Home » » Cerita Dewasa Seks Janjiku Kepada Ira

Cerita Dewasa Seks Janjiku Kepada Ira

Cerita Dewasa Janjiku Kepada Ira - Namaku adalah Arif (samaran) adalah siswa salah satu SMA negeri ternama di kotaku di provinsi. Aku sudah lama naksir sama cewek SMA tetangga, yah sebut saja Ira (samaran men, untuk menjaga nama baik). Anaknya cantik, banyak yang naksir sama dia, cukup populer juga disekolahnya. Sebenarnya, aku belum berani ngungkapin perasaanku ke Ira, boro-boro nembak, mau sms aja aku sudah gemetaran. Hahaha…maklum bro, aku ada masa lalu yang pahit, jadi trauma mau ndeketin cewek.

Lalu, aku punya sahabat namanya Rangga dan Tama, merekalah yang selalu menjadi tempatku berkeluh kesah kalau menyangkut masalah Ira.Suatu hari, saat disekolah sedang tidak ada pelajaran, aku keluar kelas, mendengarkan lagu menggunakan headset sambil melamun tentang Ira. Aku begitu terbawa dengan lamunanku sehingga tanpa sadar, Rangga dan Tama sudah berdiri di sebelahku.

Janjiku Kepada Ira”Woy, kamu lagi ngapain heh! Kesambet ntar loh!”, Rangga memukul punggungku menggunakan buku ekonomi yang tebalnya 200 halaman. Sontak aku loncat berdiri.

”Heh setan, kamu pengen aku mati jantungan?!” semprotku.

”Apa lah Rif? Mesti lagi mikirin komandan yah? Hahahahaha” Tama ngikut percakapan kami. Aku dan Tama biasa menyebut Ira dengan call-sign “komandan”.

“Alaaaa….Ira mulu dipikirin. Kafe Blabag yuk! Laper neh coy!”, Rangga menyahut.

”Gak! Ogah! Gak ada duit!”, jawabku sinis.

”Hah? Tam, rika percaya?” ,tanya Rangga ke Tama dengan logat Jawa-nya yang kental.

”Ora..ora..bocah kaya iki koh.” ,jawab Tama dengan aksen yang tak kalah kental

Rangga dan Tama adalah anak pindahan dari daerah apa lah namanya. Mereka sering bicara dengan bahasa ibu mereka.

”Laaah…pada ngomong apa sih? Gunakanlah Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar! Aku ga paham nih!” ,potongku dengan ekspresi datar.

”Hahahahaha…makanya kalo guru ngajar bahasa Jawa dengerin dong!”,tawa Rangga sinis.

”Udah lah, ikut aja yuk! Cepetan…ntar kita traktir deh! Mumpung pak Junaedi gak ngajar! Bentar lagi juga bel pulang kan?”, kata Tama sambil menarik tanganku.

Sebenarnya aku malas, tapi daripada didepan kelas kaya orang bego, lebih baik ikut mereka, maka aku masuk ke kelas dan keluar sambil membawakan tas Rangga dan Tama dan juga tasku sendiri. Kafe Blabag terletak di persimpangan dekat sekolahku, Cuma butuh 5 menit jalan kaki. Aku menggendong ranselku dengan malas. Memang, hari ini perasaanku tidak enak.

Setelah berjalan beberapa menit, tampaklah kafe Blabag dengan motor-motor pengunjung yang berderet rapi. Aku melihat ada satu motor yang sangat kukenal, darahku berdesir. Sekilas kulirik Tama dan Rangga, mereka seperti menahan senyum. Perasaanku semakin tidak enak. Kami pun masuk kafe, kulihat di bagian pojok kafe, ada beberapa cowok dan cewek. Semuanya masih memakai seragam SMA. Tidak ada seorangpun yang kukenal.

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog