

Slesai nyuci jemur pakean, kalo dah kering setrika, diantara kerjaan2 itu ya aku bengong, nonton tv, smsan ma temen2 sesama asisten RT (keren kan judul job nya, RT tu bukan rukun tetangga lo ya), makan kalo gak tidur. Si ibu masak paling weekend, itu juga sesekali kerna si bapak bener2 workaholic, weekend pun masi berbisnis juga, makanya si ibu kalo masak ya cuma sedikit,
buat dia aja dan sisanya ya buat aku. Hari2 kalo gak da makanan aku kudu nyiapin sendiri, nasi si bisa ikutan makan beras yang ada dirumah, tinggal masak pake rice cooker. Aku taker aja sekali masak bisa buat seminggu aku makan, kadang kalo weekend majikan ikut makan tu nasi, jadi takeran berasnya juga kutambahi iar cukup untuk seminggu.

satu siang ada petugas sensus yang dateng kerumah, dah mo pemilu gini biasanya ada orang yang mendata penduduk untuk menentukan jumlah pemilih. Aku heran aja, biar cuma mbantu2 dirumah aku ngikutin berita juga di tv. Katanya dah ada proyek e ktp yang konon dah ngabisnin duit 9T (T tu nolnya brapa ya), kok datanya masi gak bisa dipake buat data pemilu. Proyek lagi kali ya, memang negri ini penuh dengan proyek ya, supaya APBN nya kepake. kok jadi ngelantur kesana kemari ya, kembali deh ke crita. aku kebetulan dah slesai semua kerjaanku, baru mo nyiapin makan siang buat aku ndiri ketika kudengar ting tong bel pintu menyalak (anjing kali ya menyalak), memang bunyi belnya salakan anjing kok. "Mbak, bapaknya ada". "Kerja pak". "Ibu?" "Kerja juga, ada apa ya". Si petugas menjelaskan maksud kedatangannya. Aku hanya memperhatikan si petugas, ganteng juga orangnya, gak muda2 amir sih, cuman masi ok banget bodinya, tegap dan gak buncit, gak kaya penyakit orang seumuran 40an. "Aku si gak bisa jawab pertanyaannya pak", jawabku ketika dia menanyakan hal2 yang berkaitan dengan keluarga ini, aku tau si dikit2 tapi katimbang salah, mending kujawab gak tau aja. "Trus adanya bapak atau ibu kapan" "Berangkatnya pagi, pulangnya malem, jam 9 10an gitu". "Hari Sabtu juga sibuk". "Ibunya kadang ada dirumah kadang juga pergi". "Ya dah saya kemali Sabtu besok deh ya mbak yang cantik". "Waduh, pake embel2 cantik segala kok", kataku. "Lo memang cantik kok, kan ini fakta bukan gombal". "Wah daerah sini mana ada gembel pak". "Waduh cantik2 kok budi si". "Budi?" "Budek dikit", jawabnya sambil tertawa, "kan saya bilangnya gombal bukan gembel". "Makasi deh kalo dibilang cantik, bapak juga ganteng kok". "Ya cocok kan kalo lelaki ganteng ketemu abg cantik". "Kok abg". "Mbak abg kan?" "Sok tau ah". "Paling umurrnya baru 19 kan". "Katanya mo sensus, kok malah ngobrol si". "Ketemu yang cantik gini ya kudu diajak ngobrol lah, bole gak minta minum, air putih aja deh, kalo bisa yang dingin".

Cerita Dewasa | Puas Dengan Kontol Tukang Sensus, Mimikku diremas tukang sensusNgelunjak juga ni orang, tapi katimbang ndirian ya kusuru dia masuk, di garasi ada tempat duduk, seperangkat sofa bekas yang dah jelek di onggokin di antara garasi dan dapur, aku suka iseng duduk dan kadang ketiduran sampe dirubung nyamuk, maklum aku kan manis dan nyamuk suka yang manis2 kali ya, tapi gak mungkin kalo nyamuknya jantan sebab menurut ilmu kehewanan, nyamuk jantan sukanya ngisep air, yang suka ngisep darah tu nyamuk betina. Kalo manusia jantan sukanya ngisep apa ya.

"Duduk deh, nanti aku ambilin minum". "Wah enak ya kamu disediain sofa gini buat trima tamu". "Ya gak lah, si bapak beli yang baru, yang lama ditarus disini aja buat aku duduk2". "ngomong2 blon kenalan dah minta minum segala ni, aku ... (dia nyebut nama, tapi seperti biasanya gak usah ditulis dimari ya). "Aku Dina". "Nama yang cantik secantik orangnya. Si bapak apa gak tergiur liat kamu cantik gini si, mana cantikan kamu atau si ibu, pasti lebi cantik kamu ya". Sok tau ah bapak". "Jangan panggil bapak dong, kaku amir dengernya, juga aku kan blon tua2 amir". "Tadi rasanya bilangnya bukan amir deh namanya". "memang bukan, kan amatnya masi benerin genteng diatas, adanya amir", jawabnya sambil ketawa. Aku ikut ketawa, asik juga ni orang buat diajak becanda, gak tau deh kalo diajak yang laen, hihi dasar omes. Dia langsung menenggak abis air dingin segelas, "Bocor ni gelasnya, masak baru diteguk dah kosong". Kuisi lagi air dingin dari botol yang kuambil dari lemari es, dia tenggak lagi, kali ini abis separonya. Kuisi lagi sampe penuh, abis deh air dingin sebotol.

"Banyak banget si minumnya, ntar pipis melulu kan". "Bisnya panas2 gini". "Tadi kemarinya kok gak bawa kendaraan, malah olahraga siang2 gini, ya panaslah". "Ya gak punya kendaran sendiri si, ya terpaksa naik kendaran umum dan selanjutnya jalan kaki deh". "Mangnya dah slesai ya sensusnya". "ada yang sudah dan banyak yang belon, sama kaya disini, pemilik rumahnya gak ada ditempat semuanya". "Ya iyalah, namanya juga hari kerja, sensusnya weekend aja, kali lebi banyak yang dirumah". "Trus aku kapan liburnya kalo weekend kerja". "Katimbang sia2 gini, mending juga minta libur senin dan selasa tapi weekend kerja". "Ya gak sia2lah, ketemu bidadari cantik gini, mana sexy lagi". "Masak si sexy, Dina kurus gini". Ketika itu aku cuma pake celana pendek dan tank top aja, ndirian di rumah ngapain juga rapi2. Aku memang dengan bapak ibu gak pernah ber aku ria, selalun nyebut diriku Dina, kebawa deh ngomong ma tamu yang sebenarnya gak diundang, tapi kok ya nyenengin. Memang si pahaku jadi terpampang nyata buat dia, juga tanktopku rada tendah bagian dadanya sehingga kalo aku ngebungkuk bisa keliatanlah isi dibalik braku, gak gede si, tapi juga gak kecil2 amat, eh amir.

"Tadi ngintip ya", kataku sambil membenahi tanktopku agar gak terlalu terbuka bagian dadanya. "Gak ngintip, terpampang kok tadi, jadi pengen ngeremes deh". "Ih, siang2 panas2 gini omes". "Kalo ada si bapak dirumah kamu juga gini pakeannya". "Ya gak lah, Dina pake kaos aja tapi celpennya ya tetep ini". "Trus si bapak pa gak menjilati kamu pake matanya". " mata bisa ngejilatnya. Namanya juga lelaki, ya wajarlah". "Mangnya si ibu ga bilang apa2". "Gak tu, dia ndiri kalo santai dirumah juga pakeannya kaya aku sekarang kok". "Wah sayang ibunya gak ada, kalo gak aku ketemu 2 bidadari sexy hari ini". "Kemaruk". "Bukan kemaruk tapi blon rejeki aja". Kembali kami tertawa2. "Bis ini mas kemana lagi". "Wuih, dipanggil mas ni". "Tadi katanya gak mo dipanggil bapak, dipanggil mas protes juga". "Gak protes cuma seneng aja kok sayang". "Gembel lagi ni". "Kok gembel?" "Tu bilang Dina sayang segala". "O gombal, gak boleh ya, mang ada yang sering manggil kamu sayang ya". "Gak ada lah, cuma pembantu kaya aku siapa yang mo sayang2an". "aku mau tu, boleh gak". "Tu bawa apa si, kok tasnya kayanya berat amat", aku mengalihkan pembicaraan aja. "Aku bawa laptop, aku suka isiin data kalo dah dapet, jadi di kantor bis langsung di proses". "Isinya cuma data ya, gak da yang laen". "O banyak yang laen, kamu mo liat ya". "Iya Dina denger lelaki mah hobi banget nyimpen yang omes2 di laptop". "Mang kamu mo omes ya sekarang, ya bole aja kalo mo liat". Dia mengeluarkan laptopnya, ditaruh di meja yang merupakan set sofa butut itu, trus dia buka dan nyalakan. Sebentar kemudian di klik sana sini dan terpampanglah film omes, bule ma abg cina kayanya sedang pelukan di pinggir kolam renang, ceweknya cuma berbikini, sexy banget deh bodinya. Si bule sedang mengulum bibir tu cewek sembari memerah toket montoknya, si cewek ber ah uh ria, serenade wajib kayanya ya di film bokep. "pernah liat yang beginian Din". "Belon mas. Gak malu ya mreka maen di rekam gini". "Kan udahannya mreka dibayar, enakkan kerja nikmat gitu dibayar pula". "Bule punya gede banget ya mas, panjang gitu lagi", kataku saat si bule mulai menikamkan kon tolnya ke memek tu cewek, aku mulai horny liatnya. "Mangnya kamu dah pernah liat kon tol seblelumnya, kok taunya segitu besar. Punyaku segitu lo Din". "Masak si, kan mas bukan bule". "Mangnya bule doang yang punya kon tol besar, aku juga punya, mo liat?"

Aku jadi tersipu, dia meraih tangannya dan diletakkan di selangkangannya, trus ditekannya disitu sehingga walaupun aku reflex narik tanganku, karena dia tekan keras makanya tanganku tetep diselangkangan. Kerasa si ada sesuatu yang keras dan besar dibalik celananya. "Diremes dong Din", katanya sambil terus menekan tanganku diselangkangannya. aku mulai menggenggam barang besar itu, kuremas pelan. "Na gitu dong, ntar aku bagi kenikmatan ma kamu deh, kamu dah perna maen ma lelaki kan?" Aku tanpa sadar menggangguk. "Ma sapa Din". Aku terdiem, aku sadar tadi salah aku ngangguk. Memang selama ini si bapak yang melampiaskan napsunya padaku, kalo pas si ibu gak da dirumah pasti aku ditariknya ke kamarnya dan dia lampiasin napsunya ke aku, aku jug nikmat kok biar kon tolnya si bapak gak segede yang kuliat di video yang dia nyalain, lagian aku jadi dapet gaji dobel. Kerjaan RT digaji a ibu, kerjaan nikmat digaji ma bapak. Sementara aku mengelus selangkangannya, dia mulai meremas pelan toketku. "kecil ya mas". "Gak lah, segini besar Din, kamu orangnya imut tapi toket kamu besar gini, kenceng lagi" Dia mulai meremasnya pelan dari luar tank topku. "Lepas tanktopnya ya Din, lebi berasa kalo diremes langsung". "Gak mau ah, masak disini". "Kan gak da orang Din". Bener juga dia, dirumah itu cuma ada aku berdua dia. Dia mencium bibirku lembut sekali sehingga aku makin terbuai, napsuku mulai memuncak karena ulahnya. "Mandi dulu yu Din, aku gerah ni".

Aku heran, kok aku nurut ja waktu dia pengen ke kamar mandi. aku ajak dia ke kamar mandi. Kamar mandi itu selalu kujaga kebersihannya sehingga sama bersihnya dengan kamar mandi di kamar si bapak. Mungkin kerna si bapak dah lama juga gak ngebagi kenikmatan ke aku, jadi memekku nagih diisi kon tol kali ya. Sesampai di kamar mandi, dia langsung mencium tengkukku, membuatku merinding. Kayanya kalo kaya gini mah gak bakalan ada acara mandi ni. Dipeluknya aku dari belakang sambil ciumannya berlanjut ke belakang telingaku hingga leher. Kedua tangannya mulai meraba-raba toketku yang masih terbungkus pakean. “Mas nakal ih". "Tapi kamu suka kan". tanganku meraba ke belakang mencari pegangan di antara kedua kakinya. Kembali teraba sesuatu yang besar dan sangat keras, kuremas dengan gemes barang itu. "Na gitu dong, kan enak jadinya". Dia juga meraba kancing celpenku, dilepasnya kancingnya, diturunkan ritsluitingnya dan diturunkan celpenku sehingga aku hanya ber cd ria.

Ciumannya kembali ke pundakku, tanktopku ditariknya ketas, aku membantunya dengan mengangkat tanganku ketas juga sehingga terlepaslah tanktop dari tubuhku. dengan gigitan lembut diturunkan tali bra-ku hingga turun ke lengan, begitu pula yang satunya, tak lama kemudian lepaslah bra dari tubuhku. sepertinya dia sangat terlatih untuk menelanjangi perempuan dengan perlahan, sehingga aku makin terangsang dibuatnya. Aku didudukkan di pinggiran bak mandi, dia berlutut di depanku, dicium dan dijilatinya betis dan pahaku hingga aku dibuat kelojotan. Perlahan dia menarik turun cdku hingga terlepas dari tempatnya, kepalanya langsung membenam di antara kedua pahaku, kurasakan jilatan di sekitar selangkangan dan daerah anus. jilatannya semakin ganas di daerah memekku, kurasakan jilatan di bibir memekku. Lidahnya terasa menari-nari di bibir memekku, kupegang kepalanya dan kubenamkan lebih dalam ke memekku. Jilatan lidahnya makin mengganas, sehingga aku dibuat makin kelojotan. Jauh lebi nikmat dijilatin dia katimbang si bapak yang selalu menjilati memekku seblon dia membenamkan kon tolnya di memekku.

"Mas curang, Dina dah dibukain bajunya, mas ndiri belon". "Dia cuma senyum aja dan langsung melepaskan pakeannya, semuanya. aku terkaget2 menlihat kon tolnya yang luar biasa besar, panjang dan kayaknya dak keras banget. Dia berdiri di hadapanku, kon tol XL nya (bukan opsel lo, tapi extra large) hanya berjarak beberapa centimeter dari memekku. kembali dia mencium bibirku, lidahnya bermain2 di mulutku membelit2 lidahku, sementara jari tangannya bermain di liang memekku. Ciumannya berpindah ke leherku, terus turun menyusuri dada dan sampe ke pentilku.

Aku benar-benar dibuat terbakar, napasku sudah tidak karuan, kombinasi antara permainan lidah di pentil dan permainan jari di memekku. “Mas, Dina dah pengen mas", rengekku sambil mendorong tubuh atletisnya. Dia mengusap-usapkan palkonnya di bibir memekku yang sudah basah. Perlahan didorongnya kon tol besarnya masuk ke liang memekku, memekku terasa sangat melar supaya bisa menampung kon tolnya yang besar banget, terasa sekali desakan benda tumpul besar itu mencoba untuk menerobos memekku. Makin dalam masuknya kurasakan kon tolnya seolah makin membesar, memekku terasa penuh ketika dia melesakkan seluruhnya ke dalam. “Aagh.. mas.. ennak ...”, erangku sambil memandang ke wajah nya yang ganteng dan macho. “Pelan ya mas, gede banget si..” pintaku sambil mencengkeramkan otot memekku pada kon tolnya. "Mang yang masuk kecil ya Din, memek kamu cengkeramannya kerasa banget deh Din, baru sekali ni aku ngerasain memek seperet memek kamu". "Mas punya gede banget si". "Tapi kamu suka kan". "Banget mas". tangan kanannya meremas toketku sedang tangan kirinya meremas pantatku sambil menahan gerakan tubuhku. Kurasakan kon tolnya pelan-pelan ditarik keluar, dan dimasukkan lagi saat setengah batangnya keluar, begitu seterusnya, makin lama makin cepat. “Oohh..mas... nikmatnya", desahku, menerima kocokan kon tolnya di memekku. Dia dengan irama yang teratur memompa memekku sambil mempermainkan lidahnya di leher dan bibirku. Aku tak bisa lagi mengontrol gerakanku, desahanku semakin berisik terdengar.

Dia mengangkat kaki kananku dan ditumpangkan di pundaknya, kurasakan penetrasinya semakin dalam. Kocokannya semakin cepat dan keras, diselingi goyangan pantatnya yang meliuk2. Aku makin mendesah dibuatnya, keringat sudah membasahi tubuhku, begitu juga dengan dia. Aku hampir mencapai puncak kenikmatan ketika dia menghentikan kocokannya, dan memintaku untuk berdiri, “Mau dilanjutin di sini atau pindah ke ranjang..?” tanyanya terus menjilati pentilku. Tanpa menjawab aku langsung membelakanginya dan kubungkukkan badanku, rupanya dia sudah tahu mauku, langsung mengarahkan kon tolnya ke memekku. Kuangkat kaki kananku dan dia menahan dengan tangannya, sehingga kon tolnya dapat masuk dengan mudah. Dengan sedikit bimbingan, melesaklah kon tolnya ke memekku, dia langsung menyodok dengan keras, terasa ambles dalem banget di memekku, aku terdongak karena kaget. “Aauugghh.., mas.., teruss..”
teriakku larut dalam kenikmatan.

Sodokan demi sodokan kunikmati, dia menurunkan kakiku, dan kurentangkan lebar sambil tanganku tertumpu pada pinggir bak mandi, tangannya memegang pinggulku dan menariknya saat dia menyodok ke arahku, begitu seterusnya. Rasanya sudah tidak tahan lagi, ketika tangannya meremas toketku dan mempermainkan pentilku dengan jari tangannya, “Mas, Dina .. sudah.. nggak tahan..!” desahku, ternyata Rio langsung menghentikan gerakannya. “Jangan dulu Sayang, kamu belum merasakan yang lebih hebat.” katanya, tapi terlambat, aku sudah mencapai puncak kenikmatan terlebih dahulu. “Aaughh.., maasss..,” teriakku mengiringi orgasme yang kualami, denyutan di memekku terasa terganjal begitu besar. Dia hanya mendesah sesaat sambil tangannya tetap meremas toketku yang ikut menegang. “Ayo mas, mas keluarin juga..." pintaku, aku lemas saking nikmatnya orgasme barusan.

"Terusin dikamar aja yuk Din". Dia mencabut kon tolnya yang masi perkasa dari memekku, aku ajak dia ke kamarku. "Kamar Dina kecil mas". "Ya gak papa kan, yang penting bisa nerusin di ranjang kamu". dia memintaku nungging di pinggir ranjang. Dia menginginkan doggie style, kuturuti permintaannya. Sekarang posisiku merangkak di ranjangku. Dia berdiri dibelakangku, mengatur posisinya untuk memudahkan penetrasi ke memekku. Setelah menyapukan kon tolnya yang masih menegang, dengan sekali dorong masuklah kon tolnya semua ke memekku. Meskipun sudah dari tadi terkocok oleh kon tolnya, kaget juga aku dibuatnya. Dia langsung memacu kocokannya dengan cepat, kenikmatan kembali menyelimuti tubuhku. Dia menarik rambutku ke belakang sehingga aku terdongak. Berpegangan pada rambutku dia memainkan kocokannya, sesekali pantatnya digoyang ke kiri dan ke kanan, atau turun naik, sehingga memekku seperti diaduk-aduk kon tolnya. Dia sungguh pandai menyenangkan prempuan dengan permainannya yang penuh variasi.

Rio mengangkat badannya tanpa melepas kon tolnya dariku, kini posisi dia menungging, sehingga kon tolnya makin menancap di memekku tanpa menurunkan tempo permainannya. Aku sudah tidak tahan diperlakukan demikian, dan untuk kedua kalinya aku mengalami orgasme hebat dalam waktu yang relatif singkat, sementara dia masih tetap tegar menantang. “Masih kuat untuk melanjutkan Din..?” "Lemes banget mas". "Kamu diatas aja ya". Walaupun lemas aku turuti ja permintaannya. Dia telentang di ranjangku. kukangkangkan kakiku diatas kon tolnya yang menjulang keras kaya tugu monas, ku paskan palkonnya menembus memekku dan kuturunkan pelan2. Terasa sekali batang yang besar itu pelan2 terbenam kedalam memekku, sampe akhirnya ambles semuanya. terasa sekali kon tolnya yang besar mengganjal di dalam. Aku mulai menggoyang pantatku maju mundur mengocok kon tolnya dalam memekku. Semakin cepat kugoyang semakin nikmat rasanya , maka goyanganku semakin cepat dan tambah tidak beraturan. Kuamati wajahnya yang ganteng bersimbah peluh dan terlihat menegang dalam kenikmatan, tangannya meremas-remas toketku sambil mempermainkan pentilku.

Karena sangat lemas, akhirnya goyanganku terhenti. dia menggoyang tubuhku sambil menggerak-gerakkan pinggulnya sehingga memekku tetap terkocok dari bawah, dan kembali orgasmeku tidak terbendung lagi untuk kesekian kalinya. Dia tetap saja mengocok dari bawah, meski dia tahu aku sedang di puncak kenikmatan. Kali ini aku benar-benar lemes, tapi dia tidak juga mengentikan gerakannya. Kutelungkupkan tubuhku di atas tubuhnya, sehingga kami saling berpelukan. Dia memelukku dan mencium bibirku sambil kembali mempermainkan lidahnya, kon tolnya masih keras bercokol di memekku, terasa panas sudah. Tidak lama kemudian nafsuku bangkit lagi, kuatur posisi kakiku hingga aku dapat menaik-turunkan tubuhku supaya kon tolnya bisa kluar masuk lagi di memekku. Meskipun kakiku terasa lemas, kupaksakan untuk mengocok kon tolnya yang sepertinya makin lama makin mengeras.

Melihatku sudah kecapean, dia memintaku untuk kembali nungging, kemudian dia berlutut diebalakangku dan dengan mudahnya dia melesakkan kon tolnya ke memekku untuk kesekian kalinya. kali ini kocokannya bervariasi antara cepat keras dan pelan. setelah terasa staminaku agak pulih, kuimbangi gerakan sodokannya dengan menggoyang-goyangkan pantatku ke kiri dan ke kanan atau maju mundur melawan gerakan tubuhnya. tidak lama kemudian kurasakan cengkeraman tangannya di pantatku mengencang, kurasakan kon tolnya terasa membesar dan diikuti krucil.netan dan denyutan yang begitu kuat dari kon tolnya. Memekku terasa dihantam kuat krucil.netan pejunya hingga aku terbawa melambung mencapai puncak kenikmatan yang ke sekian kalinya. Kami orgasme secara bersamaan, tubuhku langsung terkulai di ranjang. "Din, nikmat sekali ngentot ma kamu, memek kamu cengkeramannya kuat banget dan denyutannya berasa banget deh". Setelah semuanya reda, dia mencabut kon tolnya dan terkapar disebelahku yang masih telungkup. Ranjangku memang untuk 1 orang sehingga kami rada bersedakan ketika dia berbaring disebelahku. "Din, kamu gak bisa off sehari ya, kita nginep di hotel jadi bisa puas2in maen semaleman diranjang yang besar". "Susah mas, pasti gak diijinin kalo minta ijin sehari, juga bilangnya mau kemana". "Kita ke kamar tamu aja mas, ranjangnya besar". "Nanti kotor sepreinya Din". "Dah waktunya cuci seprei kok, jadi gak papa kotor, abis maen nanti Dina ganti yang baru, toh Dina yang cuci sepreinya jadi ibu gak akan mriksa2 seprei kotornya". "Napa gak dari tadi aja kita maen di kamar tamu Din. Majikan kamu pulangnya malem kan". "Iya mas, waktu kita banyak kok, mas gak nerusin kerjaannya". "Ni kan juga lagi kerja, ngerjain kamu, jauh lebi nikmat kan". "Mas demen banget si dogi". "memek kamu jadi lebi peret lagi Din dan masuknya lebi dalem lagi, nikmatnya bangetz Din".

Dengan langkah gontai aku mengajaknya pindah ke kamar tamu. Aku langsung merebahkan tubuhku di ranjang dan langsung aja terlelap. Entah sudah berapa lama tertidur ketika kurasakan sesuatu menggelitik memekku. Sambil membuka mata yang masih berat, kulihat kepalanya sudah terbenam di selangkanganku yang telah tebuka lebar. karena permainan lidahnya sungguh membuatku menggelinjang-gelinjang kenikmatan. “Ugh.., shh..!” aku mulai mendesis. Kubenamkan kepalanya lebih dalam untuk mendapatkan kenikmatan lebih jauh. Dia menjilatiku dengan hebatnya hingga beberapa saat kemudian diangkatnya kakiku hingga terpentang dan dia mengganjal pantatku dengan bantal hingga posisi memekku sekarang menantang ke atas. Kembali dia menjilati memekku yang sudah terpampang nyata. Jilatannya kemudian berpindah ke daerah anusku, sambil jarinya mengitik2 itilku. Aku tidak tahu bagaimana menggambarkan dengan kata-kata, kuremas-remas sendiri toketku yang ikut menegang. Tidak tahan menahan sensasi yang berlebihan, akhirnya aku mencapai orgasme duluan. Mulutnya tidak juga beranjak dari memekku, disedotnya lendir kenikmatan dari memekku. “Udah mas....” pintaku menahan kegelian yang melanda selangkanganku.

Lidahnya naik menelusuri perutku dan berhenti di antara kedua toketku lalu mendaki hingga mencapai pentilku. sambil meremas toketku dia mulai mengulum dan mempermainkan pentilku dengan lidahnya. Kedua kakiku dipentangkan dengan lebar dan dia menyapukan palkonnya di bibir memekku dan sebentar kemudian langsung kon tolnya ambles kedalam memekku. Perkasa sekali si mas dalam urusan ranjang, kayanya napsunya tinggi terus sehingga kembali dia menggarap memekku dengan kon tolnya yang besar panjang keras itu. terasa sekali kon tolnya menyodok-nyodok dinding memekku. Tangannya tidak henti meremas dan mengelus kedua toketku, sesekali wajahnya dibenamkan di antara kedua toketku. Dia makin kencang mengocok memekku. Aku menggelinjang makin tidak karuan, “Uugghh..mas, nikmatnya...."

Kurasakan kenikmatan yang memuncak, dan kembali aku mengalami orgasme beberapa saat kemudian. Tanpa memberiku istirahat, dia membalikkan tubuhku, kini aku tertumpu pada lutut dan tanganku, doggy style. Dia tetap bertugas di belakang, langsung diambleskan kembali kon tolnya di memekku yang telah basah karena cairan orgasmeku, pinggangku dipegangnya kemudian dia mengocokku dengan cepat, kurasakan kon tolnya makin dalam melesak ke dalam memekku. Dengan terus mengocok, dia mengelus-elus punggungku,kemudian tangannya menjelajah ke dadaku, dielus dan diremasnya dengan keras kedua toketku, sesekali mempermainkan pentilku, kegelian dan kenikmatan bercampur menjadi satu.

Kemudian ditengah permainan dia mengganti posisi lagi. Dia telentang diranjang dengan kon tol yang masih mengacung keatas. aku menaiki tubuhnya, kuatur tubuhku hingga memekku pas dengan kon tolnya yang sudah menunggu, lalu kuturunkan pantatku dan bles. Langsung saja aku bergoyang salsa di atasnya. Kini aku pegang kendali, pantatku kuputar-putar sehingga memekku terasa diaduk-aduk olehnya. Dia memegangi kedua toketku dan meremasnya. Pantatku tidak pernah berhenti bergoyang di atasnya, dia belum juga memperlihatkan tanda-tanda akan orgasme. Aku mengganti gerakanku, kini turun naik di atasnya, ternyata dia melawan gerakanku dengan menaik-turunkan pantatnya berlawanan denganku sehingga kon tolnya makin menancap dalam, tangannya tidak pernah melepas remasannya dari toketku. Dia terus saja mengocok memekku dari bawah. Tidak lama setelah mengocokku dari bawah, kurasakan badannya menegang kemudian disusul denyutan keras dimemekku. Begitu keras dan deras krucil.netan pejunya hingga aku tersentak kaget menerima sensasi itu hingga aku menyusul orgasme sesaat setelahnya. Begitu nikmat. Tubuhku langsung melemas, aku langsung terkulai di atas tubuhnya, "Mas, luar biasa nikmatnya, Dina lemes banget deh, mas kuat amir si ngentotin Dina". "Bisnya aku napsu kamu ma kamu Din, makanya kon tolku bawaannya pengen ngaduk memek kamu terus". "Istirahat lagi ya mas, mas masi mo lagi ya". "So pasti Din, bisa sampe malem kan aku ngentotin kamu". Napasku masi ngos-ngosan, aku dapat merasakan degup jantungnya yang masih kencang, keringat kami sudah bercampur menjadi satu. kon tolnya masih tertanam di memekku meskipun sudah melemas hingga akhirnya keluar dengan sendirinya.

Aku ke kamar mandi yang ada disebelah kamar tamu, kuguyurkan air hangat dari shower di sekujur tubuhku, kusiram rambutku yang lengket karena kringet. Kemudian aku keluar dari kamar mandi, kulihat dia sedang duduk di sofa, kami masih bertelanjang. Aku merasa lapar, segera aku ngangetin makanan yang ada buat aku dan kami makan berdua, mesra sekali rasanya makan sambil telanjang ditemani lelaki ganteng yang barusan menggarap memekku abis2an. "Mas, serasa makan ma suami deh". "Mau kamu jadi istriku?" "Gombal". "Serius, kalo kamu mau ntar aku atur ke KUA". "Baru juga kenal dah ngajak nikah". "Kenalannya kan lengkap, pake ngentot segala, jadi sudah kenal kuadrat kan, kamu nikmat kan". "Banget". "aku juga nikmat, jadi mau nikah ma aku secepatnya. Ntar ya kamu tinggal ma aku, bantuin kerjaanku tiap hari tapinya". "Mas tu nyari bini pa nyari karyawan si". "Ya dua2nya sayang, gak papa kan kalo istri bantuin juga kerjaan suami. Kamu kan dah biasa kerja, tapi kalo bantu aku ya dilapangan gak dirumah terus. Kalo dirumah ya bantu aku meredakan napsu aja", katanya sambil tertawa. "Mau kan". Aku gak jawab cuma senyum aja. Kami sambil bertelanjang makan sambil ngobrol tentang kebiasaan masing2 sehari, dia pdkt banget ke aku. Aku si cuek aja, ya seneng2 aja ma dia yang bisa bikin aku terkapar terus2an saking nikmatnya. Gak kepikir aku jadi bininya trus kudu keliling kesana kemari bantuin kerjaan sensusnya. Sekarang aku kan santai, kerjaan dikit, gaji lumayan karena si bapak juga ngasi gaji. Kalo dia mo berbagi kenikmatan ma aku ya dia dateng aja nyamperin aku pas rumah kosong gini.

Setelah istirahat selesai makan, kembali aku duduk di sofa, kali ini sofa tamu bukan sofa bututku. Dia rupanya dah napsu lagi, dia mulai menciumi leherku sambil meremas-remas toketku. ciuman dari leher terus turun ke dada, sekarang dia mengulum pentilku di kiri dan kanan. Dia terus aja merangsang aku abis2an. segera dia jongkok diantara pahaku, melebarkannya dan lidahnya mulai menjelajah di memekku. dipermainkannya memekku dengan lidah dan jari tangannya. Dengan kemahiran permainan lidah nya, aku sudah terbakar birahi, kepalanya kujepit dengan kedua kakiku supaya lebih merapat diselangkanganku. "Mas, Dina dah pengen dimasukin lagi mas", rengekku, gak tahah aku dirangsang sedemikian hebatnya. Dia menarik aku sehingga pantatku ada dipinggiran sofa, segera dia menyapukan kepala palkonnya ke memekku, dn tak lama kemudian kon tol besarnya dah ambles lagi dimemekku. Segera dia mengocok memekku dengan cepat dan keras, mulutku dibungkam dengan ciuman bibirnya. Kocokan kon tolnya bertambah cepat, iramanya susah ditebak karena terlalu banyak improvisasi, aku kewalahan mengikuti iramanya.

setengah jalan, dia menghentikan permainan nikmatnya, dia minta aku nungging sehingga kembali dia melakukan gaya kesukaannya, dogi. Sodokan awal perlahan, tapi selanjutnya makin keras dan cepat. Kugoyang-goyangkan pantatku mengikuti irama nya, makin lama makin terasa nikmatnya, cukup lama dia mengocokku dengan berbagai variasi gerakan. Setelah beberapa lama dengan doggy style, lututku terasa capek. Aku merangkak naik ke sofa yang tetap dengan posisi doggy. Kunikmati sodokan dari belakang entah sudah berapa lama berlangsung, lututku sudah lemas, tapi serangan dari belakang tidak menurun juga, sampe akhirnya kurasakan denyutan-denyutan di dinding memekku dan kudengar teriakannya pertanda dia orgasme. "Din, nikmatnya...." terasa sekali semburan dahsyat pejunya menghantam memekku kembali sehingga hal ini langsung membuahkan orgasmeku untuk kesekian kalinya. Luar biasa nikmatnya hari ini buat aku, kenikmatan melanda diriku terus2an. Luar biasa lelaki yang satu ini, aku si sangat ngarepin dia akan sering mampir kemari kalo rumah kosong dan menggarap memekku abis2an

Cerita Dewasa | Aku Puas Dengan Benda Tumpul Sang Duda

Aku Puas Dengan Benda Tumpul Sang Duda, Ml dengan Pasien,
Aku menjadi dokter yang terpilih mewakili organisasi proyek perbaikan gizi masyarakat di suatu kepulauan. Tempat aku bekerja jaraknya hanya satu jam pelayaran dan terletak dalam satu propinsi dengan tempat tinggal kami. Atas persetujuan suami, kami berpisah dan setiap dua minggu aku pulang ke rumah.

Sepeninggalku, ternyata suamiku menunjukkan dirinya sebagai gay. Dia mempunyai pemuda simpanan teman tidur dan pemuas sex. Selama aku dinas di kepulauan, pemuda itu beberapa kali dibawa pulang menginap di rumah. Untuk menyembunyikan sikapnya, sehari-hari teman gaynya disimpan di luar, disewakan rumah. Kejadian ini memukul perasaanku. Segala upaya untuk menyadarkan suamiku ternyata tidak membawa hasil.

Aku membawa kedukaanku di pulau dengan cara melayani masyarakat setempat. Untuk mengisi kekosongan waktu, aku
buka praktek sebagai dokter umum. Suatu hari ketika jam praktek hampir usai, seorang pasien laki-laki tegap berkumis dan bercambang datang minta agar diperiksa. Ia memperkenalkan namamanya Hamid. Keluhannya sering pusing.

“Silakan Pak Hamid naik ke tempat tidur biar saya periksa”.

Segera aku memeriksa pernafasan, tekanan darah dan lain-lainnya. Ketika tanganku memegang tangannya yang berbulu lebat, ada perasaan canggung dan geli. Sewaktu Pak Hamid pamit, dia meninggalkan amplop biaya pemeriksaan. Ternyata isinya melebihi kewajaran tarip seorang dokter umum.

Hari berlalu, ketika suatu malam saat aku akan mengunci kamar praktek, dihadapanku telah berdiri Pak Hamid.

“Dokter, apakah masih ada waktu untuk periksa saya ? Maaf saya datang terlalu malam karena ada pekerjaan tanggung”.

Aku kaget karena kehadirannya tanpa aku ketahui. Dengan senyum geli aku membuka kembali ruang praktek sambil mempersilakan masuk.

“Dok, saya tidak mempunyai keluhan. Hanya saya ingin tahu apakah tekanan darah saya normal”.

Demikian Pak Hamid mengawali pembicaraan.

“Saya bisa tidur nyenyak setelah makan obat dokter”.

Sambil memeriksa, kami berdua terlihat pembicaraan ringan, mulai dari sekolah sampai hobi. Dari situ aku baru tahu, Pak Hamid telah dua tahun menduda ditinggal mati istri dan anak tunggalnya yang kecelakaan di Solo. Sejak saat itu hidupnya membujang. Ketika pamit dari ruang praktekku, Pak Hamid menawarkan suasana santai sambil menyelam di kepulauan karang.

“Dok, panoramanya sangat indah, pantainya juga bersih lho”.

Aku setuju atas tawaran itu dan Pak Hamid akan menyiapkan perlengkapan yang diperlukan.

Dalam speed boath yang menyeberangkan kami, hanya berisi aku, Pak Hamid dan pengemudi kapal. Sesampainya disana, aku merasa canggung ketika harus berganti pakaian selam di hadapan laki-laki. Tapi aku juga belum tahu cara mengenakan pakaian selam jika tanpa bantuan Pak Hamid. Terpaksa dengan pakaian bikini aku dibantu Pak Hamid memakai pakaian renang. Tangan kekar berbulu itu beberapa kali menyentuh pundak dan leherku. Ada perasaan merinding.

Tanpa terasa kegiatan menyelam menjadi kegiatan rutin. Bahkan pergi ke tempat penyelaman sering hanya dilakukan kami berdua, aku dan pak Hamid. Semakin hari jarak hubungan aku dengan Pak Hamid menjadi lebih akrab dan dekat. Kami sudah saling terbuka membicarkan keluarga masing-masing sampai dengan keluahanku mengenai suamiku yang gay. Dia tidak lagi memanggilku Bu Dokter, tapi cukup namaku, dik Nastiti.

Musim barat hampir tiba, kami berdua di tengah perjalanan ke tempat penyelaman. Tiba-tiba datang hujan dan angin sehingga gelombang laut naik-turun cukup besar. Aku mual, sehingga kapal dibelokkan Pak Hamid ke arah sisi pulau yang terlindung. Kami turun ke pantai, duduk di bangunan kayu beratap rumbia tempat para penyelam biasa istirahat sambil menikmati bekal. Hanya ada dua bangku panjang dan meja kayu di tempat itu. Angin kencang menyebabkan tubuh kami basah dan dingin. Aku duduk mepet ke Pak Hamid. Aku tidak menolak ketika Pak Hamid memelukku dari belakang. Tangan berbulu lebat itu melingkar dalam dada dan perutku. Dekapan itu terasa hangat dan erat. Aku memejamkan mata sambil merebahkan kepalaku di pundaknya, sehingga rasa mabuk laut mulai reda.

Sebuah kecupan ringan melekat di keningku, kemudian bergeser ke bibir, aku berusaha menolak, tapi tangan yang melingkar di dadaku berubah posisi sehingga dengan mudah menyusup dalam BHku. Tiba-tiba badanku terasa lemas saat jari tangan itu membuat putaran halus di puting susuku. Bibir berkumis lebat itu menjelajah ke bagian sensitip di leher dan belakang telingaku. Persasaan nikmat dan merinding menjalar dalam tubuhku. Bibir itu kembali bergeser lambat menyusur dagu, bergerak ke leher, pundak dan akhirnya berhenti di buah dadaku. Aku tidak tahu kapan kaitan BH itu terbuka. Dorongan kuat muncul di vaginaku, ingin rasanya ada benda bisa mengganjal masuk.

Tangan kekar itu akhirnya membopongku dan meletakkan di atas meja kayu. BHku telah jatuh di atas pasir, mulut dan tanggan Pak Hamid bergantian menghisap dan meremas kedua gunungku, kanan kiri. Aku bagaikan melayang, kedua tanganku menjambak rambut Pak Hamid. Kepalaku tanpa terkendali bergerak ke kanan dan kiri semakin liar disertai suara eluhan nikmat. Oooohhhhh……oohhhh… ooooohhhh……aauuhhhhhh. Kedua tangannya semakin kencang meremas buah dadaku. Mulutnya bergeser perlahan ke bawah menelusur pusar…….. terus….vaginaku. Ahhh…… husss……. ahh…… aahhhhhh.

Ketika mulut itu menemukan klitorisku, jeritanku tak tertahan Auh..h…h… aahhh….. husss….. sebuah benda lunak menyeruak bibir vaginaku. Bergerak perlahan dalam usapan halus serta putaran di dinding dalam, membuatku semakin melayang. Tanpa terasa eranganku semakin keras. Untuk menambah kenikmatan, aku angkat tinggi pantatku ke atas. Ingin rasanya benda itu masuk lebih dalam. Tapi aku hanya memperoleh dipermukaan. Ooohhhh……..haahh…… haaahh…huuu……………. t..e…r…u….s…..se..se..se..dikit…atas. Ooohhh…….aahhh ……….. Sebuah hisapan kecil di klitorisku memperkuat cengkeraman tanganku di pinggir meja. Hisapan itu semakin lama semakin kuat…. kuat dan kuat….. menjadikan kenikmatan tak terhingga…. memuncul denyutan orgasme. Otot-otot disekitar vaginaku mengejang nikmat dan nikmat sekali. Sesekali nafasku tersengal aaa………..hhhhhh……………huuu…………..aahhhhh….aahhhh……… aaaahhhhhhhh……. ahhhh…… huhhhhhhh…ehhhhhh. Denyut itu menjalar dintara pangkal paha dan pantat ke seluruh tubuh. Orgasme yang sempurna telah aku dapatkan. Puncak kenikmatan telah aku rasakan.

Lemas sekujur tubuhku, aku ingin dipeluk erat, aku ingin ada sebuah benda yang masih tertinggal dalam vaginaku untuk mengganjal sisa denyutan yang masih terasa. Tapi aku hanya menemukan kekosongan. Tangan-tangan berbulu itu dengan pelan membuka kembali pahaku. Kedua kakiku diangkat diantara bahunya. Kemudian terasa sebuah benda digeser-geser dalam vaginaku. Semula terasa geli, tapi kemudian aku sadar Pak Hamid sedang membasahi penisnya dengan cairan kawinku. Seketika aku bangun sambil menutup kedua kakiku. Aku mendorong badannya, dan aku menangis. Sambil membuang muka aku sesenggukan. Kedua tanganku menutup dada dan selangkangan. Pak Hamid tertunduk duduk dibangku menjauhi aku. Ia sadar aku tidak mau dijamah lebih dari itu. Sambil menelungkupkan badan di meja, tangisku tetahan. Pak Hamid mendekati dan dengan lembut ia membisikkan kata permintaan maaf. Diapun menyorongkan BH serta celana dalamku. Aku tetap menangis sambil menutup muka dengan kedua tanganku. Akhirnya pak Hamid pergi menjauh menuju kapal mengambil bekal.

Kami duduk berjauhan tanpa kata-kata. Sekali lagi Pak Hamid mengajukan permintaan maaf dan berjanji tidak mengulang kejadian itu. Ia menyerahkan botol air mineral kepadaku.

“Maafkan aku dik Nastiti, aku khilaf, aku telah lama tidak merasakan seperti ini sehingga aku khilaf. Aku minta maaf yah, aku harap kejadian ini tidak mengganggu persahabatan kita. Yuk kita minum dan makan siang, terus pulang”.

Aku merasa iba pada Pak Hamid. Ternyata dengan tulus dia masih bisa menahan syahwatnya. Padahal bisa saja memaksa dan memperkosaku.

Kesadaranku mulai pulih, emosiku mereda. Aku mulai berpikir pada kejadian tadi, bukankah aku telah terlanjur basah saat ini ? Bukankah bagian dari kehormatanku telah dijamah Pak Hamid ? Bukankah tubuhku yang paling sensitif telah dinikmati Pak Hamid ? Apa artinya mempertahankan kesucian perkawinan ? Bukankah aku tidak pernah menikmati rasa seperti ini dengan suamiku ? Bukankah aku telah kawin dengan seorang gay ? Yah aku telah diusir dari rumahku oleh teman gay suamiku. Tapi itu bukan salah suamiku. Ia terlahir dengan kelainan jiwa. Ia menjadi gay dengan menanggung penderitaan. Ia terpaksa memperistri aku hanya untuk menutupi gaynya. Aku ingin merasakan kenikmatan, tapi aku tidak ingin jadi korban, aku tidak ingin punya anak dari hubungan ini dengan Pak Hamid.

Keberanianku mulai muncul. Aku melompat dan memeluk Pak Hamid. Kelihatan Pak Hamid ragu pada sikapku sehingga tangannya tidak bereaksi memelukku. Aku bisikan kata mesra.

“Pak, aku kepingin lagi, seperti tadi, tapi aku minta kali ini jangan dikeluarkan di dalam”.
“Maksud dik Nastiti….. ”

Sebelum dia menyelesaikan kata-katanya, tanganku meraba ke penisnya. Kemudian tanganku menyusup dalam celana renangnya. Sebuah benda yang tidur melingkar, tiba-tiba bangun karena sentuhanku…

”Tapi jangan dikeluarkan di dalam ya Pak….”.
“Terima kasih dik….”.

Senyum Pak Hamid berkembang. Kembali aku didekap, aku dipeluk erat oleh kedua tangan kekar. Aku benamkan mukaku di dada bidang berbulu.

Tanpa komando aku duduk di atas meja sambil tetap memeluk Pak Hamid. Aku diam, mataku terpejam ketika pelan-pelan aku direbahkan di atas meja. Satu persatu pengikat BHku lepas sehingga tampaklah susuku yang masih sangat padat lengkap dengan putingnya yang berwarna coklat kemerahan dan sudah berdiri dengan pongahnya. Kedua tangannya meraih dadaku, mulut hangat menyelusur gunungku, perlahan-lahan bergeser ke bawah, semakin ke bawah gerakkannya semakin liar. Gesekan kumis sepanjang perut membuatku menegang. Aku pasrah ketika celana dalamku ditarik ke bawah lepas dari kaki sehingga kini aku sudah benar-benar bagaikan bayi yang baru lahir tanpa sehelai benangpun yang menutupi tubuhku. Mulut hangat itu kembali bermain lincah diantara bibir bawahku yang ditutupi rambut-rambut kemaluan yang berwarna hitam legam dan tumbuh dengan lebatnya disekeliling lubang kawinku dan clitorisku terasa sudah mengeras pertanda aku sudah dilanda nafsu kawin yang amat menggelegak.

Kenikmatan kembali menjalar di rahimku. Auh….e.e.e.e.e.e.e…..haaah…haaah…haah. Auhhhhsss…… aku mengerang. Pak Hamid sambil berdiri di tepi meja mengusapkan benda panjang dan keras di klitorisku. Aa……hhhh…..uhhh.. jeritan kecil tertahan mengawali dorongan penis Pak Hamid menyusup vaginaku. Pantatku diangkat tinggi dengan kedua tangannya ketika benda itu semakin dalam terbenam. Tanpa hambatan penis Pak Hamid masuk lebih dalam menjelajah vaginaku. Dimulai dengan gerakan pendek maju mudur berirama semakin lama menjadi panjang. Nafasku tersengal menahan setiap gerak kenikmatan. Aaah….ahh…..ahh…….haaaa……………………..haassss…….
Entah berapa lama aku menerima irama gerakan maju mundur benda keras dalam vaginaku. Aku telah merasakan denyut orgasme. Auuuuuuuuhhhhh………… Jeritan dan cengkeraman tanganku di pundak belakang penanda aku mencapai puncak orgasme. Gerakan benda itu dalam vaginaku masih tetap berirama, tegar maju mundur dan membuat gesekan dengan sudut-sudut sensitif. Tiba-tiba irama gerakan itu berubah menjadi cepat, semakin cepat….. suara eluhan Pak Hamid terdengar dan otot vaginaku kembali ikut menegang, yah… aku mau kembali orgasme… aaahhhhhhhhhhhh……. aahhhh…. Tiba-tiba benda dalam vaginaku ditarik keluar. Semprotan cairan hangat mengenai pahaku dan meleleh di atas meja. Pak Hamid mencapai puncak kenikmatan. Pak Hamid memenuhi janjinya, tidak mengeluarkan cairan mani dalam vaginaku. Aku lemas…..lemas sekali seperti tidak bertulang. Aku didekap lembut dan sebuah ciuman di kening menambah berkurang daya kekuatanku.

Tiga tahun kemudian setelah kejadian di pulau itu, aku telah menikmati hari-hari bahagiaku. Aku sekarang telah menjadi nyonya Hamid. Di pelukanku ada si mungil Indri, buah hati kami berdua. Setelah perceraian dengan suamiku, satu tahun kemudian aku menikah dengan Pak Hamid. Mantan suamiku mengirim berita ia sekarang sekolah di Australia. Tapi aku tahu semua itu hanya kamuflase, seperti dalam pengakuannya lewat telepon, mantan suamiku menetap di Sydney agar dapat memperoleh kebebasan menjadi kaum gay