Home » » Akibat Membaca Novel Percintaan

Akibat Membaca Novel Percintaan

“Aku akan mengantarnya pulang sayang,” Gordon memberi tahu istrinya, sambil memberikan dia sebuah ciuman di pipi.

“Terima kasih sayang,” kata Charlotte, “Aku sangat letih dan kepala ku terasa sakit. Aku akan pergi tidur.” Tanpa lebih dulu menunggu untuk berbicara dengan Monica, babysitter mereka, Charlotte naik ke lantai atas menuju ke kamar tidur mereka.

Gordon menghela napas. Tidak ada bersenang-senang dan bermain-main untuknya malam ini. Charlotte tidak akan bisa diandalkan untuk itu. Dia berjalan menuju ke ruang tengah. “Hi Monica,” katanya.

Gadis remaja yang menarik itu sedang berbaring diatas sofa dengan sebuah novel yang terbuka, dan Gordon merasa sedikit terangsang oleh kedua kakinya yang panjang dan telanjang, hanya ditutupi dengan celana sangat pendek yang dikenakan gadis itu.
Sangat mudah untuk tahu bahwa gadis remaja tersebut tidak mengenakan bra dibalik tee shirt yang dia kenakan, meskipun Gordon tidak memperhatikan itu pada di awal malam tersebut.

Saat itu, puting-puting Monica menekan keras bahan kain tersebut dan kedua bibirnya tampak sedikit membengkak. Andai saja gadis itu sudah berusia lebih dewasa maka Gordon akan berasumsi bahwa gadis itu baru saja selesai bercinta. “Apa kau sudah siap untuk pulang ke rumah?” Gordon bertanya pada Monica.

“Ini malam Sabtu, Mr. Hendrix,” Monica memberi tahu Gordon sambil tersenyum. “Aku tidak sedang terburu-buru, kita bisa pergi kapan pun kau sudah siap.” Dia menaruh novelnya, menandai halaman novel yang sudah dibacanya lalu menaruhnya di sampingnya. “Tapi aku benar-benar perlu untuk ke kamar mandi dulu.”

Senyuman gadis tampak menyinari ruangan tersebut, dan Gordon mengamati pinggulnya yang bergoyang saat dia berjalan tanpa alas kaki ke kamar mandi yang ada di lantai bawah.

Saat Monica menutup pintu kamar mandi, Gordon duduk diatas sofa lalu mengambil novel yang sedang dibaca Monica. Kedua alis Gordon segera terangkat saat dia membuka halaman yang sedang dibaca Monica tersebut... tidak heran jika gadis itu perlu mengunjungi kamar mandi.
Gordon membaca halaman yang ditandai oleh Monica:

Shirley tahu dia cuma punya waktu sedikit sebelum istri Roger kembali dari toko. Dia berjalan kedepan Roger dan secara perlahan mulai membuka blus nya, memperlihatkan payudaranya kepada Roger. “Aku menginginkan mu Roger,” katanya saat dia melepaskan celana pendeknya, menampakkan memeknya yang sudah dicukur kepada Roger. “Aku menginginkan mu semenjak pertama kali kau mempekerjakan ku sebagai babysitter mu.”

Sherly berlutut di hadapan Roger lalu membuka resletting celananya, membebaskan kontol besar Roger lalu menggemgamnya dengan kedua tangannya. “Ini besar sekali,” dia menarik napas. “Tapi kau hanyalah seorang gadis remaja...” kata Roger.

“Aku sudah cukup dewasa untuk tahu apa yang perlu dilakukan dengan ini Roger,” kata Shirley. Dia membuka mulutnya lalu menenggelamkan kontol besar tersebut jauh ke dalam mulutnya. Sherly memasukkkannya sampai hidungnya menyentuh tulang panggul Roger dua kali sebelum dia mengeluarkannya lalu menyeringai ke arah Roger. “Aku ingin kau muncrat di mulut ku Roger, Aku ingin merasakannya dan kemudian aku ingin menelannya.. lalu saat berikutnya istri mu meninggalkan kita berdua saja, aku ingin merasakan kontol mu saat berada jauh di dalam nonok ku!”Shirley menjilati ujung kontol tersebut. “Atau mungkin dipantat ku... maukah kau menancapkan zakar besar ini di pantat ku Roger?”

“Jesus Christ,” kata Gordon menahan napas, segera menutup novel tersebut lalu menaruhnya kembali diatas sofa. Dia bisa mendengar Monica yang kembali ke ruang tengah, dan Gordon segera berdiri. Wajah Gordon jadi memerah, dan dia tidak mampu menatap ke dua mata Monica yang memandangnya saat dia kembali.

Monica duduk diatas sofa lalu merentangkan kedua tangan dan kakinya, dengan sangat lebar. Payudaranya yang kecil menekan tee shirtnya, dan aksi-aksinya menyebabkan tee shirt tersebut terangkat, menyingkapkan perut ratanya dan menunjukkan seberapa rendah celananya menggantung pada pinggangnya.

Gordon bisa merasakan kontolnya yang mulai ngaceng. “Uhhhh, aku rasa kita sebaiknya pergi sekarang,” katanya dengan gugup. Monica berdiri, kemudian menunduk untuk mengambil novelnya dari sofa, memberikan Gordon sebuah pemandangan singkat terhadap payudara kecilnya saat tee shirtnya menggantung di kedua bahunya.

Gordon mendapatkan sebuah pemandangan yang lebih baik lagi saat Monica menunduk untuk mengenakan sepatu tennisnya.

Tubuh Gordon menggigil. Monica membungkuk dikursi depan, kaki panjangnya yang mulus berada diatas dashboard danangin yang bertiup melalui jendela menerpa rambut pirangnya. Cahaya redup pada dashboard memberikan dia sebuah sentuhan erotis.
Jesus, Gordon mencoba menenangkan dirinya sendiri, Monica hanya membaca novel sebuah novel percintaan, bukan sedang memimpikan tentang menghisap kontol mu! Gordon menghela napas. “Apa yang sedang kau pikirkan Mr. Hendrix? Kenapa kau menghela napas?” tanya Monica.

Gordon berhasil untuk tersenyum kecut. “Cuma memikirkan hal-hal yang sebaiknya tidak diucapkan,” kata Gordon, berharap dia punya keberanian untuk memberi tahu Monica apa yang ada di dalam pikirannya.

Tubuh Charlotte jadi semakin gemuk semenjak mereka menikah 8 tahun yang lalu, dan tidak tertarik lagi pada sex. Monica mengganti posisinya, dengan satu kaki berada di lantai dan satunya lagi diatas tempat duduk.

Gordon jadi hampir keluar dari jalan aspal. Saat itu cahaya memang tidak sangat terang, tapi untuk sesaat Gordon berpikir bahwa dia sudah melihat kulit mulus dimana celana dalam Monica seharusnya berada di dalam celana pendeknya yang longgar tersebut.

Monica melambai dari depan pintu rumahnya tepat sebelum dia masuk ke dalam, dan Gordon membalas lambaiannya. Dia cuma bisa sampai ke sudut jalan tersebut sebelum dia harus menepi dan menjangkau kontolnya yang ereksi.

Pikirannya kembali ke pemandangan mengenai payudara Monica dan selangkangan yang berada diantara kedua kakinya yang menggoda saat Gordon mengocok kontolnya sendiri... tidak butuh waktu lama sebelum akhirnya dia memuncratkan semua speermanya ke setir dan dasrboard.

Butuh waktu yang lebih lama baginya untuk membersihkan itu dibanding waktu untuk memuncratkannya.

“Aku akan menginap di rumah inovel, sampai dia selesai di operasi Gordon,” kata Charlotte. “Aku sudah berbicara dengan ibu Monica dan dia akan menginap disini dengan mu dan anak-anak sampai aku kembali, semuanya sudah diatur. Aku akan mengisi dapur dengan makanan yang disukai Monica, dan uang makan siang anak-anak semuanya sudah dipisah-pisah di dalam amplop, yang perlu Monica lakukan hanyalah memberikannya setiap hari dan memakaikan mereka baju.”

“Dia tidak harus menginap disini Charlotte, aku bisa mengantarnya pulang setiap malam,” kata Gordon, berusaha sebaik mungkin untuk menyembunyikan kegembiraannya.

“Aku sudah katakan padamu, aku berbicara pada ibunya dan ini adalah cara terbaik untuk mengatasi ini Gordon, lakukan saja apa yang aku katakan maka semuanya akan berjalan dengan baik.” Charlotte lalu pergi sambil menggerutu. Dia akan pergi selama beberapa minggu, dan sepertinya Gordon ingin mengubah semua pengaturan yang sudah dia lakukan untuk kebaikan Gordon sendiri. Sungguh tidak tahu berterima kasih.

“Aku pulang!” Gordon memanggil saat dia berjalan memasuki pintu depan. Saat itu hampir jam 8 malam, terlambat untuknya, tapi meeting dengan seorang klien telah membuatnya harus pulang lebih lambat dari yang dia harapkan.

Kedua putranya datang menghampiri, dalam keadaan sudah mandi dan mengenakan piyama. Mereka melompat ke kedua tangan Gordon yang sedang menunggu, memohon padanya untuk membacakan mereka sebuah cerita karena “Kata Monica mereka harus segera tidur dan kata ibu kami harus melakukan apapun yang Monica perintahkan.”

Gordon tersenyum kepada kedua anaknya lalu membawa ke kamar mereka. Saat sedang berjalan di lorong dia bertemu dengan Monica yang baru keluar dari kamar mandi. Dia berpakaian seperti biasanya, celana pendek dan tee shirt, tapi kali ini pakaian tersebut basah kuyup.

Mulut Gordon ternganga.. tee shirt putih tersebut jadi transparan, dan celana pendek yang basah tersebut mungkin sudah dilukis dengan sebuah kuas. Seluruh tubuh Monica jadi tampak jelas, dan dia sungguh menawan.

“Aku jadi sedikit basah saat memandikan kedua bocah tersebut setelah makan malam,” katanya. Monica tidak berusaha untuk menutupi tubuhnya, hampir seolah-olah dia tidak tahu bahwa dia tampak hampir seperti telanjang di depan seorang pria yang lebih tua darinya.

“Jika kau akan membacakan mereka sebuah dongeng pengantar tidur, aku akan ke kamar dan berganti pakaian sehingga aku bisa mengerjakan PR ku.” Monica berjalan tenang ke kamar sebelah, dengan sengaja membiarkan pintunya sedikit terbuka.

Gordon menelan ludah saat dia melihat Monica mengangkat tee shirtnya hingga ke atas kepala, tapi dia hanya melihat sekilas punggungnya yang terbuka sebelum akhirnya Monica menghilang dari pandangan.
Dengan menahan hasratnya untuk berjalan masuk ke pintu tersebut dan mengintip ke dalam, dia membawa anak-anak ke tempat tidur mereka lalu duduk untuk membacakan mereka sebuah dongeng.

Saat anak-anak sudah tertidur, Gordon mandi lalu mengenakan celana pendek dan tee shirt sebelum menuju ke bawah untuk melihat apa yang masih tersisa untuk makan malamnya.

Demi menghindari godaan, dia bahkan tidak memeriksa ruang tengah apakah Monica ada disana, melainkan langsung masuk ke dalam dapur untuk melihat makanan yang masih tersisa.

Monica masuk ke dalam dapur dengan diam-diam, mengamati Gordon saat dia sedang menunduk untuk melihat ke dalam lemari es. Gordon tidaklah terlhat jelek untuk seorang pria yang lebih tua darinya, pikir Monica, dan dia memiliki sebuah pantat yang cute.

“Aku sudah menyisihkan makan malam mu di oven,” kata Monica, membuat Gordon terkejut. Gordon berdiri lalu berbalik untuk melihat ke arah Monica. Dia tidak yakin, tapi tampaknya Monica hanya mengenakan sebuah tee shirt besar yang menggantung dipertengahan pahanya.

Gordon tidak mampu menahan ereksinya saat Monica berjalan melewatinya menuju ke oven dan menjangkau untuk mengambilkan Gordon piring. Saat Monica menunduk untuk mengambil piring, kecurigaan Gordon ternyata benar.

Monica tidak mengenakan celana dalam. Gordon makan dengan tenang dimeja, pikirannya dipenuhi dengan ide-ide yang dia yakin pasti akan membuatnya dilemparkan ke dalam neraka jahanam untuk selama-lamanya.

Monica memang hot, dan satu-satunya yang memisahkan antara dia dan tubuh yang menggiurkan itu adalah sebuah tee shirt tipis.

Gordon buru-buru menyelesaikan makam malamnya lalu pergi tidur. Sendirian. Dia hampir saja berhasil. “Mr. Hendrix?” Monica memanggil dari ruang tengah.

“Ya Monica, apa yang bisa aku lakukan untuk mu?” Gordon bertanya.

“Aku membutuhkan bantuan dengan PR ku, apa kau keberatan?” Kedua kakinya ditekuk pada lutunya, dan kedua telapak kakinya dilintangkan di belakang punggungnya. Keliman dari tee shirt tersebut begitu tinggi sehingga bagian bawah dari belahan pantatnya terlhat jelas.

Monica menepuk karpet dibelakangnya. Sambil menghela napas, Gordon duduk diatas lututnya disamping Monica. “Kau sudah sering melakukan itu akhir-akhir ini,” kata Monica, menatap Gordon dengan kedua mata hijaunya yang cerdas. Dia memutar tubuhnya ke samping, menyebabkan tee shirtnya terangkat lebih tinggi lagi.

Gordon tetap berada diatas perutnya, menyembunyikan ereksinya yang sudah full. Secara perlahan, Monica mengangkat kedua lututnya lalu menampakkan kedua kakinya ke lantai. Memek nya yang tidak berjembut jadi terlihat jelas.

“Sebenarnya,” kata Monica, “Aku tidak pernah mengira bahwa itu akan jadi begitu sulit.”

Tatapan Gordon segera mengarah ke bawah, tapi kontolnya ditekan ke lantai dengan aman, jauh dari pandangan. Monica menertawakannya. “Maksud ku membuat mu memandang ke arah ku,” kata Monica tersipu-sipu, “bukannya, kau tahu, kontol mu jadi mengeras!” Monica menatap jauh ke dalam mata Gordon.

“Aku ingin kau memandang pada ku,” kata Monica. “

Jika ini ada hubungannya dengan novel yang kau baca,” kata Gordon, “Aku benar-benar perlu tidur sekarang..”

Sambil tertawa kecil, Monica bangun lalu mengangkat tee shirnya ke atas kepala kemudian duduk di hadapan Gordon, telanjang, dan benar-benar tidak bisa ditolak.

Dia menjangkau Gordon, melepaskan tee shirtnya. “Semua ini berhubungan dengan novel tersebut.” Membaringkan Gordon ke lantai, meraih tangannya lalu menekannya ke payudaranya saat dia mencium Gordon.

“Apa rasanya nikmat?” Monica berbisik di dada Gordon, dimana kedua bibir dan lidahnya mencari kemudian menemukan puting-puting Gordon. Puting-puting Monica menempel keras di telapan tangan Gordon.

“Aku sudah mencoba berbulan-bulan untuk mendapatkan perhatian mu,” Monica menarik napas panjang. Menggerakkan kepalanya ke arah bawah, dia menjangkau tonjolan besar yang ada di dalam celana Gordon.

“Dan inilah yang aku inginkan. Tangannya diselipkan ke dalam ikat pinggang elastis dari celana pendek Gordon lalu menggemgam kontolnya. “Aku harus berhati-hati, merahasiakannya saat istri mu sedang berada di rumah,” kata Monica dengan tenang. “Aku tidak perlu lagi melakukan itu sekarang. Aku sudah melihat tatapan dimata mu saat aku menunjukkan payudara ku pada mu Gordon.”

Karena sudah merasa jauh lebih percaya diri Monica sekarang menggunakan nama depan Gordon saat dia menggerakkan bibirnya untuk menciumi ujung kontol Gordon yang keras. “Selama beberapa minggu ke depan, kau bisa memandang semua yang kau inginkan Gordon.. dan kau juga bisa menyentuhnya!”

Mulut Monica membungkus kontol Gordon. Monica pasti sudah pernah melatihnya disuatu tempat, pikir Gordon, karena dia membawa kontolnya masuk jauh ke dalam mulut hangatnya yang basah hanya dalam sekali gerakan.

Semua pikiran yang Gordon miliki tentang tidak memanfaatkan babysitternya menghilang dari dalam otaknya saat Monica menghisap kontolnya.

Tidak seperti wanita manapun yang pernah bersamanya, bahkan wanita sebelum dia bertemu Charlotee, Monica tidak menunjukkan tanda-tanda sedang terburu-buru untuk segera menyelesaikan blowjob tersebut, dia tampak sangat menikmati oral sex.

“Ooh rasa kontol mu nikmat sekali,” Monica menggeliat disekitar organ Gordon tersebut. Monica mengeluarkan kontol tersebut dari mulutnya cukup lama untuk menjilatinya dan menjilati biji-bijinya dengan lidahnya.

“Aku melihat kau sudah membuka novel ku, kau tidak melipat lagi halamannya,” Monica berbisik. “Apakah halaman novel tersebut membuat mu terangsang seperti aku?” Gordon mengangguk.Dia tahu sekarang apa yang terjadi, dan kontolnya sudah mengontrol dirinya sekarang, otaknya sudah tidak berdaya.

Mulut Monica kembali menyambar kontolnya, dan Gordon bisa merasakan otot-otot tenggorokan Monica menangkap kontolnya saat Monica membuat gerakan-geerakan menelan.

Sambil mengeluarkan kontol Gordon dari mulutnya untuk mengambil napas, Monica berkata, “Aku sudah sangat lama menginginkan ini Gordon, ku mohon muncratkan di mulut ku.”

Monica mengatakan itu dengan intensif, menatap tajam pada kontol yang ada ditangannya. Terdapat sebuah pandangan penuh harap di wajahnya saat dia mengocok kontol Gordon dengan sangat perlahan. Kedua mata Monica menatap mata Gordon.

“Apa semua pacar mu ingin menelan sperma mu?” Monica bertanya, menjilati bibirnya. “Jesus!” Gordon mengerang.
“Aku menelannya Gordon,” Monica tersenyum menyeringai. “Saat kau mulai ingin muncrat aku akan membuka mulut ku lebar-lebar dan mengarahkan kontol mu ke dalam, dan semua yang tidak tersembur ke dalam mulut ku akan aku bersihkan dengan lidah ku. Aku sudah melatih ini dengan cowok-cowok di sekolah, dan aku sudah semakin ahli.”

Lidah Monica menjangkau ke bawah dan menampar ujung kontol Gordon. Dia mengocoknya dengan lembut. “Aku yakin kau memiliki sperma termanis yang pernah aku rasakan,” Monica berbisik.

Gordon sudah tidak tahan lagi, dan ujung kontolnya meledak, menyemprotkan cairan putih lengket tersebut ke dalam mulut Monica yang terbuka. Setelah semburan yang kedua kali, Monica menyelipkan mulutnya diats kontol Gordon lalu menjilati sisa sperma yang terpancar darinya.

Kemudian Monica melakukan apa yang dikatakannya, menjilati setiap tetesan sperma yang tertumpah dari mulutnya. Saat selesai, dia mengangkangi Gordon lalu menciumnya.“Persis seperti yang ada dinovel tersebut Gordon, sama persis.”

“Aku ingin kau muncrat di mulut ku Roger, Aku ingin merasakannya dan kemudian aku ingin menelannya.. lalu saat berikutnya istri mu meninggalkan kita berdua saja, aku ingin merasakan kontol mu saat berada jauh di dalam nonok ku!” Shirley menjilati ujung kontol tersebut. “Atau mungkin dipantat ku... maukah kau menancapkan zakar besar ini di pantat ku Roger?”

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog